“Wis tho, ini pasti jadi berkah, Mbok. Lha wong sudah dibuat dengan sepenuh hati…” Ibu Rahutami merespon kegalauan Mbok TIrah sambil menepuk punggung wanita yang sudah sangat setia mendampingi keluarga Ibu Rahutami, terutama sepeninggal Bapak.
Bel pintu rumah berbunyi.
“Biar Aku wae sing buka, Mbok.”
Ibu berjalan pelahan melewati dua pintu penyekat dapur dan ruang tengah. Pintu ruang tamu dibuka melihat Mentari yang diangkat oleh Ganesha. Ibu Rahutami melihat perban membebat kaki Mentari.
“Ibu, gak usah khawatir. Mentari baik-baik aja.”
Mentari menangkap kegelisahan yang ditutupi oleh Ibunya.
“Nak Ganesha, langsung ke kamar Mentari saja.” Ibu Rahutami memberi arahan pada Ganesha dan dengan cekatan Ibu memberi tahu arah kamar Mentari. Mbok Tirah langsung menyusul ketiganya. Ibu tampak khawatir namun tidak memperlihatkannya.
Mentari sudah berada di dalam kamar. Ibu, Ganesha, dan Mbok Tirah mengambil tempat masing-msing di kamar Mentari.
“Ibu maafkan Saya, tidak bisa jaga Mentari dengan baik.”
Ganesha nampak sangat gelisah menunggu tanggapan Ibu.
“Marahin aja, Bu.” Mentari menyahut dengan cepat, Ibu dan Mbok Tirah terlihat lebih santai saat Mentari mengajak becanda. Suasana di kamar mendadak lebih cair.