Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 - People Choice Kompasiana Awards 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

3 Cara Memahami Anak-anak Gifted dari Sudut Pandang Sosial Emosi

4 Februari 2022   05:36 Diperbarui: 18 Mei 2022   21:45 3439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak| Sumber: Unsplash.com (CDC)

Mengulik keunikan anak-anak Gifted tidak akan pernah habis. Selalu ada yang menarik untuk dikupas. Paradigma keberbakatan (Gifted), tidak melulu menyoal mengenai IQ (Intelligence Quotiens) yang tinggi saja.

Kecerdasan istimewa telah ditelaah sejak abad ke-4 SM. Plato telah mengklasifikasikan individu ke dalam tiga kategori, yaitu tipe Emas, Perak, dan Perunggu, dimana tipe Emas merupakan individu unggul yang memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan dua tipe lainnya.

Sir Francis Galton di tahun 1869, menyebutkan keberbakatan istimewa (Gifted) merupakan trait yang diwariskan (genetically herediter). Pada perkembangan berikutnya, Renzulli menemukan konsep The Three Rings untuk memberikan batasan teoritis pada anak-anak Gifted.

Sebenarnya apa sih yang menjadi karakteristik spesifik anak-anak dengan keberbakatan istimewa (Gifted) ini? 

Renzulli menjelaskan salah satu trait paling spesifik yang dimiliki anak Gifted yaitu IQ di atas rata-rata (very superior: dengan menggunakan skala Weschler > 130 dan dengan menggunakan Tes Binet > 140). 

Dengan kapasitas intelektual yang tinggi tersebut, kaum awam berpikir bahwa anak-anak Gifted pasti sempurna tanpa noda. Kita akan cenderung berpikir bahwa mereka tidak memiliki kelemahan. Apakah memang demikian?

Seorang psikolog Polandia yang terkenal dengan teorinya Positive Disintegration, Kazimierz Dabrowski menjadi ‘sebuah jembatan’ untuk memahami anak-anak Gifted ini dari sudut pandang sosial emosional dan kepribadian mereka.

Perkembangan sosial emosional mereka menjadi fokus penting. Individu Gifted rentan mengalami masalah-masalah emosional. Sangat idealis, rigid, memiliki ekspektasi di luar kewajaran sehingga sering kali banyak disalahartikan oleh lingkungan sekitar.

Individu Gifted terlihat kacau dalam arti sering berbenturan dengan 'mayoritas', cenderung tidak sejalan dengan orang kebanyakan, nyentrik-eksentrik, sulit nge-blend dalam lingkungan sosial walaupun sebetulnya hal ini normal – khas karakternya sebagai individu Gifted

Masyarakat awam akan cenderung memberi penilaian yang apriori memang dalam hal ini. Misalnya, “IQ tinggi koq seperti itu, percuma..” atau ".... sayang anak pintar tapi gak sopan .. ", dan sebagainya. 

Banyak kesaksian dalam komunitas yang menjelaskan kondisi-kondisi tidak ideal tersebut dalam diri individu Gifted. Independensi mereka sangat kental. 

Kapasitas intelektual mereka yang besar sering dipahami salah oleh lingkungan. Intelektual yang tinggi tersebut seringkali tidak seimbang dalam pengolahan sehingga menjadi timpang dalam praktik kehidupan di tengah masyarakat. Ini yang sering menjadi fokus awam. 

Sangat penting memahami mereka dengan kacamata positif memang, seperti Kazimierz Dabrowski tekankan dalam Positive Disintegrationnya. Memahami mereka dengan kedirian mereka merupakan cara efektif untuk masuk dalam dunianya. Memahami dari kacamata mereka adalah sebuah titik penting dan pintu masuk membangun relasi dengan mereka.

Di Indonesia secara kuantitatif anak berbakat (Gifted) akademik (ABA) sangatlah besar. Disebutkan dalam sebuah jurnal, diasumsikan berdasarkan pendekatan statistik yang kemudian dikaitkan definisinya Marland Report, jumlah anak berbakat sebanyak 3-5% dari populasi. Dijelaskan lagi bahwa, 3-5% anak-anak tersebut masih belum belum optimal dalam perkembangannya.

Prof. Munawar Yusuf dalam bukunya Pendidikan Inklusif juga menyinggung, bahwa pendidikan inklusif bagi anak-anak Gifted perlu terus dikembangkan agar perkembangan mereka menjadi lebih optimal dan berhasil guna. 

Potensi mereka yang besar jangan sampai terganjal dan terjegal oleh kondisi-kondisi teknis yang masih bisa diubah dan diupayakan sedemikian rupa baik dari sisi internal maupun eksternal. 

Berikut beberapa cara memahami mereka dari sudut pandang sosial emosional, sehingga perkembangan mereka menjadi lebih baik:

1. Memberikan kepercayaan mengenai sisi lebihnya

Ketika kita menitikberatkan pada kelemahan maka yang lebih tidak akan terlihat. Coba untuk lebih menggali sisi positif individu  ini, Gifted niscaya prestasi atau capaian kehidupan mereka akan lebih optimal. 

2. Berdialog untuk beberapa karakter yang menjadi kelemahannya

Area sosial emosional individu Gifted bisa dilatih sedemikian rupa. Dialog untuk memberikan 'latihan-latihan' pada mereka sangat penting. Mereka akan terbuka dengan perubahan karena kapasitas mereka yang sangat besar. Jangan ragu untuk melakukan diskusi untuk memperbaiki area ini. 

3. Tidak menghakimi mereka

Menerima mereka dengan segala kelebihan dan kekurangannya tanpa diskriminasi. Untuk cara ketiga menjadi sangat penting bagi orangtua, guru, dan masyarakat terkait. 

Jangan terburu-buru untuk memberikan label negatif karena 'pemberontakan' individu gifted. Perilaku yang eksentrik dari mereka harus dipahami dengan baik, sehingga tidak bermuara pada sebuah penghakiman yang justru akan memberikan dampak negatif pada perkembangan mental mereka. 

Memahami istimewanya individu gifted ini menjadi hal penting untuk mendongkrak perkembangannya terutama di area sosial dan emosi mereka. 

Semoga bermanfaat, terima kasih.

Referensi

1. Jurnal

2. Sahnaz, Y. (2012l : Gifted : Suka Duka Mengungkap Jati Diri Anakku yang Cerdas Istimewa. Grasindo. Jakarta

3. Yusuf, M. ;Widyorini, E. ;Van Thiel, M (2020) :Cerdas Istimewa di Kelas Inklusi, Buku Pegangan Guru dan Calon Guru. Prenada. Jakarta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun