Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Lingkungan Kerja Toksik Mempengaruhi Kesehatan Mental Karyawan, Salah Satunya Mental Block

22 Mei 2021   12:39 Diperbarui: 22 Mei 2021   13:04 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lingkungan kerja di luar lebih ganas dari ini, maka bersyukur aja kalo kamu dilatih dengan cara dibully disini! Jangan cengeng!"

"Gitu aja lembek!"

Pernah mendengar langsung kalimat seperti di atas? Atau justru kalimat ini ditujukan pada kita? Atau bahkan mungkin kita yang memberikan kalimat-kalimat itu kepada karyawan atau rekan kerja kita?

Pernahkah Anda melihat rekan kerja berjenis kelamin laki-laki yang berperilaku 'sedikit feminin' karena sesuatu yang tidak bisa dikendalikan olehnya diberondong dengan cemoohan, makian, ataupun bullyan oleh rekan kerjanya yang ditujukan pada rekan ini, dengan tameng mendidiknya agar lebih 'maskulin'?

Atau pernahkah Anda dibentak secara verbal oleh bos Anda di depan rekan-rekan kerja Anda? Mendapat perlakuan tidak menyenangkan di WA Grup dengan menyebutkan nama Anda secara gamblang, karena kesalahan yang tidak bisa Anda kendalikan karena keterbatasan dan memaki Anda di WA Grup tersebut, dan pelakunya justru adalah pemimpin atau bos Anda yang selayaknya memberi teladan?

Beragam jawaban tentu bisa muncul menanggapi pertanyaan di atas.

Lingkungan kerja toksik itu seperti apa sih?

Saya pernah mendampingi konseling seorang karyawan baru yang bekerja di sebuah perusahaan milik perorangan di sebuah kota yang relatif besar. Karyawan ini mengeluhkan tidak nyamannya beliau karena perlakuan rekan-rekannya.

Dalam kacamata kita, tentu ada dua sisi yang harus dikedepankan. Bisa jadi karyawan ini yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan atau lingkungan kerjanya memang tidak sehat. Bagaimana mengujinya?

Gampang saja, jika hampir karyawan disitu mengalami hal yang sama seperti yang dirasakan karyawan baru tadi tentu ada hal yang harus dibereskan di dalam lingkungan kerja tersebut. Tetapi jika kisah karyawan tadi hanya dari segelintir orang saja, berarti hal itu memberikan gambaran bahwa karyawan tadi harus lebih adaptif, dan tidak gampang menyerah pada situasi yang notabene baru dihadapinya.

Kondisi lingkungan kerja toksik bisa menpengaruhi kesehatan mental karyawan. Apabila dalam lingkungan pekerjaan kita sudah beratmosfer toksik, berhati-hatilah untuk menjaga kewarasan mental Anda.

Lingkungan kerja yang memaksakan kehendak, otoriter, figur pemimpin yang kurang mengayomi, lebih banyak menuntut tanpa memberi apresiasi, lingkungan kerja yang marak dengan asumsi-asumsi pribadi dan pemikiran negatif cenderung memberikan sumbangan yang kurang baik pada kesehatan mental karyawan.

Salah satu kesehatan mental karyawan yabg bisa muncul karena lingkungan kerja yang toksik adalah mental block.

Tonny Robbins menjelaskan bahwa mental block adalah situasi dan kondisi dalam diri seseorang yang mengalami penurunan performance kerja, mengalami penurunan kinerja dikarenakan tidak mampu fokus dan berpikir jernih. Dikenal juga dengan kelelahan mental!

Apabila hal ini telah terjadi dalam diri kita tentu hal ini sangat disayangkan. Karena lingkungan kerja toksis sebenarnya dapat dibenahi. Tidak lain dan tidak bukan harus ada perubahan mental besar-besaran para karyawan di dalamnya. 

Mindset menjadi fokus perubahan. Bukan hanya karyawan, jajaran direksi pun perlu dievaluasi. Lingkungan kerja saling memberikan pengaruh tentunya.

Saling sikut, mencari aman, hobi bergosip - bergosip tentang sesama rekan kerja, memberikan respon negatif pada prestasi karyawan, dan sebagainya, bila terjadi terus menerus tentu akan menciptakan kelelahan mental yang parah.

Banyak hal bisa dilakukan untuk mengatasi hal ini, diantaranya :

1. Menenangkan diri

Situasi yang kurang nyaman ini harus tetap disikapi dengan tenang, sehingga kita bisa mencari solusi terbaik. Mengkomunikasikan selalu menjadi jalan terbaik. Bukan dengan anarkis atau mengambil keputusan sepihak.

Jangan takut berbicara apabila hal ini diperlukan untuk menyelamatkan kondisi lingkungan kerja kita.

2. Melakukan strategi coping stress yang sesuai

Coping stress adalah mekanisme pertahanan diri yang bisa kita pakai untuk menjaga 'kewarasan' kita di tengah masalah yang menimpa. Satu sama lain tentu berbeda. Lakukanlah yang sesuai dengan diri kita.

3. Mencari solusi terbaik untuk tetap sehat

Jika semua upaya internal dan eksternal sudah dilakukan dan kondisi tidak berubah dan kesehatan mental kita semakin buruk, pikirkan untuk mencari suasana yang baru dwngan kata lain resign dari tempat pekerjaan itu.

4. Cari bantuan profesional

Jika lingkungan kerja toksik tadi memberjkan sebuah masalah mental yang akut, segera carilah bantuan profesional yang bisa dijangkau dengan segera. Kesehatan merupakan hal yang lebih penting dari pekerjaan itu sendiri. Tidak perlu merasa terintimidasi dengan 'tameng tangging jawab'.

Menjadi pribadi yang sembuh menjadi prioritas tertinggi.

Apakah masalah lingkungan kerja toksik ini menjadi sesuatu yang serius ketika hal ini menyangkut kesehatan mental seseorang. Tentu saja YA!

Di Indonesia masalah kesehatan mental memang masih belum sepenuhnya menjadi concern menyeluruh. Memang masih ada stigma yang menganggap bahwa kesehatan mental belum penting dan justru ditutupi yang berujung semakin buruknya kondisi kejiwaan seseorang.

Yuk, jadi support system yang baik untuk mereka yang membutuhkan 'latihan adaptasi' di lingkungan kerja kita... 

Serangan verbal yang brutal di lingkungan kerja menjadi pisau tajam yang ampuh untuk membunuh mental rekan kerja kita. Hati-hati dengan mulut dan perilaku kita. Senada dengan itu, jadilah bijak dalam merespon setiap kondisi yang ada.

So, jadilah berkat dan rekan kerja yang membawa damai  sejahtera bagi lingkungan sekitar kita ---- pengingat untuk diri sendiri.

Semoga bermanfaat.

Referensi : satu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun