Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentingnya Melatih Keterampilan Sosial pada Anak (6 - Selesai)

5 Desember 2020   14:20 Diperbarui: 6 Desember 2020   10:03 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba pada artikel bagian terakhir dari seri melatih keterampilan sosial pada anak. 

Mari kita mulai simak satu per satu.

Memandang Lawan Bicara Kita

Berkomunikasi merupakan sebuah hal yang mutlak pada setiap individu. Keterampilan sosial yang satu ini memiliki peranan yang penting.

Memandang lawan bicara kita merupakan sebuah apresiasi kepada orang yang kita ajak bicara.

Bukan hanya itu saja, komunikasi jadi lebih fokus dan terarah.

Menghargai Pendapat Orang Lain

Pendapat kita dengan pendapat orang lain belum tentu sama.

Keragaman pendapat bukan hanya sebuah kekayaan tetapi meneguhkan citra diri unik tiap orang. Menghargai tiap pendapat menjadi hal yang sangat penting, sehingga kehidupan yang harmonis dapat tercapai.

Kerjasama

Sebagai makhluk sosial, kerjasama antar individu tentu diperlukan.

Untuk itu bekerja bersama dalam sebuah tim atau kelompok dengan orang lain memerlukan bekal atau persiapan.

Banyak aturan tak tertulis yang harus ditaati guna memperoleh tujuan kerjasama itu sendiri. Tidak bisa mengedepankan ego kita, menjadi sebuah prinsip dasar kerjasama.

Kepentingan tim merupakan prioritas. Terus belajar untuk mengenali rekan-rekan yang ada di sekeliling kita dengan menyadari kelebihan dan kelemahan mereka.

Menyesuaikan diri dengan rekan-rekan yang diajak kerjasama juga menjadi hal yang penting disini.

Anak-anak bisa dilatih sejak dini untuk bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil. Konflik tentu ada. Peran kita menjadi jembatan untuk mereka, sehingga tujuan kerjasama tidak mandeg dan hubungan antar teman-teman mereka tetap bisa kokoh terjalin.

Memberikan arahan-arahan ketika konflik terjadi merupakan hal wajib bagi kita sebagai orang tua. Konflik bukan untuk memecah melainkan sebaliknya, konflik akan membangun dinamika relasi dalam lingkaran kerjasama mereka.

Menggunakan Etika dalam Membangun Relasi

Etika menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk dan tentang hak serta kewajiban moral (akhlak).

Melakukan relasi perlu didasari dengan pemahaman penuh bahwa tiap individu itu berharga. Mengembangkan relasi yang sehat dengan individu lain perlu senantiasa dikembangkan.

Tentu bukan untuk menghakimi orang lain mengenai apa yang baik atau apa yang buruk. Etika ini sejatinya untuk membekali diri agar dapat mengembangkan relasi-relasi yang sehat ketika berhubungan dengan individu lain di sekitar kita.

Perlu ditekankan, agar anak-anak kita mengerti peran dan posisi mereka di tengah keluarga bahkan masyarakat luas.

PENUTUP

Bagian terakhir artikel seri keterampilan sosial ini akan saya tutup dengan sebuah cerita dari kerabat mengenai sebuah pengalaman anaknya.

Suatu sore anak dari kerabat saya sedang bermain sepeda dengan kawannya di jalan depan rumahnya.

Tiba-tiba entah mengapa anak kerabat saya ini terjatuh dari sepeda. Dia tidak menangis. Di saat anak kerabat tersebut jatuh, ada suara tawa yang sangat keras dari seorang kawan yang sedang bermain bersamanya.

Sontak anak kerabat ini berdiri dan menghampiri kawannya yang sedang menertawakan dia selepas jatuh dari sepeda.

"Hei, kamu kenapa ngetawain saya? Jawab kenapa!"

Temannya menjawab, "Gak papa...!"

Ibu dari anak yang terjatuh dari sepeda ini langsung menghampiri anaknya serta mengajaknya pulang. Sesampainya di rumah Ibunya memberikan obat kepada anak yang terjatuh dari sepeda tersebut.

Ibunya di sela-sela mengobati bertanya kepadanya, kenapa tadi malah marah-marah dengan temannya.

Anak ini menjawab, "Saya jatuh dari sepeda, bukan ditolong malah diketawain, itu kan gak bener bu..!"

Jawaban anak itu sederhana tapi mengena sekali.

Dalam kehidupan nyata, banyak sekali hal serupa terjadi.

Jika mengetahui tetangga, kawan, saudara, kerabat kita terkena musibah yang dilakukan bukan menolongnya, tetapi malah nyinyir, dan justru senang, bahkan menambah bebannya menjadi semakin berat dengan cara memberikan sikap, atau pernyataan bahkan perilaku yang bernada ejekan, merundung dan rumpun-rumpun senada lainnya.

Kehidupan memang seperti roda yang senantiasa berputar.

Tidak akan selamanya yang jatuh akan jatuh, tidak selamanya pula yang kaya dan jaya akan selalu demikian.

Mawas diri, tepa selira menjadi sebuah bekal yang sangat penting bagi anak-anak kita.

Keterampilan sosial dan skill dalam menghadapi hidup amat penting bagi setiap individu yang masih merasakan karunia hidup yang diberikan Sang Maha Kuasa.

Hidup berdampingan dengan damai dalam persaudaraan merupakan harta mewah yang tak tertandingi.

Menjauhkan diri dari hal-hal yang membuat kisruh, melepaskan diri dari jerat dengki dan iri, dan membuat tameng ketika ada serangan provokasi untuk membenci orang lain merupakan hal-hal yang sangat kita butuhkan untuk menciptakan rasa kekeluargaan yang hangat dalam lingkungan kita.

Selamat hidup dalam damai.

Semoga bermanfaat.

SELESAI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun