Sontak anak kerabat ini berdiri dan menghampiri kawannya yang sedang menertawakan dia selepas jatuh dari sepeda.
"Hei, kamu kenapa ngetawain saya? Jawab kenapa!"
Temannya menjawab, "Gak papa...!"
Ibu dari anak yang terjatuh dari sepeda ini langsung menghampiri anaknya serta mengajaknya pulang. Sesampainya di rumah Ibunya memberikan obat kepada anak yang terjatuh dari sepeda tersebut.
Ibunya di sela-sela mengobati bertanya kepadanya, kenapa tadi malah marah-marah dengan temannya.
Anak ini menjawab, "Saya jatuh dari sepeda, bukan ditolong malah diketawain, itu kan gak bener bu..!"
Jawaban anak itu sederhana tapi mengena sekali.
Dalam kehidupan nyata, banyak sekali hal serupa terjadi.
Jika mengetahui tetangga, kawan, saudara, kerabat kita terkena musibah yang dilakukan bukan menolongnya, tetapi malah nyinyir, dan justru senang, bahkan menambah bebannya menjadi semakin berat dengan cara memberikan sikap, atau pernyataan bahkan perilaku yang bernada ejekan, merundung dan rumpun-rumpun senada lainnya.
Kehidupan memang seperti roda yang senantiasa berputar.
Tidak akan selamanya yang jatuh akan jatuh, tidak selamanya pula yang kaya dan jaya akan selalu demikian.