Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dia Seorang Wanita Hebat yang Memiliki Kasih Tanpa Syarat

20 November 2020   04:50 Diperbarui: 20 November 2020   05:07 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu yang memberikan kasihnya pada kami/ Sumber : dok.pri

Ibu, beliau yang memberikan kasih tanpa syarat.

Jika Ibu adalah Kompasianer dan saya adalah pemegang keputusan tunggal, beliau yang akan saya pilih untuk membawa piala kemenangan di segala kategori dalam ajang Kompasianival. Serius.

Dan.. jika ada kisah Malin Kundang, saya pernah ada di fase Malin Kundang jaman ini.

Kasih Ibu sepanjang jalan, kasih anak gak ada panjang-panjangnya.

Seberapa besar kasih anak pada Ibu, tak akan pernah bisa sebanding dengan kasih Ibu yang diberikan.

Ungkapan-ungkapan tersebut belum cukup mengungkap betapa besar kasih Ibu pada keluarga kami. Tak ada ukuran yang bisa tepat dalam menakar kasih Ibu.

Ibu dan pengorbanan, dua kata yang gak akan pernah bisa dipisahkan.

Ibu dan ketulusan, juga sama, dua kata yang akan berdampingan layaknya sepasang sandal jepit, selalu berjalan bersama.

Ibu dan kasih sayang, udah deh, gak akan pernah ada yang bisa memisahkan kata-kata ini.

Sejak dilahirkan hingga saat ini tidak akan sanggup membalas semua hal yang telah diberikan beliau.

Beliau sosok Guru dan Ibu sekolah pertamaku.

Nyawa sebagai taruhan, ini sebuah kasih terbesar yang pernah ada. Mau dan mampu menukar nyawa untuk anak-anak terkasih yang dilahirkannya.

Hal-hal sederhana yang tertangkap secara visual dari mata saya merupakan hal-hal yang memiliki makna dan nilai besar bagi saya pribadi.

Ibu dengan tangannya, terampil menjadikan rambut saya hitam, tebal, dan sehat. Saat main bersama-sama dengan teman-teman di perumahan kala itu, rambut saya tertular seorang anak yang terserang kutu rambut

Ibu dengan kasih menunjukkan kepiawaian-nya menggunakan sisir serit untuk melindungi anak perempuannya dari kutu-kutu dan keturunannya.

Saya ingat betul 3 hari berturut-turut Ibu dan saya berperang melawan kutu rambut saat itu. Hasilnya benar-benar bersih. Ibu memberikan tips pada saya setelah peristiwa itu terjadi, agar kutu tidak gemar bersarang lagi di kepala saya.

Saat itu saya duduk di kelas 2 jenjang Sekolah Dasar.

Berikutnya, kisah Bihun Goreng adalah sesuatu yang terkenang-kenang sepanjang masa.

Saat itu rumah kami kebagian menjadi tempat arisan ibu-ibu di perumahan. Ibu saya memasak hidangan Bihun Goreng nikmat. Masakan Ibu itu kesukaan saya pula.

Pasca hidangan matang, tangan saya "nitili" Bihun Goreng itu sedikit demi sedikit, eh, gak sadar, alhasil Bihun Goreng bakal suguhan tersebut menipis.

Alhasil hari itu Ibu harus mengupayakan makanan lain untuk menambah konsumsi arisan. Sementara itu omelan beliau menghinggapi saya.

Kisah lain, ada selokan yang baru dibangun hari itu di depan rumah. Saya dan teman-teman di perumahan bermain "petak umpet". Tercetus ide untuk menjadikan selokan tersebut sebagai tempat persembunyian saya. Kebetulan selokan itu masih bersih karena baru saja selesai dibangun.

Tak sadar begitu lama saya berada disana, teman-teman butuh waktu lama untuk menemukan saya, sampai akhirnya saya pun tertidur. Saya mendengar sayup-sayup suara tetangga dan Ibu yang panik memberi info mencari keberadaan saya sampai ke blok lain. Padahal saya memang belum pernah bermain sampai keluar blok perumahan.

Saya beranjak bangun dan menghampiri sumber suara, kebetulan Ibu telah sampai kembali di depan rumah kami.

"Bu, aku disini ngumpetnya..", seraya menunjuk "ruang tidurku".

Setelah kejadian itu, satu setengah jam lebih digunakan Ibu untuk menegur saya, duet dengan Bapak.

Berpisah dengan keluarga ketika hendak kuliah, di tahun 1998, merupakan babak yang tak mudah, berat rasanya.

Saat pulang sekolah jenjang menengah, saya terkadang tak menyentuh masakannya karena kurang selera dengan hidangan yang Ibu masak. Terlihat betul raut kesedihan dan kecewa. Jika boleh mengulang episode hidup yang satu itu, saya ingin sekali memperbaikinya.

Alam seolah membalas perbuatan saya tersebut. Ketika harus kost saat kuliah dulu. Mencari menu makanan untuk tiap sesi makan bukan hal yang mudah.

Susah payah karena lokasi kost cukup jauh dari warung makan. Sebenarnya ada beberapa lokasi yang dekat dengan kost, tetapi kadang kala kami anak-anak kost butuh variasi hidangan masakan untuk "penyegaran". Bisa dibayangkan bila makan pagi, siang, dan malam membeli di kedai dekat kost itu terus menerus, jenuh juga. Padatnya perkuliahan saat itu tidak bisa memiliki waktu khusus untuk memasak menu makan.

Kesulitan itu merupakan sebuah cara yang Tuhan gunakan untuk membuat saya lebih bersyukur pada masa-masa Ibu memasak menu makan untuk saya dan keluarga di rumah. Setiap kali pulang ke rumah di sela-sela perkuliahan saat itu, saya tidak pernah melewatkan waktu untuk menyantap masakan-masakan yang dihidangkan Ibu lagi.

Masa itu merupakan masa-masa kangen dengan masakan Ibu. Hidangan-hidangan masakan dirumah dibuat dengan penuh kasih, sepulang beliau mengajar.

Walau capek, Ibu tetap memasak untuk anak-anak kesayangannya.Seorang wanita karir tetapi tetap membumi mengurus kami, anak-anaknya.

Aku dan adik perempuanku, tak bisa menyamai ketangguhannya dalam melakoni banyak peran yang melekat dalam hidup Ibu..

Saat kami memilih cinta kami, Ibu begitu tekun mendoakan kami. Saat-saat kami membutuhkan pertolongan, Ibu selalu setia berkorban bagi kami.

kami saat bersama Ibu di makam Bapak/sumber : dok.pri
kami saat bersama Ibu di makam Bapak/sumber : dok.pri
Saat belahan jiwanya dipanggil pulang ke rumah Bapa. Kami semua sedih.

Ibu terlihat terpukul beberapa saat. Kami sangat memahami itu. Ibu dan Bapak selalu berdampingan kemana dan dimana saja. Saat itu fase yang membuat kami dekat dan saling merangkul, untuk saling menguatkan.

Roda kehidupan terus berputar. Kami anak-anaknya belum dapat membalas cinta kasih beliau. Bahkan tidak akan pernah mampu membalas cinta kasih Ibu yang tak tertandingi.

Saat ini rutinitas sebagai Ibu dan Nenek terus dilakoninya.

Minuman jus dan jamu sangat setia menemani kami sekeluarga. Minuman buatan Ibu kami, selalu membuat kangen.

Sayang dan kasihnya terasa begitu kental dalam tiap teguk jus maupun jamu yang tiap pagi dan sore disajikannya. Hal itu terjadi ketika Ibu berkunjung ke rumah kami masing-masing.

Gelas penuh cinta itu tersaji tanpa syarat. Selalu ada buat kami.

Ibu, terima kasih.

Cita-cita yang masih terpendam, ingin menemaninya berjalan-jalan ke tempat-tempat yang beliau belum pernah kunjungi.

salah satu momen Ibu bersama cucu/ sumber : dok.pri
salah satu momen Ibu bersama cucu/ sumber : dok.pri
Ibu suka sekali berwisata. Hal itu dulu dilakukan bersama-sama dengan Bapak kami terkasih. Sepeninggal Bapak, rasanya jarang menemukan momen yang tepat untuk berwisata bersamanya.

Berharap bisa melewatkan waktu-waktu bersamanya kelak setiap saat.

Satu waktu pernah bertanya apa yang beliau inginkan dalam hidup. Sama seperti jawaban yang Bapak kami ucapkan saat beliau masih bersama kami, "..tidak ada keinginan apapun untuk Ibu, tetapi ada doa Ibu pada Tuhan, Ibu ingin kalian semua berbahagia dan sejahtera hidupnya.."

Teringat akan Kompasianer senior, Bapak Katedrarajawen dalam suatu komentar yang beliau tuliskan di dalam artikel saya, pernah menyatakan, "kebahagiaan terjadi kala mampu melepaskan keinginan..". Benar adanya.

Usia yang hampir memasuki kepala 7 itu tidak menggambarkan pengaruh usia senja. Beliau masih tetap bugar dan segar. Bahkan satu waktu ada seorang tetangga bertanya pada saya, "Ini kakaknya Bu Nita?"

"Ya, Tuhan..., begitu tuanya aku..", saya membatin.

Saya jawab, "Ini Ibu saya, Bu.."

Tetangga itu menanggapi, "Wah masih muda, ya.."

Pernyataan-pernyataan Ibu yang awet muda, menegaskan betapa tenang dan "semeleh" beliau dalam menjalani hidup.

Suatu hal yang saya pelajari. Beliau tidak pernah membedakan mana anak kandung dan mana anak mantu. Di matanya semua anaknya. Sebuah keteladanan dalam bersikap.

Sekalipun pernah beliau mendapati kenyataan anak-anaknya tidak memberikan kasih mereka sebagaimana mestinya, dia tetap memberikan kasihnya pada kami semua tanpa pandang bulu.

Saat kenyataan dalam hidup sering memperlihatkan power of kata-kata yang kuat, sebaliknya tanpa kata Ibu selalu memberikan teladan. Lebih sering beraksi ketimbang membuat janji.

Tulus dalam memberi kasihnya tanpa mengharap balas jasa sangat terlihat di setiap episode hidup yang dilakukan Ibu. 

Suatu waktu seorang kerabat menawarkan beliau untuk pergi "ziarah" ke Yerusalem, tetapi saat itu bersamaan dengan kebutuhan anak-anaknya, beliau mengalah menyerahkan tabungan-nya untuk kami. Berharap ada kesempatan untuk mengantar beliau kesana.

Saat beliau ingin mengunjungi kerabatnya di kampung halaman, karena kami semua sibuk dengan pekerjaan, Ibu tak jadi pergi. Saya itu sebuah keinginan sederhana saja, tetapi kami tidak dapat memberikannya.

Senada dengan Bapak, Ibu selalu  memberikan wejangan-wejangan kepada kami untuk hidup selalu RUKUN dalam keluarga.

Semoga kami senantiasa ada di dalam suasana itu sepanjang masa hidup kami, Ibu.

Terima kasih dan kami bersyukur memiliki engkau, Ibu.

Tuhan memberkati Ibu.

Catatan :

Nitili               : Mengambil sedikit demi sedikit tetapi sering.

Sisir Serit     : Jenis sisir yang digunakan untuk merawat rambut dimana gigi sisir-nya sangat rapat.

Semeleh       : Kata ini merupakan kata dalam bahasa Jawa yang berarti sebuah seni berserah diri kepada Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun