Cita-cita yang masih terpendam, ingin menemaninya berjalan-jalan ke tempat-tempat yang beliau belum pernah kunjungi.
Ibu suka sekali berwisata. Hal itu dulu dilakukan bersama-sama dengan Bapak kami terkasih. Sepeninggal Bapak, rasanya jarang menemukan momen yang tepat untuk berwisata bersamanya.
Berharap bisa melewatkan waktu-waktu bersamanya kelak setiap saat.
Satu waktu pernah bertanya apa yang beliau inginkan dalam hidup. Sama seperti jawaban yang Bapak kami ucapkan saat beliau masih bersama kami, "..tidak ada keinginan apapun untuk Ibu, tetapi ada doa Ibu pada Tuhan, Ibu ingin kalian semua berbahagia dan sejahtera hidupnya.."
Teringat akan Kompasianer senior, Bapak Katedrarajawen dalam suatu komentar yang beliau tuliskan di dalam artikel saya, pernah menyatakan, "kebahagiaan terjadi kala mampu melepaskan keinginan..". Benar adanya.
Usia yang hampir memasuki kepala 7 itu tidak menggambarkan pengaruh usia senja. Beliau masih tetap bugar dan segar. Bahkan satu waktu ada seorang tetangga bertanya pada saya, "Ini kakaknya Bu Nita?"
"Ya, Tuhan..., begitu tuanya aku..", saya membatin.
Saya jawab, "Ini Ibu saya, Bu.."
Tetangga itu menanggapi, "Wah masih muda, ya.."
Pernyataan-pernyataan Ibu yang awet muda, menegaskan betapa tenang dan "semeleh" beliau dalam menjalani hidup.
Suatu hal yang saya pelajari. Beliau tidak pernah membedakan mana anak kandung dan mana anak mantu. Di matanya semua anaknya. Sebuah keteladanan dalam bersikap.