Beliau sosok Guru dan Ibu sekolah pertamaku.
Nyawa sebagai taruhan, ini sebuah kasih terbesar yang pernah ada. Mau dan mampu menukar nyawa untuk anak-anak terkasih yang dilahirkannya.
Hal-hal sederhana yang tertangkap secara visual dari mata saya merupakan hal-hal yang memiliki makna dan nilai besar bagi saya pribadi.
Ibu dengan tangannya, terampil menjadikan rambut saya hitam, tebal, dan sehat. Saat main bersama-sama dengan teman-teman di perumahan kala itu, rambut saya tertular seorang anak yang terserang kutu rambut
Ibu dengan kasih menunjukkan kepiawaian-nya menggunakan sisir serit untuk melindungi anak perempuannya dari kutu-kutu dan keturunannya.
Saya ingat betul 3 hari berturut-turut Ibu dan saya berperang melawan kutu rambut saat itu. Hasilnya benar-benar bersih. Ibu memberikan tips pada saya setelah peristiwa itu terjadi, agar kutu tidak gemar bersarang lagi di kepala saya.
Saat itu saya duduk di kelas 2 jenjang Sekolah Dasar.
Berikutnya, kisah Bihun Goreng adalah sesuatu yang terkenang-kenang sepanjang masa.
Saat itu rumah kami kebagian menjadi tempat arisan ibu-ibu di perumahan. Ibu saya memasak hidangan Bihun Goreng nikmat. Masakan Ibu itu kesukaan saya pula.
Pasca hidangan matang, tangan saya "nitili" Bihun Goreng itu sedikit demi sedikit, eh, gak sadar, alhasil Bihun Goreng bakal suguhan tersebut menipis.
Alhasil hari itu Ibu harus mengupayakan makanan lain untuk menambah konsumsi arisan. Sementara itu omelan beliau menghinggapi saya.