“Sekali lagi terima kasih, Nia..”
Adegan beberapa tahun lalu itu kembali muncul mewarnai lamunanku.
**
“Tolong, berikan porsi sedikit lebih saja kepada keluarga ini, Graha…”
“Aku tidak enak pada keluargaku, Nia..”
“Baik, aku mengalah, aku pamit, Graha..!”
***
Ketololanku membuat Batu Karang pergi. Kelemahanku, secara tidak sadar menyerahkan kemudi rumah tanggaku pada kakak-kakakku. Sebuah kekeliruan terbesarku.
Kesalahanku di masa lalu membawa rasa bersalah yang besar. Penilaian semu dan pandangan keluarga menjadi tolok ukur aku melakoni hidup dengan Nia.
Harga diri dan ego membawa pada sebuah kesenjangan pada keluarga kecilku.
Aku tak bisa benar-benar memberikan prioritas bagi keluarga kecilku.