Tiap manusia memiliki keunikan-keunikan yang membedakan manusia satu dengan manusia lain. Dari mulai bentuk fisik, pola pengasuhan keluarga, cara pandang, dipastikan berbeda.
Perbedaan tersebut bisa memicu ketidakharmonisan jika disikapi dengan negatif. Mengajarkan untuk menghargai perbedaan orang lain sangat dianjurkan.
Mengijinkan anak-anak kita hidup dalam perbedaan sejak dini, membuat mereka tumbuh dengan lebih arif, niscaya membuat mereka lebih dapat menerima tiap keunikan yang secara alamiah telah dibawa oleh masing-masing individu.
Menanamkan pola pikir bahwa perbedaan justru berpotensi melengkapi dan bisa memberi kesejahteraan juga sangat penting bagi anak-anak kita.
Saya teringat pada saat saya masih berumur 6 tahun. Dalam sebuah sesi sekolah minggu, seorang kakak pengajar sekolah minggu kami membagi peran untuk kami sesuai dengan kelebihan atau kelemahan kami masing-masing.
Dia menekankan semua mendapat bagian dalam acara pentas Natal di pos pelayanan wilayah kami.
Yang suka bergerak dan aktif diberikan peran menari, yang pemalu diberi peran sebagai narator pementasan drama dan pengisi suara dalam sebuah panggung boneka, yang suka berbicara diberi peran bermain drama.
Kala itu kami bisa bergembira bersama menerima peran kami berdasarkan keunikan karakter kami.
Perbedaan bukan penghalang untuk mewujudkan hidup yang harmonis.
Sepakat dengan pernyataan, “…pintar secara akademis bukan segalanya bagi anak-anak kita…”, ada pencapaian-pencapaian lain dalam hal life skill (yang dalam hal ini adalah keterampilan sosial) yang juga perlu diupayakan.
Beberapa keterampilan sosial yang lain akan dibahas dalam artikel berikutnya, sebuah artikel kelanjutan di seri keterampilan sosial.