Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Nak, Nikmati Dulu Saja Masa Kecilmu Jangan Tergesa-gesa Dewasa

11 September 2020   12:17 Diperbarui: 12 September 2020   01:01 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak laki-laki dan perempuan berjalan bergandengan tangan (Sumber:unsplash.com/annie spratt)

Sebuah sesi konseling saya dengan mereka membawa sebuah pemahaman dan pengalaman baru, bahwa anak perempuan ini mengharapkan sebuah relasi yang lebih dari sekadar teman biasa, namun demikian sang siswa belum “ngeh” dan masih menganggap pertemanan dan persahabatan yang terjadi di antara mereka seperti layaknya teman biasa saja.

Lain lagi dengan pengalaman yang satu ini. Ada seorang anak perempuan yang dilaporkan oleh teman laki-lakinya karena "risih" dirinya selalu diikuti, selalu di DM (Direct Message), selalu di-WhatsApp, dan merasa “dikejar-kejar” untuk diajak pacaran oleh sang anak perempuan tadi. 

Usut punya usut si anak perempuan ini memendam rasa suka pada teman laki-lakinya, sedangkan teman laki-lakinya tidak berpikir sama sekali ke arah itu (pacaran) dan menganggapnya hanya sekedar teman biasa saja.

Ini merupakan contoh-contoh di lapangan yang saya temukan. Anak perempuan ini telah mengalami sebuah perkembangan pesat dalam area emosi mereka, yang belum dialami oleh teman laki-lakinya, namun demikian memang tidak semua siswi mengalami hal yang sama.

Ada juga anak perempuan yang masih “stay on the track” berteman dengan lawan jenis pada tingkat kewajaran.

Ada beberapa hal yang saya tengarai bisa menciptakan perbedaan antara siswi yang satu dengan siswi yang lain, terutama terkait relasi dengan lawan jenisnya:

Kesepian dan kurangnya bonding (kelekatan) dengan orangtua

Memang sebuah dilema ketika orangtua sibuk dengan pekerjaan sehingga melewatkan bonding ataupun kelekatan dengan anak-anak mereka, sehingga terkadang pantauan akan detil perkembangan mereka pun terluput. Perhatian dan arahan sangat diperlukan, terutama komunikasi dalam masa-masa anak tersebut mendekati usia remaja.

Memberikan sebuah arahan bahwa akan datang sebuah masa di mana mereka akan mengalami ketertarikan dengan lawan jenis mereka, menjadi sebuah hal penting yang tak boleh dihindari.

Komunikasi dua arah antara anak-anak yang telah “siap” memasuki usia remaja sangat dibutuhkan. Misalnya menjelaskan apa itu pacaran, sebaiknya kapan memulai pacaran, lalu apa sih tujuan pacaran, dan ulasan-ulasan yang perlu diketahui anak-anak kita, baik laki-laki maupun perempuan.

Pengaruh tayangan-tayangan yang ditontonnya

Tayangan-tayangan tanpa filter ditengarai menjadi penyebab muncul dorongan untuk mencoba. 

Beberapa waktu lalu, ada seorang anak yang saya jumpai (sekitar masuk jenjang usia 6 tahun) menyanyikan lagu-lagu bertemakan cinta dan seputar relasi lawan jenis. Kosa kata yang digunakan dalam lagu-lagu yang dia nyanyikan, saya yakini belum dipahaminya 100%, tetapi begitu fasih dan intens lagu itu dinyanyikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun