Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pasutri, Ada Sebuah Inspirasi yang Menguatkan Bernama Kintsugi

4 September 2020   11:56 Diperbarui: 5 September 2020   05:23 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (Foto: Motoki Tonn on Unsplash)

Betapapun hancurnya relasi pernikahan, ingatlah, bahwa komitmen dan kasih mula-mula yang dipakai sebagai pengikat dua insan yang berbeda, menjadi sebuah kunci pemersatu dalam bahtera rumah tangga yang kita bangun.

Kintsugi, seni menggabungkan keramik pecah dengan emas menjadi sebuah filosofi menarik yang saya analogikan dalam proses memulihkan sebuah relasi pernikahan.

Kintsugi mengajarkan saya bahwa luka atau pecahan-pecahan yang terjadi bisa menjadi sebuah hal yang bernilai ketika mengalami sebuah PEMULIHAN.

Saya tertarik sekali dengan kata pemulihan. Untuk memulihkan sebuah hubungan yang telah rusak perlu mengingat kembali sebuah tujuan pernikahan dalam satu kata yang bernama komitmen, serta kasih mula-mula yang telah menjadi pondasi berdirinya sebuah rumah tangga.

Penaklukan diri pada ego masing-masing dibutuhkan. Mengalahkan ego untuk sebuah keutuhan menjadi titik penting.

Memang tidak bisa satu pasangan saja yang berjuang, dibutuhkan keduanya untuk bersama-sama berjuang.

Tidak ada kata tidak bisa selama kita masih diberi kesempatan untuk hidup oleh Sang Pencipta.

Pernikahan kita akan menjadi sebuah seni Kintsugi yang bernilai. Bernilai bagi kita dan terlebih lagi orang lain. 

Keluarga adalah harta yang paling berharga melebihi apapun di dunia ini.

Selamat berjuang dan menjadi inspirasi serta teladan yang bernilai seperti sebuah seni yang bernama Kintsugi.

Referensi : 1, 2, 3, 4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun