Dipastikan perselisihan pasti ada. Pertikaian juga pasti tak jarang. Perbedaan pemikiran pasti menjadi sebuah aroma-aroma tersendiri dalam rumah tangga pasutri.
Kesalahpahaman menjadi sebuah bumbu-bumbu dalam sebuah biduk rumah tangga. Badai kecil atau badai hebat pasti pernah terjadi dan menghampiri sebuah rumah tangga.
Saya tidak akan menggurui para pembaca semua yang lebih berpengalaman dan mumpuni dalam membina rumah tangganya. Apalah saya yang baru menapaki usia pernikahan seumur jagung, jelas masih butuh perjuangan panjang dan bimbingan, serta teladan dari rekan K semua.
Kintsugi adalah sebuah seni penggabungan tembikar dengan menggunakan emas.
Saya hanya hendak membagikan sebuah filosofi yang sangat bagus dan menarik bagi saya terkait relasi dalam pernikahan. Filosofi yang saya ambil ini adalah dari sebuah seni penggabungan tembikar yang telah pecah menggunakan emas di Jepang, KINTSUGI.
Negara Jepang terkenal dengan berbagai seninya yang unik, keren, dan mantul. Sebut saja Origami, ada Ikebana, dan Kintsugi.
Kintsugi berasal dari kata Kin yang berarti emas dan tsugi yang berarti penggabungan.
Tembikar atau keramik yang pecah tidak dibuang di negara ini, tetapi digabungkan dengan menggunakan emas, dan akhirnya lahir sebuah seni kriya baru dan tak kalah unik yang lebih bernilai.
Layaknya rumah tangga yang mengalami kehancuran, saya merenungkan, ada hal berharga yang harus dipertahankan sehingga hal itu akan menjadi sesuatu yang bernilai dan menjadi berkat untuk orang lain.
Memulihkan kondisi sebuah relasi sama seperti menggabungkan kembali keramik atau tembikar yang telah pecah menggunakan emas sebagai media penggabungnya.
Nah, emas dalam memulihkan kondisi rumah tangga yang hancur saya analogikan sebagai komitmen (seperti yang disarankan juga dalam laman Kompas.com) Â yang menjadi sebuah tujuan pernikahan dan kasih mula-mula yang ada sejak awal pernikahan dibangun.