Soal Risiko?
Bahwa, risiko terburuknya apabila terjadi hal yang diluar dugaan seperti misalnya harga Kol jatuh terjerembab hingga diangka paling dasar yaitu 500 rupiah per kilo, harga yang meskipun jarang tapi memang pernah terjadi, tapi dengan bobot yang rata 2 kilo per batang, maka biaya per batang yang seribu rupiah akan tertutupi dari bobot yang 2 kilo  tadi.  Karena bobot yang 2 kilo dikali harga 500 per kilo, hasilnya seribu rupiah, yang artinya IMPAS alias tidak rugi.  Paling hanya target menjadi tidak tercapai pada sesi tanam tersebut, namun biasanya akan tertutupi pada sesi-sesi tanam berikutnya.
.
[Dari hasil hitung-hitungan tadi:]
Bayangkan, dari hasil upaya tanam kolmu tersebut kamu bisa memberangkatkan 1 termoking (20) ton saja per minggu, guna memenuhi permintaan pasar induk Kramat Jati, Pasar Induk Cibitung Bekasi atau pasar-pasar induk lokal yang ada, Â maka dalam sebulan kamu bisa mendapatkan omset 80 ton, lalu kamu bisa menerima hasil penjualan sebesar 160 juta, Â dan kalau disetahunkan akan menjadi 1 milyar 920 juta.
Sementara itu, biaya produksimu hanya berjumlah 480 juta yaitu dari hasil perhitungan 10 rb batang untuk sekali berangkat, yang artinya  40 ribu batang  untuk sebulan, atau 480 ribu batang untuk selama 1 tahun, dikali modal seribu rupiah per batang, sehingga dengan demikian kamu akan dapat untung sebesar 1 milyar 440 juta rupiah.
[Masih dari hasil hitung-hitungan tadi:]
Lalu, bayangkan juga  kalau harganya rata-rata 3 ribu, atau bahkan 4 ribu, harga rata-rata  yang bukan sesuatu yang mustahil karena merupakan harga yang sering terjadi, apakah omsetnya  bukan bisa naik lagi satu setengah sampai 2 kali?
Dan, itupun baru hanya pasang target 2 kilo per batang. Apalagi bisa di-push hingga rata  3 kilo? Atau bahkan 4 kilo?
Hmmm …
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H