Mohon tunggu...
Nisrina Qatrunnada
Nisrina Qatrunnada Mohon Tunggu... Lainnya - -

hello

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesenjangan Teknologi dalam Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh pada Masa Pandemi Covid-19

1 November 2022   21:00 Diperbarui: 1 November 2022   21:02 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Nisrina Qatrunnada

(Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ) 

Pendidikan merupakan sektor produktif yang kegiatannya harus tetap berjalan bagaimanapun kondisinya. Dalam pelaksanaanya, pendidikan memiliki komponen-komponen pendukungnya, komponen-komponen tersebut meliputi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, pendidik, peserta didik, dan evaluasi pembelajaran (Aminuddin Rasyad, 2003: 124-125). 

Kegiatan pendidikan formal yang selama ini dilakukan tidak terlepas dari lingkungan sekolah, namun tiba-tiba keadaan berubah total saat pandemi Covid-19 datang menghampiri dunia. Pada saat itu seluruh kegiatan sosial lumpuh total, semuanya dilakukan dari dalam rumah.

Tidak ada kegiatan sosial yang berjalan semestinya. pandemi Covid-19 membuat pelaku pendidikan memutar otak dan membuat sistem kegiatan pembelajaran baru yang harus diimplementasikan saat itu juga, maka dari itu sistem pendidikan yang dijalankan pada masa pandemi yang telah berlangsung selama 2 tahun kebelakang sangat tidak siap dan tidak matang, sistem pengajaran tersebut tidak efektif untuk mencerdaskan peserta didik karena masih dalam tahap uji coba uji coba. 

Pembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan selama pandemi menggunakan sistem daring (Online) yang melibatkan penggunaan teknologi. 

Para peserta didik dituntut harus memiliki teknologi berupa handphone ataupun laptop agar bisa tetap mengikuti pembelajaran di sekolah dari jarak jauh. Pada era modern ini kepemilikan gadget berupa handphone merupakan hal yang biasa, semua orang dari segala kalangan bisa memiliki handphone, barang tersebut sudah bukan menjadi barang yang mahal dan sulit didapatkan. 

Namun, permasalahan yang terjadi di Indonesia yaitu tidak meratanya kesejahteraan sosial di masyarakat. 

Bahkan di era modern ini, masih ada masyarakat yang taraf ekonominya rendah bahkan tidak mampu untuk membeli gadget seperti handphone, hal tersebut yang membuat sistem pembelajaran jarak jauh secara daring tidak dapat menjangkau seluruh peserta didik di Indonesia. 

Bahkan, ketidakmerataan kesejahteraan masyarakat bukan hanya terjadi di pedesaan, di daerah perkotaan, kesenjangan sosial lebih terlihat apabila ada beberapa masyarakat yang perekonomiaannya dibawah rata-rata masyarakat penduduk sekitar. Maka dari itu perlu adanya perhatian terhadap setiap individu dalam setiap satuan pendidikan.

Dalam rangka menyesuaikan diri dengan zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta globalisasi, pemerintah telah melakukan berbagai upaya pembenahan dan peningkatan mutu pendidikan yang tercermin dalam berbagai kebijakan. 

Salah satu kebijakan pemerintah adalah menambah jumlah pegawai sebanyak 4.444 orang di bawah manajemen modern. Hal ini tentunya membutuhkan koordinasi yang lebih aktif dan kreatif oleh 4.444 tenaga pendidik dan lembaga.

Sistem pendidikan yang sudah diterapkan selama kurang lebih dua tahun selama pandemi berlangsung mengundang banyak pro-kontra, banyak hambatan dalam pelaksanaannya. Masih banyak daerah-daerah pedesaan di Indonesia yang belum terjamah perkembangan teknologi menjadi salah satu yang merasakan ketidakefektifan sistem pendidikan pada masa pandemi. 

Belum terjangkaunya sinyal internet dan juga kepemilikan gadget yang masih langka membuat kegiatan pembelajaran jarak jauh di desa-desa tertinggal tidak terlaksana dengan baik, bahkan ada juga yang tidak dapat terlaksana. 

Bahkan mereka berusaha agar pembelajaran tetap dilaksanakan secara tatap muka di suatu tempat. Hal tersebut juga membuat para guru di pedesaan harus rela berkorban agar peserta didiknya tetap bisa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. 

Berbagai cara dilakukan oleh para guru di pedesaan, seperti mendatangi rumah murid nya yang tidak memiliki gadget, mengadakan pembelajaran secara tatap muka di suatu tempat, dan memfasilitasi muridnya yang benar-benar tidak memiliki fasilitas yang mumpuni untuk mengikuti pembelajaran jarak jauh karena orang tua yang juga tidak memiliki gadget. 

Hal tersebut perlu adanya perhatian lebih dari pemerintah terhadap desa-desa yang terkendala teknologi dan guru-guru yang berjuang demi terlaksananya pendidikan di desa-desa. Selain hambatan mengenai teknologi yang terjadi di pedesaan, di perkotaan pun tidak jarang ditemui kasus yang sama. 

Rendahnya ekonomi suatu keluarga di perkotaan yang dimana masyarakat sosialnya memiliki taraf ekonomi yang terbilang mampu membuat kesenjangan sangat terlihat apalagi dalam pengimplementasian sistem baru yang tidak dilakukan survey terlebih dahulu mengenai faktor pendukung berjalannya sistem baru. 

Anak-anak di daerah perkotaan tentu sudah tidak asing dengan teknologi, lingkungan pergaulan yang membawa seorang anak menjadi seperti mayoritas anak-anak dilingkungannya. 

Apabila mayoritas dalam lingkungan pergaulan tersebut merupakan anak-anak yang mampu dan difasilitasi oleh orang tuanya dengan teknologi, maka anak-anak yang terbilang kurang mumpuni fasilitasnya akan terbawa dan akan diperkenalkan oleh temannya dan menjadi tahu tanpa harus memiliki fasilitas tersebut. 

Namun, apabila kondisi berubah menjadi mendesak seperti wabah Covid 19 yang tiba-tiba datang, membuat setiap anak harus memiliki fasilitas yang sama dan menjadi wajib untuk dimiliki.

Selain kesenjangan teknologi yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia, transformasi pembelajaran yang terjadi pada masa pandemi membuat para guru sebagai tenaga pendidik harus beradaptasi dengan teknologi. 

Tidak sedikit guru di Indonesia yang kurang familiar dengan teknologi, akibatnya banyak guru yang harus melaksanakan kegiatan pembelajaran sambil mempelajarinya sedikit demi sedikit, maka dari itu membuat kegiatan yang dilaksanakan menjadi kurang efektif karena kurang optimalnya kemampuan guru dalam mengaplikasikan sistem pembelajaran yang ditentukan.

Diterapkannya penggunaan platform-platform digital seperti zoom meeting, google form untuk mengisi absensi, quiziz sebagai platform evaluasi pembelajaran, dan lain sebagainya, membuat para tenaga pendidik butuh untuk mempelajarinya terlebih dahulu. 

Dalam prosesnya, justru para tenaga pendidik dituntut untuk mempelajarinya secara otodidak tanpa ada arahan/pelatihan secara menyeluruh sebelum diterapkannya sistem pembelajaran baru. 

Tidak semua tenaga pendidik memiliki kapasitas yang sama, banyak diantara mereka yang kurang paham dan kurang mengikuti perkembangan teknologi membuat mereka kesulitan dalam menjalani kebiasaan baru dalam sistem pendidikan yang baru. 

Hal tersebut perlu adanya evaluasi dari pemerintah bahwa segala sesuatu harus diadakan persiapan yang matang secara serempak dan menyeluruh, dalam permasalahan ini, yang perlu dilakukan apabila hal seperti ini terjadi lagi ialah dengan melakukan pelatihan atau workshop yang berkaitan dengan pengaplikasian sistem yang akan digunakan.

Permasalahan selanjutnya selain para guru yang kurang familiar dengan teknologi, pembelajaran jarak jauh menunut para orang tua untuk membimbing langsung kegiatan pembelajaran orang tua harus sepenuhnya mengontrol bahkan terjun langsung selama kegiatan pembelajaran berlangsung. 

Yang sebelumnya peran orang tua hanya membantu anaknya dalam mengerjakan tugas, pada masa pandemi orang tua harus paham komponen-komponen yang digunakan selama pembelajaran jarak jauh. Permasalahan yang timbul sama seperti permasalahan yang dihadapi para guru, tidak semua orang tua paham akan teknologi. Justru para orang tua jauh lebih asing dengan teknologi. 

Banyak orang tua murid yang kurang mengenyam bangku pendidikan, bahkan tidak sedikit orang tua murid yang sama sekali tidak menempuh pendidikan. 

Maka dari itu sebenarnya yang paling penting untuk diberikan pelatihan dan pencerdasan mengenai teknologi yang digunakan dalam sistem pembelajaran jarak jauh yaitu orang tua murid. Maka dari itu, karena kurangnya pengetahuan orang tua murid mengenai teknologi, membuat proses pembelajaran menjadi terkendala. 

Selain itu, dampak dari orang tua murid yang lebih berperan dalam kegiatan pembelajaran ialah, anak menjadi malas belajar, dan kebanyakan tugas yang diberikan justru dikerjakan oleh orang tua bukan anaknya. 

Namun hal tersebut kurang diperhatikan oleh tenaga pendidik, dan bukan jadi fokus utama yang diperhatikan selama pembelajaran jarak jauh berlangsung. Faktor-faktor tersebut yang membuat anak tidak memahami pelajaran dan tidak terbiasa dengan kegiatan belajar. Hal tersebut berdampak pada pengetahuan generasi-generasi penerus yang perlu dikhawatirkan karena kurangnya edukasi yang tegas dari para guru dan orang tua.

Penggunaan teknologi dalam sistem pembelajaran memungkinkan guru dan siswa untuk mengubah program dan siswa untuk meminta konten pembelajaran yang diinginkan disajikan dalam bentuk digital. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan hasil yang diharapkan, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 

Perubahan struktur formasi dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Dorongan dan partisipasi swasta dalam menciptakan dan menyediakan kondisi dasar bagi masuknya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan. Pelatihan administrator, guru, instruktur, dan kelompok pendidikan harus secara efektif menerapkan konten informasi, keterampilan, aplikasi, dan teknik komunikasi. 

Sumber ilmiah harus digunakan secara luas, terutama makalah penelitian tentang teknologi informasi dan komunikasi dan pendekatan pendidikan terkait. Jaga agar siswa tetap aman di internet. 

Dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, kinerja profesional guru menjadi sangat penting. Menggunakan kemungkinan internet dalam proses pembelajaran dan pendidikan. Atur keamanan untuk siswa di jaringan Internet. Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang aplikasi dalam pendidikan.

Kurangnya pemerataan teknologi di Indonesia dapat diatasi dengan beberapa cara diantarnaya: (1) Mengusung Duta untuk setiap daerah di Indonesia. Program Duta untuk daerah tersebut terdiri dari guru, dosen, 4.444 mahasiswa, dan perwakilan mahasiswa lokal untuk mengikuti paket pelatihan pengenalan dan pemanfaatan teknologi di wilayah tersebut. 

Dengan hadirnya Duta daerah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang teknologi. Bagi masyarakat sekitar, hal ini wajar terjadi karena adaptasi kebiasaan baru masih dilaksanakan sesuai protokol Pencegahan Covid 19. (2) Menelusuri daerah-daerah yang belum terjangkau teknologi. 

Pemerintah berencana membuat link yang mudah untuk diakses di seluruh institusi pendidikan agar masyarakat bisa mengakses informasi tersebut. (3) Mengoptimalkan penerapan teknologi di daerah-daerah, kepada duta daerah untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat dengan imbalan berupa fasilitas (Duta daerah mendapatkan peralatan atau garansi internet gratis). 

Diharapkan hal ini akan menghasilkan pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia dan solusi atas kesenjangan pendidikan yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah terpencil (terbelakang).

Dari segala permasalahan teknologi yang didapat selama masa pandemi berlangsung yang terpenting untuk di evaluasi adalah kesiapan sistem yang dibuat untuk diimplementasikan, serta kesiapan sumber daya manusia yang menjalankan sistem selama pandemi berlangsung. 

Segala transformasi harus diperhatikan dan dipahami oleh seluruh komponen yang terlibat dalam dunia pendidikan. Penyediaan fasilitas harus merata dan memperhatikan daerah-daerah yang mengalami ketertinggalan serta sosialisasi bagi orang tua mengenai sistem yang digunakan harus secara menyeluruh tanpa ada yang terlewat di daerah bagian manapun.

Akan lebih baik lagi jika sebelum dilakukan transformasi baru terhadap suatu sistem dilakukan survey terlebih dahulu dan trial and error kepada seluruh tingkat sosial di masyarakat agar tidak ada ketimpangan sosial disaat kondisi sedang serba susah.

REFERENSI

Adisel, Adisel, and Ahmad Gawdy Prananosa. 2020. "Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Sistem Manajemen Pembelajaran pada Masa Pandemi Covid 19.": Journal Of Administration and Educational Management (ALIGNMENT) 3.1, 1-10.

Aminuddin, Rasyad. 2003. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: UHAMKA Press.

Prawitasari, Melisa, and Heri Susanto. 2021. "Retrogresi Penggunaan Media Daring dalam Pembelajaran Sejarah Masa Pandemi Covid-19.": Jurnal Education and Development 9.4, 173-177.

Williamson, B., R. Eynon., Potter, J. 2020. Pandemic Politics, Pedagogies and Practices: Digital Technologies and Distance Education During The Coronavirus Emergency. Learning, Media and Technology, 45(2), 107-114.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun