"Iya? Kenapa Nak Naren? Ada perlu apa?" Tanya Bu Ina, dengan ramah.Â
"Begini bu, besok terima rapot kan ya?....
" Ucap Naren yang diangguki oleh Bu Ina, "Trus, ayah saya kan sibuk banget nih bu, ibu mau nggak gantiin ayah saya jadi wali? Saya nggak tau mau minta tolong siapa lagi bu, masa saya harus bayar orang buat jadi wali saya? " Lanjutnya.Â
Bu Ina hanya tertawa dan berkata "Bilang atuh Na, iya nanti ibu bisa jadi walimu, udah tunggu aja besok, ibu bakal datang gantiin bapakmu yang sibuk itu. " Naren tentu senang dan berterimakasih kepada guru sekaligus tetangganya itu, itulah manfaatnya suka main ke rumah tetangga untuk minta Wi-Fi, hubungan semakin erat layaknya keluarga.Â
Misi selesai, tinggal tunggu besok.Â
Dan di keesokannya harinya, di rumah Naren dan keluarga, Ayah Naren dan Naren yang merupakan anak tunggal, sedang menghabiskan sarapan di meja makan. Sang ayah yang selesai makan terlebih dahulu bertanya pada anaknya, "Kamu hari ini terima rapot ya Na? Maaf ayah tak bisa datang karena ada pertemuan dengan kolega ayah. "
Naren meneguk habis minumnya dan menjawab dengan senyuman terpatri diwajahnya, "Tak apa, Naren tau ayah sibuk, jadi Naren minta tolong pada tetangga kita Bu Ina. "
"Baiklah, jangan lupa untuk berterimakasih padanya, ayah pergi dulu, sekali lagi maafkan ayah, Na. " Ayah Naren pun bangkit dari duduknya dan berangkat untuk bekerja.Â
Selang beberapa menit kemudian, ia sampai di sekolah, berjalan menelusuri lorong sekolah sambil menikmati kondisi sekolah yang masih terbilang sepi. Tiba-tiba ada monyet memegang pundaknya membuat sang empu terkejut, "Halo kawan, " oh bukan, itu bukan monyet tapi Haikal, temannya.Â
"The sunrise is beautiful, isn't? " Ucapnya pada Naren, sok bahasa Inggris.Â
"Iya, tadi bagus, tapi setelah lo tiba, jadi suram" Balas Naren dan pergi meninggalkan Haikal yang menatapnya sinis.Â