"Nak Naren tenang saja, ibu bakal bicara ke ayahmu, sekarang kamu fokus buat daftar kuliah nanti, ibu yakin kamu bisa, nak, " yakin Bu Ina.Â
"Kalau aku nggak bisa gimana, bu? Nggak ada harapan lagi buat aku, " ucap Naren, pesimis.Â
"Kamu belum nyoba, kok udah ngomong gitu aja? Ibu yakin kamu bisa, ibu mau nanti kalau kamu berhasil, kunjungi ibu dan buat ibu bangga sama kamu, bila kamu merasakan hari-hari yang buruk dan sulit, ingat bahwa hari itu tidak akan datang lagi, " Bu Ina mengusap kepala Naren, menenangkan anak tersebut.Â
Naren hanya menganggukkan kepala, tanda ia mengerti dan mereka kembali pulang ke rumah.Â
Hari demi hari berlalu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun, tak terasa sudah 5 tahun waktu tersebut berlalu. Kini, anak laki-laki yang selalu menyedot es teh di kantin telah menjadi seorang pengusaha sukses.Â
Saat ini, ia sudah menyelesaikan semua pekerjaannya, agar bisa mengambil cuti dan kembali ke kampung halamannya yang sudah 3 tahun ia tinggalkan.Â
Namun, tiba-tiba ia mendapat panggilan suara dari Bang Mahen, anak Bu Ina gurunya dahulu. Naren mengangkat panggilan tersebut, Bang Mahen berkata, "Na... kapan balik? Katanya mau kesini, ayo cepat balik Na, ibu udah nggak ada, abang mau kamu liat ibu dulu sebelum dikebumikan. "
Tanpa disadari, Naren menangis karena gagal memperlihatkan dirinya yang sukses dihadapan guru tersayangnya, maaf bu, jasamu akan ku kenang dan akan ku ceritakan kepada keturunanku nanti, betapa hebatnya dirimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H