B. Jiwa binatang (hayawanîyah). Daya jiwa ini terdiri dari dua macam, yakni:
1) Daya jiwa hayawanîyah muhrikah (menggerakkan) sesuai dengan tuntutan daya-daya keinginan
2) Daya jiwa hayawanîyah mudrikah (menanggapi); ialah jiwa menangkap dari penginderaan terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari luar, dan yang datang dari dalam jiwa atau dalam dirinya sendiri.
C. Jiwa manusia (insânîyah), yang disebut juga alnafs al-nâthiqât, mempunyai dua daya, yaitu:
1) daya praktis (al-’âmilah), hubungannya dengan jasad. Daya jiwa al-’âmilah disebut juga al-’aql al-’amali (akal atau intelegensia praktis), yakni daya jiwa insani yang punya kekuasaan atas badan manusia yang dengan daya jiwa inilah manusia melaksanakan perbuatanperbuatan yang mengandung pertimbangan dan pemikiran yang membedakan dia dengan binatang
2) daya teoretis (al-’âlimah) hubungannya dengan hal-hal yang abstrak. Daya jiwa al-’âlimah disebut juga “aql alnazhari” (akal intelegensia teoretis), daya jiwa ini menemukan konsep-konsep umum yang ditimbulkan dari materi. Daya teoretis ini mempunyai beberapa tingkatan akal, yaitu; a) al-’aql bi al-quwwâb, yaitu intelegensia yang berkembang disebabkan proses interaksi dengan lingkungannya baik melalui proses belajar mengajar ataupun pengalaman. di dalamnya juga terdapat; a) al-aql alhayulanî (akal materil), al-’aql al-malakât, (kebenaran aksioma) dan al-aql bi al-fi’l, (akal aktual); b) al-‘aql al-mustafâd (konsepsi rasional). Jadi, akal seperti inilah yang dapat berhubungan dan menerima limpahan ilmu pengetahuan dari akal aktif.
Menurut Ibnu Sina, untuk meningkatkan kualitas jiwa dan akal manusia, diperlukan latihan-latihan berupa penelitian dan pendidikan. Dari konsep ini, terlihat jelas peran penting pendidikan bagi pengembangan diri manusia. Beliau juga menjelaskan bahwa sifat seseorang bergantung pada jiwa mana dari ketiga jiwa itu yang berpengaruh pada dirinya.
Kontribusi Ibnu Sina Didalam Pendidikan Islam
Pendidikan Islam bertujuan untuk perbaikan lebih lanjut sikap memanifestasikan dirinya dalam tindakannya, baik dalam hubungannya dengan diri sendiri maupun orang lain. di samping itu, Pendidikan Islam tidak hanya teoritis tetapi juga praktis, Ajaran Islam tidak memisahkan iman dan cinta keagamaan Oleh karena itu pendidikan Islam mencakup pendidikan iman dan amal. Ibnu Sina juga membahas dimensi pendidikan Islam menurut perspektif beliau. Berikut ini adalah :
1. Dimensi Kurikulum Pendidikan
Ibnu Sina menekankan pentingnya kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum awal yang disarankan adalah pembelajaran Al-Qur'an dengan pendekatan bertahap dan sistematis.