“Terima kasih,” ucapku
Aku ditempatkan di sebuah kamar dengan langit-langit tinggi. Jendela, pintu, kepala tempat tidur, dan meja terbuat dari kayu jati dengan beberapa ukiran yang indah. Kamar ini dilengkapi dengan kamar mandi bernuansa modern.
Aku memilih mandi dan ganti baju. Rasanya nyaman sekali. Aku duduk di tempat tidur dan membuka tas dr. Jalal.
Berkas-berkas data diri dan foto-foto, terpampang jelas di hadapanku. Ada beberapa fotoku di sana, dengan kode di bawahnya AK 47. Foto Ran juga ada, di bawahnya tertulis kode RN V, kemudian aku sampai pada sebuah wajah, ya...wajah lelaki hangat itu. Di fotonya terdapat lingkaran merah tepat di kepalanya dan tanda silang. Kode di bawahnya adalah N 125.
Kepalaku pusing karena terlalu banyak kode bertebaran. Akhirnya aku memilih tidur setelah sebelumnya membereskan berkasku.
Keesokan harinya, si wajah hangat mengajakku pergi ke suatu tempat.
“Bawalah segala keperluanmu, mungkin kita tak akan kembali lagi kemari.” Aku mengangguk
Rasanya baru kali ini aku terbang menggunakan jet pribadi, namun mengapa sepertinya hal ini sudah biasa?
Kami tiba di hanggar, di sebuah tanah yang amat lapang di punggung gunung bersalju. Si wajah hangat menggandengku menuju ke dalam rumah kaca di lereng gunung. Kami berjalan karena tak ada kendaraan lagi yang bisa melewati jalan ini.
Rumah kaca itu amat anggun.
“Madame, saya sudah membawanya.”