Mohon tunggu...
Nisrina Sri Susilaningrum
Nisrina Sri Susilaningrum Mohon Tunggu... Guru - Great Learner

Great Learner

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fiksi Penggemar RTC] Lukisan Bernyawa

11 September 2015   00:01 Diperbarui: 11 September 2015   01:26 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembicaraan itu kami akhiri dengan perasaan yang serba tak menentu.

Namun malam harinya, tekadku sudah bulat. Aku akan menyelidiki sendiri rumah besar itu. Sejak sore aku pamit pada Ibu Ratih untuk pergi ke kota. Sesampainya di rumah besar itu, aku memilih untuk masuk rumah melalui halaman belakangnya. Ternyata ada celah di pagarnya yang cukup bagi tubuhku untuk memasukinya. Sekarang adalah bagian tersulit, karena tak mungkin rumah sebesar ini tak ada CCTV-nya. Aku harus mencari cara untuk masuk ke dalam rumah tanpa disadari oleh pemiliknya.

Aku mengendap-endap menuju belakang rumah. Ternyata pintu garasi belakang masih terbuka. Aku mencoba masuk melalui jalan itu. Rumah ini benar-benar besar, garasinya saja seluas halaman panti kami. Ada sekitar empat mobil berjajar rapi. Aku mencari-cari pintu masuk, dan itu terletak di sudut sebelah kiri. Pintunya setengah terbuka seperti sengaja memberiku jalan masuk.

Rumah yang benar-benar sepi, tak kutemui seorangpun di luar maupun di dalam rumah. Aku meneruskan langkahku, mencari-cari ruangan yang waktu itu. Sepinya rumah ini membuat degup jantungku terdengar amat kencang.

Akhirnya aku sampai di ruangan itu, ruangan yang lebih tepat untuk ruang baca. Aku melangkah masuk dengan hati-hati. Sepi tak ada orang. Di sudut ruangan terlihat kanvas beserta dudukannya tertutup sehelai kain putih. Kutarik perlahan kain putih itu, dan ternyata wajah yang terlukis di sana adalah...wajahku.

Kupandang lekat-lekat lukisan itu, semakin lama kupandang, semakin terasa ada gaya tarik yang besar untuk masuk ke dalam lukisan. Semakin aku menolak gaya itu, semakin kuat tarikannya. Aku masih tak mengerti, siapakah seniman yang melukis ini? Bukankah aku tak pernah kenal dengan seorang seniman pun? Tapi mengapa lukisan diriku ada di sini?

Semakin aku heran, semakin aku memandangi lukisan itu. Dan itu adalah bencana, karena gaya tariknya tak lagi bisa kutahan. Akhirnya...aku hanya bisa memandang dunia dari sebuah bingkai.

 

Kompasiana, September ke-10, 2015.

-Karya Ini Orisinil dan Belum Pernah Dipublikasikan-

-Catatan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun