Mohon tunggu...
Nisrina Sri Susilaningrum
Nisrina Sri Susilaningrum Mohon Tunggu... Guru - Great Learner

Great Learner

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sahabatku Ternyata Bukan Manusia!

11 Juli 2015   22:08 Diperbarui: 11 Juli 2015   22:08 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Yah begitulah, lagipula aku kan anak tunggal,” sahutku

Dia manggut-manggut. Kami cepat akrab, karena Sasi suka sekali bercerita. Dia adalah penghuni kamar VIP sebelah utara, tepatnya kamar Flamboyan no. 3. Sedangkan aku menempati kamar VIP sebelah barat, kamar Kenanga no. 5.

Sasi gadis yang periang, berbeda denganku yang moody. Hampir setiap malam dia datang, membawa suasana ceria untukku, karena kalau malam hari orang tuaku sering terlambat datang. Dan anehnya dia selalu pamit sebelum ayah ibuku datang. Selalu seperti itu, dia pamit, tak lama kemudian ayah dan ibuku datang.

“Aku pamit dulu yah, udah malam aku ngantuk, lagipula sebentar lagi ayah ibumu datang.” Ucapnya

“Darimana kamu tahu ayah ibuku sebentar lagi datang?” tanyaku penasaran, dia hanya mengerling nakal sambil tertawa lebar.

Sasi rajin membawakanku buku cerita islami, agar saat waktuku luang tidak kuhabiskan dengan melamun dan kesal karena tak ada teman. Dari dia aku belajar tentang banyak hal, mulai dari belajar mengatur waktu, belajar mengontrol emosi apabila ayah dan ibu terlambat datang, dan yang paling penting adalah belajar mengaji.

Ya, karena sejak kecil bila bila ibu menyuruh belajar ngaji di musholla, aku selalu beralasan macam-macam. Beginilah jadinya, hehe…

Sasi termasuk sabar saat mengajariku mengaji, maklumlah aku kan susah mengingat. Tak terasa kami telah bersahabat selama dua bulan lebih, rasanya kami sudah seperti saudara. Apakah kami tak pernah marahan? Tentu pernah, karena aku yang moody dan manja lebih banyak merajuk. Namun Sasi selalu pandai mengembalikan suasana jadi ceria kembali.

Dua bulan lebih aku di RS ini, ada banyak sekali perubahan. Ayah dan ibu sampai heran namun juga senang, karena anaknya udah ga moody lagi, juga jarang marah, dan yang lebih penting adalah rajin sholat dan mau mengaji. Terkadang terbersit keinginan ibu untuk mengenal Sasi dan mencari ke kamarnya, namun karena sudah malam, ibu mengurungkan niat untuk mencarinya. Bila pagi, siang dan sore, ibu sudah terlalu banyak urusan jadi lupa deh.

Setelah menjalani pemeriksaan menyeluruh, akhirnya aku diperbolehkan pulang, namun tetap melakukan rawat jalan. Dan saat seperti inilah rasanya berat untuk berpisah dengan sahabat yang dengan setia menemani hari-hariku.

Ketika ibu dipanggil ke ruang dokter untuk diberi penjelasan tentang hasil pemeriksaannya, aku minta ijin untuk mencari Sasi, mau pamitan. Ibu mengijinkan, sehingga aku langsung memacu kursi rodaku menuju kamar Sasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun