Mohon tunggu...
Nisma Liana Afrik
Nisma Liana Afrik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN KHAS JEMBER

Haii...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mari Mengenal Teori Belajar Kognitivisme

31 Mei 2024   18:24 Diperbarui: 3 Juni 2024   10:02 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wuge You: Pinterest

A. Definisi Teori Belajar Kognitivisme

Pengertian"Cognitive" berasal dari kata "Cognition" yang mempunyai kesamaan dengan kata "knowing" yang memiliki arti mengetahui. Cognition/kognisi adalah sebuah perolehan penataan, penggunaan pengetahuan. Teori kognitif merupakan sebuah teori yang pada umumnya dihubungkan dengan proses belajar. Kognisi merupakan kemampuan psikis atau mental individu berupa pengamatan, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga serta menilai. Dengan arti lain, kognisi merujuk pada konsep tentang pengenalan.

Menurut Baharuddin, penjelasan teori ini berfokus pada peristiwa internal. Seperti dalam teori behavioris, belajar bukan hanya melibatkan korelasi stimulus dan respons. Pada teori kognitivisme, pembelajaran melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Psikologi Gestalt tampaknya mempengaruhi teori kognitif ini. Teori ini didasarkan pada gagasan bahwa semua anak memiliki pengalaman dan pengetahuan yang disusun dalam struktur kognitif. Jika bahan baru "konsisten" dengan struktur kognitif anak, maka pembelajaran akan berhasil. Given memberikan definisi sistem pembelajaran kognitif sebagai pemrosesan data di otak, penerimaan input dari sumber eksternal dan dari sistem lainnya, interpretasi input tersebut, dan fasilitasi proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Psikologi Gestalt tampaknya mempengaruhi teori kognitif ini. Teori ini didasarkan pada gagasan bahwa semua anak memiliki pengalaman dan pengetahuan yang disusun dalam struktur kognitif. Jika bahan baru "konsisten" dengan struktur kognitif anak, maka pembelajaran akan berhasil. Belajar menurut kognitivisme merupakan suatu proses berubahnya perilaku yang terjadi pada diri seseorang yang penekanannya pada aspek kognitif. Perubahan tingkah laku disebabkan oleh proses kognitif, yaitu tindakan mempertimbangkan keadaan di mana tindakan itu terjadi. Jadi, kognisi merupakan proses aktif yang membangun struktur melalui pengalaman. Teori belajar menurut kognitivisme muncul dari kelemahan teori belajar menurut behaviorisme yang hanya memperhatikan stimulus-respon (SR).

Menurut model pembelajaran kognitif, persepsi dan pemahaman situasi yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran menentukan perilaku manusia. Belajar adalah suatu perubahan dalam persepsi dan pemahaman seseorang, yang tidak selalu dapat dilihat sebagai perilaku yang terlihat. Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan konteks keseluruhan situasi tersebut. Arti pembelajaran akan hilang jika situasi atau materi pembelajaran dibagi menjadi bagian kecil dan dipelajari secara terpisah.

B. Tujuan Belajar Menurut Aliran Belajar Kognitivisme

Tujuan dari teori pembelajaran kognitif adalah untuk mengembangkan prinsip belajar ilmiah sehingga bisa di aplikasikan pada situasi kelas dengan menciptakan strategi sehingga dapat mencapai hasil terbaik. Teori belajar kognitif megemukakan bahwa belajar tidak sebatas pada respon terhadap rangsangan, namun lebih pada bagaimana pengetahuan dipahami. Selain itu, menurut Gunawan dan Palupi tujuan dari teori belajar kognitif  adalah membantu para siswa memperoleh pengalaman, sehingga kualitas dan kuantitas perilaku siswa akan meningkat. Teori ini dikembangkan guna meringankan guru dalam memahami siswa. Selain itu, metode kognitif juga dapat membantu pendidik lebih memahami dirinya. Kognitivisme mendefinisikan belajar sebagai proses memperoleh suatu informasi baru tentang hubungan manusia sebagai hasil dari perubahan struktur kognitif dan perubahan struktur kognitif lama. Untuk merekonstruksi dasar pembelajaran ilmiah adalah tujuan teori kognitif.  Hal ini akan memungkinkan pengembangan cara yang dapat diaplikasikan pada aktivitas pembelajaran di kelas untuk membuahkan hasil yang baik.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar KognitivismeB

Berikut akan diuraikan kelebihan serta kekurangan dari teori belajar kognitivsime:

a. Kelebihan teori belajar kognitivisme

Adapun kelebihan dari teori belajar kognitivisme, sebaagai berikut:

1. Aktivitas pembelajaran akan menjadi lebih independen dan kreatif. Karena teori kognitif tidak hanya akan membuat siswa pasif duduk diam dan memperhatikan guru mereka, tetapi mereka juga akan memperoleh pengetahuan dengan memikirkan bagaimana pengetahuan tersebut dapat diterapkan. Akibatnya, siswa secara tidak sadar akan dipaksa untuk menjadi lebih kreatif dan aktif.

2. Pada cara pengajaran kognitif, Guru hanya diperlukan untuk memberikan materi dasar untuk pengembangan, dan kelanjutan materi diberikan kepada kebijaksanaan siswa. Guru hanya perlu mengawasi dan menjelaskan bagaimana siswa menguasai materi.

b. Kekurangan teori kognitivisme

Selain adanya kelebihan dari teori kognitivisme, terdapat pula beberapa kekurangan dalam teori tersebut, yaitu:

1. Pada dasarnya, teori kognitif ini lebih fokus pada kemampuan daya ingat siswa. Sehingga, seluruh peserta didik mempunyai daya ingat yang sama dan tidak berbeda adalah kekurangan.

2. Apabila  jika metode pendidikan hanya kognitif, kemungkinan besar siswa tidak akan mampu memahami materi yang diberikan secara utuh.

3. Apabila siswa akan kesulitan mempraktekkan kegiatan atau materi di sekolah kejuruan jika pendekatan kognitif menjadi satu-satunya metode pengajaran.

4. Pada penerapan metode pengajaran kognitif, perlu memperhatikan kemampuan siswa dalam mengembangkan materi yang diperoleh.

D. Ciri-Ciri Belajar Menurut Aliran Kognitivisme

Dalam teori belajar kognitivisme juga terdapat berbagai ciri-ciri, yaitu sebagai berikut:

a. Mengutamakan sesuatu yang ada pada dirinya.

b. Memberi makna secara umum.

c. Menegaskan betapa pentingnya fungsi kognitif.

d. Menekankan keseimbangan pada diri individu.

e. Mementingkan keadaan saat ini.

f. Fokus pembentukan struktur kognitif.

E. Teori Kognitivisme Menurut Para Tokoh

a. Pembelajaran menurut aliran kognitivisme Robert M. Gagne

Gagne mengatakan belajar merupakan proses untuk memperoleh pengetahuan dari hasil olah data yang dilakukan oleh otak manusia. Dengan kata lain, proses di mana otak manusia menerima informasi dan mengolahnya untuk menghasilkan pengetahuan baru disebut belajar.Dalam teori belajar, model pengolahan informasi menjelaskan bagaimana memori manusia bekerja. Ini mencakup tiga jenis penyimpanan dalam ingatan, yaitu:

1. Memori sensori (sensory memory). Memori sensori adalah sistem yang dapat mengingat rangsangan dengan pesat untuk menganalisis persepsi. Proses ini berlangsung tiga hingga lima detik, dan masukan utamanya adalah suara dan penglihatan..

2. Memori kerja (working memory). Memori kerja (STM) merupakan memori jangka pendek (STM) yang dapat menyimpan antara 5 dan 9 informasi pada waktu sekitar 15 hingga 20 detik, memberikan waktu yang cukup untuk mengolah informasi. Dengan demikian, persepsi setiap orang dan informasi yang dikodekan menentukan suatu hal  yang disimpan pada memori kerja.

3. Memori jangka panjang, longterm memory (LTM). Memori jangka panjang dapat menyimpan banyak data untuk waktu yang lama, baik visual maupun verbal.

Ada tiga tahap dalam proses pengolahan informasi berlangsung. Pertama, informasi diproses pada register sensor pencatat (sensory register, sensory memory, sensory registry). Lalu, informasi diproses pada memori jangka pendek, yang kemudian dikirim dan disimpan ke memori jangka panjang  dan dipanggil kembali saat diperlukan.

b. Pembelajaran menurut aliran kognitivistik Jean Peaget

Salah satu ahli dibidang psikologi kognitif, Piaget, mempunyai pengaruh yang signifikan pada cara para pakar psikologi kognitif lainnya berpikir. Peaget berpendapat bahwa perkembangan kognitif didasarkan pada mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf dan merupakan proses genetik. Ketika seseorang lebih tua, susunan sel syarafnya semakin kompleks dan kemampuannya semakin meningkat. Asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi atau penyeimbangan adalah langkah-langkah yang harus diikuti oleh proses belajar, menurut teori Piaget. Asimilasi yaitu proses integrasi atau penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif seseorang; akomodasi yaitu proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam lingkungan baru; dan ekuilibrasi adalah proses penyesuaian yang terus menerus antara asimilasi dan akomodasi. Sebagai contoh, setelah seorang anak mempelajari prinsip pengurangan, mereka mengintegrasikan prinsip pengurangan yang sudah mereka pahami dengan prinsip pembagian, proses ini disebut asimilasi. Situasi ini disebut akomodasi jika anak diberi soal-soal pembagian. Artinya, anak-anak sudah siap untuk menerapkan prinsip pembagian dalam keadaan baru dan unik. Terdapat empat tahap dalam perkembangan kognitif manusia, sebagai berikut:

1. Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun). Anak-anak mulai menggunakan indra mereka untuk belajar dan mengendalikan lingkungannya. Pada tahap ini, perilaku bayi sepenuhnya bergantung pada stimulus yang diterimanya. Bayi yang berusia sekitar delapan bulan memiliki pengetahuan tentang keabadian objek, yang berarti bahwa bahkan jika sebuah objek tidak terlihat di depan matanya pada suatu saat, itu masih tidak ada. Bayi pada umumnya percaya bahwa benda yang tidak mereka lihat tidak ada sebelum usia delapan bulan. Pada titik ini, bayi memperoleh pemahaman tentang dunianya dari pengamatan apa yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Bayi, misalnya, menyadari bahwa dia akan diberi makan saat ibu menyiapkan perlengkapan makan bayi.

2. Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun). Dalam tahap ini,  penggunaan simbol atau bahasa tanda serta munculnya berbagai konsep imajinasi adalah karakteristik utama perkembangan. Tahap praoperasional dan intuisi berbeda. Anak-anak yang berada pada usia praoperasional (dari dua hingga empat tahun) memiliki kemampuan untuk menggunakan bahasa untuk mengembangkan ide-ide mereka, meskipun keterampilan ini masih sangat dasar. Oleh karena itu, kita sering salah memahami objek. Tahap ini memiliki karakteristik self-counter yang sangat jelas: kemampuan untuk mengklasifikasikan barang pada tingkat dasar yang jelas dan tunggal adalah ciri khas dari kemampuan ini, tidak dapat berkonsentrasi pada hal-hal yang berbeda dapat mengumpulkan barang-barang sesuai dengan persyaratan, tetapi tidak memenuhi persyaratan yang benar, seta memiliki kemampuan untuk membuat benda berderet, namun dia tidak bisa menjelaskan perbedaan antara deretan.

Pada tahap intuitif, anak berusia 4-7/8 tahun bisa memperoleh pengetahuan melalui kesan yang agak abstrak pada tahap pemahaman. Seringkali kesimpulan tidak diucapkan. Akibatnya, anak-anak dapat mengungkapkan perasaan mereka secara simbolis pada usia ini, terutama bagi mereka yang sudah memiliki banyak pengalaman. Cirinya adalah anak mungkin membuat kelas atau kategori objek, tetapi ini tidak terlalu umum; anak belajar tentang korelasi logistik antara berbagai hal yang lebih rumit; anak-anak memiliki kemampuan untuk memanfaatkan berbagai ide; aak-anak mampu mendapatkan prinsip dengan cara yang tepat. Memiliki pemahaman yang baik tentang banyak hal yang teratur dan bagaimana mengelompokkannya.

3. Tahap operasional konkret (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun). Karakteristik penting dari perkembangan adalah anak-anak mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, yang ditandai dengan perubahan dan kekekalan. Anak-anak berpikir logis, tetapi hanya dalam situasi nyata. Jenis tindakan yang memanipulasi objek atau gambar dalam dirinya dikenal sebagai operasi. Akibatnya, untuk membuat tindakan ini lebih efektif, proses transformasi informasi ke dalamnya diperlukan. Anak-anak sudah bisa menggunakan model "kemungkinan" dalam aktivitas tertentu, sehingga mereka tidak perlu mencoba dan membuat kesalahan lagi. Anda dapat menggunakan temuan sebelumnya. Anak-anak mampu menggunakan sistem klasifikasi. Anak memiliki kemampuan mengklasifikasikan, mengelompokkan, dan mengatur masalah, tetapi mereka belum sepenuhnya memahami prinsip yang ada di dalamnya. Meskipun demikian, sisi berpikinya sudah dapat dianggap berubah.  Anak-anak tidak lagi berkonsentrasi pada sifat perseptual pasif. Anak-anak harus diberi contoh nyata untuk membantu mereka mengatasi keterbatasan berpikir mereka dan memahami masalah.  Namun, masalah berpikir abstrak masih ada pada anak-anak berusia 7-12 tahun.

4. Tahap Operasional formal (umur 11/12-18 tahun). Salah satu ciri penting perkembangan pada tahap perkembangan ini adalah anak-anak mulai menggunakan pola berpikir "kemungkinan" untuk berpikir abstrak dan logis, mulai menggunakan model berpikir ilmiah induktif dan hipotetis, dan mulai membuat kesimpulan, menafsirkan, dan mengembangkan hipotesa. Saat ini, keadaan psikologis anak bisa bekerja secara efektif dan teratur; menggabungkan analisis. Akibatnya, setelah diberikan dua kemungkinan penyebab, C1 dan C2, yang masing-masing menghasilkan R, anak dapat menentukan beberapa kemungkinan; berpikir secara proporsional, yang berarti menemukan jenis proporsional untuk C1, C2, dan R, misalnya; menarik generalisasi umum untuk jenis konten tertentu kemajuan kognitifnya.

c. Pembelajaran menurut aliran kognitivistik David P. Ausubel

David P. Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang menekankan belajar bermakna. Dia terkenal dengan teori bermaknanya juga. Ausubel mengusulkan konsep belajar bermakna (meaningfull learning). Belajar bermakna adalah proses menghubungkan informasi baru dengan berbagai ide yang relevan dan ada dalam struktur kognitif seseorang.Pembelajaran berdasarkan empat prinsip:

1. Advanced Organizer

Ini adalah kerangka konseptual yang bertujuan untuk menerapkan konsep subsumsi dalam pendidikan. Alat atau pembelajaran mental yang dikenal sebagai pengatur lanjutan membantu siswa menggabungkan informasi baru dengan informasi yang sudah mereka miliki. Berbeda dengan menghafal, atau hafalan, ini menghasilkan pembelajaran yang signifikan. Untuk menggunakan advance organizer dalam praktik pembelajaran, guru membuat Rancangan Pembelajaran (RP). RP Selain mencakup standar kompetensi dan kompetensi dasar, RP ini juga mencakup daftar materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa. Selain itu, akan lebih bermanfaat bagi guru untuk mengadakan apersepsi, di mana siswa dapat membandingkan apa yang akan mereka pelajari hari ini dengan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya.  Setelah pelajaran selesai, guru meminta siswa untuk merenungkan kembali ringkasan materi yang baru mereka pelajari..

2. Differensiasi Progresif

Pengembangan dan elaborasi berbagai konsep diperlukan dalam proses belajar. Komponen umum dan inklusif dikenalkan lebih awal daripada komponen yang lebih khusus, yang berarti pembelajaran dari umum ke khusus.

3. Belajar Superodinat

Setelah mendapatkan informasi, proses struktur kognitif berkembang ke arah diferensiasi. Proses ini terkait konsep dalam struktur kognitif tersebut.

4. Penyesuaian Integratif

Siswa akan menemukan dua atau lebih nama konsep menyatukan konsep yang sama atau bahwa nama yang sama digunakan untuk lebih dari satu konsep.

d. Pembelajaran menurut aliran kognitivistik Jeromde S. Brunner

Penganut setia teori kognitif, terutama studi perkembangan fungsi kognitif adalah Jeromde S. Brunner. Bruner menggunakan pendekatan yang disebut sebagai discovery learning, di mana siswa menyusun bahan yang dipelajari dalam bentuk yang akhirnya dapat diakses. Prosedur ini berbeda dengan reception learning atau expository teaching, di mana guru menjelaskan semua informasi dan murid wajib mempelajarinya. Menurut Bruner, siswa wajib melalui tiga tahapan perkembangan intelektual seiring dengan pertumbuhan kognitif mereka:

1. Enaktif (enactive), belajar tentang dunia melalui tindakan atau respons terhadap suatu objek. Anak wajib diberikan kesempatan untuk bermain dengan bahan-bahan dan alat pembelajaran supaya mereka dapat memahami bahan dan alat tersebut berfungsi dan menggunakan keterampilan motorik mereka untuk memahami dunia di sekitar mereka.

2. Ikonik (iconic), dengan menggunakan model, gambar, dan visualisasi verbal, anak-anak dapat belajar tentang dunia sekitar melalui perbandingan (komparasi) dan perumamaan (tamsil). Mereka tidak perlu mengubah objek pelajaran secara langsung.

3. Simbolik, siswa telah menunjukkan kemampuan berpikir abstrak. Simbol membantu anak-anak memahami bahasa, logika, matematika, dan bidang lainnya. Banyak sistem simbol yang digunakan untuk berkomunikasi. Sistem simbol terdiri dari huruf dan lambang bilangan. Langkah terakhir pada proses pembelajaran adalah fase simbolik.

Menurut Bruner, tujuan utama pendidikan yaitu guru wajib mengajar siswanya sehingga mereka bisa membangun dasar pengetahuan sendiri, bukan karena mereka diajari hafalan (hafalan). Siswa mengklasifikasikan informasi baru berdasarkan informasi yang mereka ketahui sebelumnya.

F.  Penerapan Teori Kognitivisme dalam Pembelajaran

Agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, penting bagi siswa untuk mempunyai kebebasan dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Aktivitas pendidikan menurut oleh Budiningsih berdasarkan prinsip-prinsip berikut

a. Siswa tidak seperti orang dewasa yang mudah berpikir.

b. Jika anak-anak usia dini atau SD diajarkan tentang hal-hal tertentu, mereka akan lebih mudah memahaminya.

c. Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan penekanan pada keaktifan siswa memungkinkan proses asimilasi dan penempatan pengetahuan berjalan dengan baik.

d. Melakukan hubungan antara pengalaman baru atau informasi dengan perkembangan kognitif siswa akan meningkatkan minat dan retensi mereka.

f. Materi pelajaran harus disusun dengan pola dan logika tertentu, dimulai yang sederhana hingga yang kompleks, untuk meningkatkan pemahaman dan daya ingat siswa.

g. Memahami pelajaran akan lebih bermanfaat daripada sekedar menghafal.

h. Semua perbedaan siswa wajib diperhatikan sebab berdampak pada hasil belajar mereka.

Kesimpulan

Teori belajar kognitivisme ini merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses berfikir. Jadi proses berfikir yang dimaksud seperti memahami, mengingat, serta mengolah informasi pengetahuan yang terjadi dalam pikiran manusia. Pada teori belajar kognitivisme, siswa harus berperan aktif dalam proses pembelajaran, jadi siswa tidak hanya duduk diam mendengarkan penjelasan dari guru saja. Cara pengajaran kognitif, Guru hanya diperlukan untuk memberikan materi dasar untuk pengembangan, dan kelanjutan materi diberikan kepada siswa itu sendiri. Guru hanya perlu mengawasi dan menjelaskan bagaimana siswa menguasai materi. Dalam aliran kognitivisme terdapat berbagai karakteristiknya serta beberapa pendapat para tokoh tentang aliran ini, mereka mendefinisikan aliran kognitivisme sesuai dengan opini mereka masing-masing. Seperti teori belajar pada umunya, teori belajar kognitivisme juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya pada pembelajaran.

Daftar Pustaka

Astawa, Ida Bagus Made, I Gede Ade Putra Adnyana. Belajar dan Pembelajaran. Depok: PT. Rajagrafindo Persada. 2018.

Budiningsih, C. Asri. Belajar dan Pembelajaran. Cet.2. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2012.

Deliati, Sri Nurrabdiah Pratiwi. Psikologi Pendidikan Implementasi Dalam Strategi Pembelajaran. Medan: Umsu Press. 2022.

Rianti, Asih. Teori Belajar Bahasa. Magelang: CV Tidar Media. 2020.

Nurlina, Nurfadilah, Aliem Bahri. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Makassar: CV. Berkah Utami. 2021.

Ekawati, Mona. Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Kognitif Serta Implikasinya Dalam Proses Belajar Dan Pembelajaran. E-Tech Journal. 7(4 ). 2019.

Halamury, Mercy F. Buku Ajar Teori Belajar dalam Pembelajaran PAUD. Lamongan: Academia Publication. 2022.

Herpratiwi. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Media Akademi. 2016.

Kusuma, Nurhadi, dkk. Ilmu Pendidikan. Banten: PT. Sada Kurnia Pustaka. 2023.

Ni'amah, Khoirotul, Hafidzullah. Teori Pembelajaran Kognitivistik dan Aplikasinya dalam Pendidikan Islam. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr. 10(2). 2021.

Sani, Ridwan Abdullah. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT.Bumi Aksara. 2013.

Sulaeaman, dkk. Buku Ajar Strategi Pembelajaran. Jambi: PT Sonpedua Publishing Indonesia. 2024.

Suyono, Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011.

Widiyatmoko, Arif. Teori Pembelajaran IPA. Pekalongan: Penerbit NEM. 2023.

Zulqarnain, M. Shoffa Saifillah Al-Faruq, Sukatin. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish Publisher. 2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun