Siswa dari berbagai latar belakang sosial dan ekonomi bersekolah di tempat yang sama, yang dapat mengurangi kesenjangan sosial dan meningkatkan kohesi sosial di masyarakat.
Tantangan dan Kritik
1. Kualitas Guru dan Sarana Prasarana
Salah satu kritik utama terhadap sistem zonasi adalah bahwa pemerataan siswa tidak otomatis menghasilkan pemerataan kualitas pendidikan. Banyak sekolah di daerah terpencil yang masih kekurangan guru berkualitas dan fasilitas pendidikan yang memadai.
2. Proses Transisi
Implementasi sistem zonasi memerlukan waktu dan adaptasi, baik dari pihak sekolah maupun orang tua. Beberapa orang tua merasa khawatir anak-anak mereka tidak mendapatkan pendidikan yang maksimal jika tidak diterima di sekolah favorit.
3. Pengaruh Terhadap Prestasi Akademik
Ada kekhawatiran bahwa siswa berprestasi yang tersebar di berbagai sekolah mungkin tidak mendapatkan lingkungan yang cukup kompetitif untuk mendorong prestasi mereka lebih tinggi.
Beberapa studi menunjukkan bahwa sistem zonasi memiliki dampak yang beragam di berbagai daerah. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, implementasi sistem ini terlihat lebih berhasil dalam pemerataan akses pendidikan. Namun, di daerah terpencil, tantangan dalam hal infrastruktur dan kualitas pendidikan masih menjadi hambatan besar.
Di Surabaya, misalnya, pemerintah kota telah berusaha keras untuk meningkatkan kualitas semua sekolah sebelum implementasi sistem zonasi. Hasilnya, banyak sekolah yang dulunya kurang diminati kini mulai dilirik oleh para orang tua dan siswa. Program peningkatan kualitas guru, renovasi fasilitas sekolah, dan dukungan tambahan untuk siswa berprestasi telah membantu mengurangi kesenjangan antar sekolah.
Untuk mendukung sistem zonasi, pemerintah telah meluncurkan berbagai kebijakan tambahan, seperti: