Ternyata Rio kembali dengan membawa piring berisi buah buahan dan segelas air putih.Â
"Nia, ini makan buahnya barengan saja sama Aku ya. Kamu gak usah ambil lagi. Air putihnya juga buat kamu. Jangan kebanyakan minum minuman bersoda kayak tadi." ujarnya pelan sambil melihat ke arah gelas kosong milikku yang tadi kunikmati bersama Wina.
Aku hampir tersedak makanan. Tidak menyangka kalau dia akan memperhatikanku seperti itu.Â
"Iya, makasih Rio." Kataku
Wina dan Arbani melihat kami berdua dan kemudian mereka berpandangan dan sontak langsung bersamaan bilangÂ
"Cieeeeeeee, uhuy. Perhatian banget sih lo Rio ke Nia."
Muka Rio ternyata juga langsung bersemu merah. Entah kenapa, saat itu aku merasa bahagia. Perhatian kecil darinya sudah cukup membuatku merasa senang. Tak kupedulikan lagi candaan dari Wina dan Arbani. Aku meneruskan makananku tanpa bersuara. Begitu juga Rio, dia langsung fokus memakan buahnya.Â
Mungkin ini awal dimana aku mulai yakin kalau aku menyukai Rio. Bukan hanya penampilan fisiknya, tetapi juga karena perhatiannya. Dia tidak perlu berkata kata romantis ataupun mengeluarkan kata kata rayuan kepadaku. Cukup dengan perhatiannya kepadaku sudah membuatku mulai merasakan jatuh cinta kepadanya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H