Akupun berdiri sambil mempersilakan Arbani duduk dan menuju satu satunya kursi kosong dibagian belakang bis, di samping Rio.Â
"Hi Rio, aku duduk di sini ya, Arbani mau duduk samping Wina." tanyaku meminta izin.
"Iya, gpp. Sini duduk, mau deket jendela atau di pinggir saja? " tanyanya.
"Di pinggir saja Rio." jawabku sambil menahan perasaan dihatiku yang rasanya menjadi dag dig dug setiap di dekatnya.Â
"Ok." katanya sambil bergeser dan aku kemudian duduk disampingnya.
Sepanjang perjalanan, aku tidak berani berucap apapun. Takut terdengar suaraku yang bergetar dan menjadi salah bicara. Rio pun hanya memandangi jalanan. Sampai akhirnya, pembagian snack dimulai. Saat estafet kotak snack, tangan kami tanpa sengaja bersentuhan. Reflek kami saling berpandangan, sebelum akhirnya dia sadar dan meminta maaf.Â
"Maaf ya Ni, gak sengaja." ujarnya
"Iya. Gpp. Terusin lagi kebelakang ini snacknya." kataku.
" iya, jangan jutek jutek bangetlah. Biasa aza." katanya.Â
"Haha, siapa yang jutek sih. Ini udah numpuk 3 kotak snack . Kasihan yang di belakang belum kebagian." Jawabku sambil tersenyum.
"Gitu dong senyum, kan cakep." katanya sambil memandangku.