Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tips Gaya Hidup Minimalis yang Realistis

28 Juli 2022   07:41 Diperbarui: 30 Juli 2022   11:10 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi decluttering  (Shutterstock/Andrey_Popov)

Ada masanya ketika barang dianggap status sosial. Contohnya, pemilik dua mobil (dianggap) lebih kaya daripada pemilik satu mobil.

Padahal, mungkin saja aset si pemilik mobil tunggal itu jauh lebih banyak dibandingkan si pemilik dua mobil karena dia dulu membayar tunai mobilnya sehingga tak (perlu) pusing membayar cicilan mobil setiap bulannya. 

Sementara itu, si pemilik dua mobil harus membayar kredit mobilnya selama beberapa tahun ke depan yang berdampak dirinya sulit untuk menambah aset.

Wajarlah ketika kini gaya hidup minimalis semakin diminati generasi Milenial dan Z. Untuk apa punya (banyak) kendaraan sedangkan saat ini sudah tersedia layanan transportasi online, ya kan?

Gaya hidup minimalis juga tak melulu tentang barang yang mahal, namun juga meliputi barang yang lebih murah harganya. 

Contohnya yaitu kini semakin banyak toko yang menjual barang yang dapat dibeli dengan wadah dari rumah (bulk store) untuk mengurangi gunung sampah kemasan plastik.

Tujuan utama gaya hidup minimalis tentu saja tak sebatas menghemat keuangan karena tak sedikit orang yang barangnya hanya sedikit, akan tetapi harga barangnya sekelas sultan. 

Inti gaya hidup minimalis yaitu merawat kelestarian planet Bumi dengan hanya memiliki dan mengonsumsi barang yang benar-benar penting setiap hari.

Hidup minimalis itu buat hidup tambah manis karena uang dan waktu tak habis terkikis untuk hal-hal yang tak praktis  (Ilustrasi: LIFEHACK.org)
Hidup minimalis itu buat hidup tambah manis karena uang dan waktu tak habis terkikis untuk hal-hal yang tak praktis  (Ilustrasi: LIFEHACK.org)
Pengalaman saya selama ini mendapati gaya hidup minimalis itu gampang-gampang susah (atau malah susah-susah gampang?) prakteknya. Gampang ketika kita rutin melakukannya setiap hari sehingga telah menjadi kebiasaan.

Gaya hidup minimalis akan berat ketika kita tak berstrategi. Maka inilah tiga tips untuk gaya hidup minimalis yang realistis setiap hari.

Mulai dari barang yang kecil

Produk perawatan badan dan kulit (body & skincare) adalah barang yang pertama kali menjadi target gaya hidup minimalis saya yang dimulai lima tahun lalu. 

Saya ingin memulai dengan langkah-langkah kecil (baby steps) namun dapat terus berlanjut ke depannya.

Jadilah kini body & skincare saya hanya terdiri atas produk dasar yang esensial seperti sabun dan shampoo batangan, pasta gigi, sikat gigi bambu, krim muka untuk pagi dan malam serta serum wajah. Totalnya cukuplah 7 items.

Saya pernah memiliki belasan produk body & skincare untuk perawatan selama sebulan. Eh, tapi ujung-ujungnya, produk yang dipakai rutin (hampir) tiap hari ya 7 items itu aja, lha kan boros jadinya kalau belinya sampai belasan!

Selain itu, produk yang sudah kita beli pun harus dipakai sampai habis sesuai dengan salah satu tujuan gaya hidup minimalis yaitu agar sampah menipis. Biasanya kalau sampah berkurang, isi kantong deh yang mengembang karena borosnya jadi jarang hehe.

Kurangi satu hal setiap hari

Setelah saya hanya memakai produk dasar untuk body & skincare, saya merasa lebih tenang lho! Mungkin karena saya tidak lagi (pusing) memikirkan beragam jenis produk wajah dan kulit untuk dibeli.

Penasaran, saya pun mencoba gaya hidup minimalis untuk alat tulis kantor (ATK). Tadinya, kotak pensil (pencil case) saya penuh sesak dengan pulpen, pensil, stabilo, spidol, tipex, penghapus, mirip toko ATK berjalanlah! Hihihi...

Kini, pencil case saya hanya berisi satu bulpen yang terdiri atas 4 warna (biru, hijau, hitam, dan merah), pensil, tipex, penghapus, dan flashdisk. 

Saya merasakan langsung bahwa kerja semakin fokus dengan tugas yang harus diselesaikan karena pikiran saya tidak lagi tersita untuk urusan ATK.

Jadi, sekarang sebelum satu menambah barang baru, saya selalu memastikan ada barang yang dikurangi (1 in, 1 out). Kalau tidak ada barang yang dapat dikurangi, lebih baik tak menumpuk barang yang malah membebani pikiran maupun keuangan, ya kan bestie?

Selalu ingat 'less is more'

Sejak era pembangunan pasca Perang Dunia II tahun 1945, budaya konsumtif menjamur ke seluruh dunia. 

Kepemilikan (banyak) barang rutin dipicu dengan iklan yang membujuk masyarakat dengan kalimat-kalimat persuasif seperti "Hidup Anda pun semakin lengkap dengan memiliki barang ini; Miliki layanan ini untuk hidup lebih berarti" dan sederet kalimat promosi lainnya yang memancing banyak orang untuk membeli barang maupun jasa yang belum tentu dibutuhkan.

Padahal, setelah diperiksa lagi, buat apa coba memiliki lusinan set alat masak dan makan jika penghuni rumah di bawah 5 orang, hayoo? 

Lain cerita jika kita ingin membuka bisnis katering atau kuliner yang tentunya (sangat) memerlukan berbagai macam alat masak dan makan.

Sekarang, tiap kali akan membeli barang, saya selalu bertanya ke diri sendiri dulu, "Berapa kali dalam seminggu saya akan memakai benda ini?" 

Kalau dalam seminggu, saya hanya memakainya hanya 1-2x, saya lebih memilih untuk memanfaatkan barang yang masih dapat dipakai dulu sampai saatnya nanti memang sudah habis sehingga perlu diganti.

Ketika kita menghemat belanja konsumtif dengan gaya hidup minimalis, maka tabungan dan investasi kita pun meningkat. 

Okay, barang kita memang sedikit (less), namun justru aset produktif kita (tabungan, saham, properti, emas, dan sejenisnya) yang terus bertambah (more), mantap deh!

Pastinya, konsep gaya hidup minimalis setiap orang itu menyesuaikan dengan kondisi masing-masing. 

Namun satu hal yang sama, hidup minimalis itu membuat hidup semakin optimal karena kita hanya benar-benar fokus dengan hal-hal yang esensial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun