Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sayang BTS Meal Dibuang? Berikut 4 Cara Mengurangi Food Waste

13 Juni 2021   16:49 Diperbarui: 16 Juni 2021   10:30 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah Anda sudah membeli (kemasan) BTS Meal yang kini sedang viral? Saya tidak mencobanya karena bukan termasuk ARMY (fans berat BTS).

Tentu saja saya jadi tak mengetahui persis rasanya. Tapi, menurut pengalaman orang-orang yang sudah mencicipinya, rasanya 'B aja' alias biasa aja tuh hehehe...

Mungkinkah itu yang membuat foto BTS Meal di Dubai-Uni Emirat Arab yang tak habis dan ditinggalkan begitu saja di meja oleh konsumen jadi viral? Di sana, BTS Meal bisa dimakan di tempat.

BTS Meal di Indonesia hanya dapat dibeli via layanan pesan antar (delivery service). Wah, jangan-jangan warganet +62 hanya memburu kemasan ungunya dan isinya malah berakhir di tong sampah rumah, parah!

Jumlah sopir online (ojol) yang membludak saat mengantri BTS Meal itu sangat berpeluang besar untuk berbanding lurus dengan jumlah sampahnya jika ternyata pembeli tidak menghabiskannya. BTS Meal itu pun bisa saja berakhir sebagai food waste (sampah makanan) di banyak rumah.

Laporan the Food Index Waste Report 2021 dari UNEP (the UN Environment Programme/badan PBB untuk lingkungan) mendapati bahwa 931 juta ton food waste dihasilkan dari 54 negara setiap tahunnya. 

Sementara itu, 570 juta ton (lebih dari 50%) dari total food waste itu berasal dari sampah di rumah tangga, waduh sayangnya!

Padahal, perjalanan sebuah makanan dan minuman dari tanaman di lahan pertanian hingga menjadi hidangan meja makan itu (sangat) panjang prosesnya. Maka inilah empat cara praktis untuk segera mengurangi food waste yang dimulai dari rumah kita masing-masing.

Inilah BTS Meal yang sedang viral sekaligus menjadi food waste (Ilustrasi: Akun IG @top_world.idn)
Inilah BTS Meal yang sedang viral sekaligus menjadi food waste (Ilustrasi: Akun IG @top_world.idn)
1. Beli yang perlu

Bagaimana cara membedakan lapar mata dan lapar sebenarnya? Minumlah 2-4 teguk air putih dan tunggulah selama 5 menit.

Saat tubuh kita tak lagi (terlalu) bernafsu ingin memakan sesuatu sesudah meminum air putih, bisa jadi kita baru saja mengalami lapar mata. Perut terasa melilit karena asam lambung meningkat juga tak ditemui pada lapar mata seperti halnya saat kita benar-benar lapar.

Untuk menghindari lapar mata, biasakan untuk pergi ke luar rumah saat kenyang dan bawalah botol air isi ulang pula. 

Saat perut lapar selama perjalanan, kadang makanan yang biasanya tidak kita sukai di rumah pun, jadi terasa enak sehingga terpaksa dibeli.

Masalahnya saat kita sudah kenyang atau jika ternyata makanan itu tak enak, makanan darurat itu sering tak dihabiskan karena memang bukan jenis yang biasa dimakan maupun disukai. 

Manusia adalah mahluk kebiasaan, begitu pula dengan sistem pencernaan tubuh kita sehari-hari.

Sebelum belanja, tulislah daftar makanan yang akan dibeli dan belilah sesuai daftar. Pastikan kita juga hanya membawa uang secukupnya saat belanja makanan sehingga terhindar dari (godaan) promo makanan ini-itu, tak terkecuali aman dari hasrat membeli BTS Meal hihihi...

2. Pilih porsi kecil

Tapi, gimana kalau ada menu terbaru yang harus kita coba? Ini terutama berlaku bagi para food reviewer, contohnya food blogger dan vlogger, yang harus icip-icip.

Saat kita harus maupun ingin merasakan makanan dan minuman baru, apalagi yang sedang viral seperti BTS Meal, kuncinya hanya satu. Pilihlah porsi kecil saat baru sekali membelinya.

Ketika rasanya cocok di lidah, boleh deh beli lagi. Lebih sehat dan hemat juga sih saat kita bisa memasaknya sendiri jadi dapat lebih tepat mengukur porsinya.

Memakan dalam porsi kecil juga membuat tubuh kita lebih responsif terhadap sinyal dari sel saraf otak.

Jika kita berhenti mengunyah sekitar 3-5 menit setelah porsi kecil habis, otak segera memberi sinyal tentang perlu tidaknya kita menambah makanan yang baru saja ditelan.

Inilah penjelasan ilmiah tentang langsingnya (mayoritas) warga Jepang dan Perancis yang rutin makan dalam porsi kecil setiap hari. Eh, penduduk Korsel tempat asalnya K-Pop BTS itu apakah juga seperti itu porsi makannya? #seriusnanya

3. Konsumsi makanan lokal

Selain irit biaya dan rendah polusi karena minim transportasi, makanan lokal ini telah memiliki posisi khusus di perut dan hati kita pula setelah bertahun-tahun mengonsumsinya. Pantesan, orang Indonesia belum makan rasanya kalau belum ketemu nasi meskipun sudah menghabiskan selusin roti hahaha...

Rasa penasaran kita akan suatu makanan dan juga minuman yang sedang jadi trending topic pada akhirnya tak akan menggeser kesukaan kita dengan menu lokal yang sudah akrab dikenal. Mungkin ini ya faktor tetap larisnya restoran khas Indonesia seperti rumah makan (RM) Padang dan Warung Tegal (Warteg), bahkan di saat pandemi seperti saat ini.

Saya pun pernah membaca artikel tentang seorang pengusaha sukses dari Indonesia yang tetap menggemari bakso kaki lima meskipun telah mencicipi hidangan paling mahal dari banyak negara di seluruh dunia. Bagi pebisnis senior itu, ada cita rasa khas bakso kaki lima yang sulit tergantikan kelezatannya.

Kalau sudah begitu, makanan pun akan habis dikonsumsi sehingga food waste pun tak terjadi. 

Sederhananya, lidah lokal itu akan lebih klop dengan menu lokal daripada hidangan global yang cukup 1-2x saja dicicipi.

Mungkin lain kali BTS Meal bisa menyajikan kuliner khas Indonesia sehingga tak hanya laris dibeli, tapi juga habis dikonsumsi. Kebayang deh hebohnya BTS Meal jika menunya adalah rendang!

4. Biasakan makan bersama

Saat keluarga di Indonesia masih berjumlah besar dalam satu rumah seperti di zaman kakek-nenek kita dulu, food waste terbukti rendah.  Hal itu karena makanan yang tersedia pasti ada yang menghabiskan nantinya.

Ironisnya, sekarang dengan stok makanan lebih melimpah di rumah, keluarga inti yang jauh lebih sedikit anggotanya malah lebih sering membuang makanan. Food waste pun semakin banyak terjadi ketika seseorang makan sendirian karena tinggal di rumah kost atau kontrakan tanpa keluarga, misalnya bagi pemesan BTS Meal yang termasuk mahasiswa atau kaum pekerja.

Saat makan bersama, kita bisa berbagi porsi makanan yang ada sehingga makanan tak tersisa. 

Sarapan pagi dan makan malam adalah dua waktu makan yang sebaiknya dinikmati bersama seisi keluarga atau orang lain yang tinggal bersama kita agar semakin akrab suasananya sekaligus menghindari food waste.

Berbagi kepada yang membutuhkan juga patut dilakukan saat ada banyak makanan di rumah, seperti kepada para orang yang hidup di jalanan. Tentunya makanan yang dibagikan itu harus yang masih layak makan dan bukannya stok sisa yang hampir mendekati atau bahkan sudah kadaluarsa.

Makanan berlebih dapat pula diberikan ke hewan jalanan maupun yang berada di tempat penampungan (shelter hewan). Tak hanya para hewan yang lahap mengonsumsinya, bahkan para pekerja di tempat tersebut (kennel boys) pun sangat senang ketika ada donasi makanan untuk mereka dan juga kumpulan anabul/anak bulu yang ditampung di sana.

Sampah rumah tangga, terutama food waste, itu memang masalah yang tak bisa dianggap remeh. Yuk, mari bersama kita kurangi food waste sebagai bentuk syukur atas rezeki dari Allah SWT dan wujud nyata kepedulian sosial yang sekaligus ramah lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun