Kesulitan tersebut harus disiasati dengan tersediannya sumber energi non solar yaitu biofuel. Biofuel terbukti mampu digunakan tanpa penyesuaian alat dan mesin seperti halnya pada B20. Â Sejak 2018, Indonesia menetapkan B20 sebagai mandatori untuk mengganti solar murni.
B100 menjadi sumber energi terbarukan yang terus-menerus
Posisi Indonesia sebagai negara penghasil kelapa sawit membuat produksi B100 akan lebih terjamin keberlangsungannya. Â Saat B20 adalah percampuran bahan bakar fosil dengan biofuel hingga rasio 20:80 (B20), maka B100 murni berasal dari biofuel tanpa bahan bakar fosil.
Produksi biofuel, seperti halnya perkebunan kelapa sawit, dapat diatur manusia melalui budidaya dan pemanfaatan teknologi yang tepat guna. Â Ini jelas kontras dengan sumer bahan bakar fosil yang berasal dari sisa makhluk hidup yang telah terkubur berabad-abad di dasar bumi.
Salah satu indikator utama untuk B100 ditetapkan sebagai alternatif energi adalah prinsip ongkos produksi terendah. Â Semakin murah ongkos produksi, maka semakin terjangkau harga biofuel bagi seluruh lapisan rakyat, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Mentan RI Bapak Amran memaparkan bahwa 1 liter B100 dapat menempuh jarak sekitar hingga 13.01 km dengan taksiran harga Rp. 732.  Bandingkan dengan solar yaitu 9.6 km/liter seharga Rp. 1000.  Penghematan yang dapat diraih berkisar 25 -- 28% dengan B100.  Mantap!
B100 rendah asap sehingga ramah lingkungan dan aman bagi manusia
Riset lengkap dari Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (United State Environment Protection Agency/US-EPA) menunjukkan bahwa biofuel jauh lebih ramah lingkungan daripada solar (petrofuel). Â B100 tentunya termasuk dalam kategori biofuell.
Saat acara, Pak Mentan RI sempat menaiki mobil berbahan bakar B100. Â Minimnya asap karbonmonoksida (CO) sebagai hasil pembakaran mesin adalah bukti B100 aman bagi kesehatan. Â Masih menurut US-EPA, emisi CO B100 48% lebih rendah dibandingkan CO solar.