Senin 15 April 2019 ini, Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI) menggelar acara sederhana namun maknanya luar biasa. Â Menteri Pertanian yaitu Dr. H. Â Andi Amran Sulaiman resmi meluncurkan B100 sebagai sumber energi hijau yang terbarukan.
Uji coba perdana B100 dilaksanakan di kantor pusat Kementan RI Jakarta. Â Awak media massa turut diundang sebagai peliput, termasuk blogger dan vlogger Kompasiana. Â Peluncuran B100 ini menandai dimulainya biofuel sebagai energi masa depan Indonesia dan juga dunia.
Mengapa biofuel, terutama B100 memiliki arti penting bagi Indonesia? Â Sebagai pengekspor minyak di tahun 70-an hingga 2000-an awal, Indonesia kini tak lagi bisa bergantung pada minyak sebagai sumber energi fosil. Â Minyak termasuk sumber energi yang tak terbarukan.
Di seluruh negara, tak terkecuali Indonesia, sumber energi fosil seperti halnya minyak dan batubara, cenderung semakin langka dan habis pada satu waktu tertentu. Â Padahal, kebutuhan energi penduduk dunia terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah populasi manusia.
Sumber energi fosil juga menjadi salah satu penyebab utama perubahan iklim global sebagai hasil dari adanya karbondioksida (CO2) atau Efek Rumah Kaca yang ditandai dengan peningkatan suhu setiap tahunnya. Â Tak heran, cuaca semakin memanas dari waktu ke waktu.
Minyak juga telah lama dikenal sebagai 'senjata perang' dalam situasi politik dan ekonomi global. Â Ketergantungan suatu negara akan sumber energi fosil berpotensi menyebabkan negara tersebut sulit mewujudkan kedaulatan energi karena harus mengimpor minyak dari negara lain.
![Minyak kelapa sawit kasar (CPO) menjadi bahan baku utama energi terbarukan B100 (Dokumen Pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/04/15/009-brighter-smaller-5cb4a1d8a8bc153b276afad4.jpg?t=o&v=770)
Peluang emas dengan adanya kelapa sawit di Indonesia jelas harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kesejahteraan seluruh anak negeri. Â Kehadiran B100 ini akan mengurangi ketergantungan Indonesia pada bahan bakar minyak sehingga terwujud kedaulatan energi.
Lalu, mengapa biofuel B100 ini begitu strategis pengembangannya di Indonedia? Â Ada 5 (lima) kelebihan B100 yang masyarakat luas perlu tahu informasinya dengan tepat. Â Maka inilah satu-persatu keunggulan biofuel, termasuk B100 yang menjadi harapan energi masa depan.
B100 sebagai pengganti bahan bakar fosil (khususnya solar)
B100 diproduksi oleh Kementan RI untuk penggunaan pada alat-alat mesin (alsin). Â Selama ini, operasi alsin -- tak terkecuali alsintan (alat-alat mesin pertanian) sangat tergantung pada persediaan solar. Â Sementara itu, pasokan solar sebagai bahan bakar fosil cenderung menurun.
Kesulitan tersebut harus disiasati dengan tersediannya sumber energi non solar yaitu biofuel. Biofuel terbukti mampu digunakan tanpa penyesuaian alat dan mesin seperti halnya pada B20. Â Sejak 2018, Indonesia menetapkan B20 sebagai mandatori untuk mengganti solar murni.
B100 menjadi sumber energi terbarukan yang terus-menerus
Posisi Indonesia sebagai negara penghasil kelapa sawit membuat produksi B100 akan lebih terjamin keberlangsungannya. Â Saat B20 adalah percampuran bahan bakar fosil dengan biofuel hingga rasio 20:80 (B20), maka B100 murni berasal dari biofuel tanpa bahan bakar fosil.
Produksi biofuel, seperti halnya perkebunan kelapa sawit, dapat diatur manusia melalui budidaya dan pemanfaatan teknologi yang tepat guna. Â Ini jelas kontras dengan sumer bahan bakar fosil yang berasal dari sisa makhluk hidup yang telah terkubur berabad-abad di dasar bumi.
![B100 memproduksi emisi asap yang hampir 50% lebih rendah dari solar sehingga ramah lingkungan dan aman untuk kesehatan (Dokumentasi Pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/04/15/003-brighter-smaller-5cb4a1eda8bc15069953a722.jpg?t=o&v=770)
Salah satu indikator utama untuk B100 ditetapkan sebagai alternatif energi adalah prinsip ongkos produksi terendah. Â Semakin murah ongkos produksi, maka semakin terjangkau harga biofuel bagi seluruh lapisan rakyat, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Mentan RI Bapak Amran memaparkan bahwa 1 liter B100 dapat menempuh jarak sekitar hingga 13.01 km dengan taksiran harga Rp. 732.  Bandingkan dengan solar yaitu 9.6 km/liter seharga Rp. 1000.  Penghematan yang dapat diraih berkisar 25 -- 28% dengan B100.  Mantap!
B100 rendah asap sehingga ramah lingkungan dan aman bagi manusia
Riset lengkap dari Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (United State Environment Protection Agency/US-EPA) menunjukkan bahwa biofuel jauh lebih ramah lingkungan daripada solar (petrofuel). Â B100 tentunya termasuk dalam kategori biofuell.
Saat acara, Pak Mentan RI sempat menaiki mobil berbahan bakar B100. Â Minimnya asap karbonmonoksida (CO) sebagai hasil pembakaran mesin adalah bukti B100 aman bagi kesehatan. Â Masih menurut US-EPA, emisi CO B100 48% lebih rendah dibandingkan CO solar.
![Menteri Pertanian RI, Dr. Andi Amran Sulaiman mengisi langsung kendaraan bermobil dengan biofuel B100 (Dokumentasi Pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/04/15/018-brighter-smaller-5cb4a23895760e0f860a6482.jpg?t=o&v=770)
Penggunaan kelapa sawit sebagai bahan baku utama B100 secara otomatis meningkatkan harga jual tandan buah segar (TBS) sawit. Â Minyak kelapa sawit sawit kasar (CPO) adalah produk turunan kelapa sawit yang kemudian diolah lebih lanjut sebagai biofuel, terutama B100.
Hasil penelitian Susila dan Ernawati (2008) dalam Informasi Pertanian Badan Litbang Pertanian menunjukkan penurunan penduduk miskin di perkebunan sawit hingga 124 ribu orang dengan peningkatan produksi biodiesel. Â B100 adalah solusi pemerataan ekonomi dan energi.
![Langkah Kementan RI dalam meluncurkan B100 sebagai energi masa depan Indonesia sekaligus dunia patut diapresiasi (Dokumen Pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/04/15/029-brighter-smaller-5cb4a20ccc52832feb4705d6.jpg?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI