Nah, ini pengalaman saya saat tea walk di perkebunan teh Gunung Mas Puncak. Jaraknya sebenarnya cukup bersahabat kok karena saya dan rombongan memilih jarak tersingkat alias 'cukup' 4 km saja. Tapi, jadi berat karena medannya menanjak. Syukur Alhamdulillah, karena saya penggemar jogging, tea walk itu terasa ringan dilakukan.
Lain ceritanya untuk beberapa teman saya yang jarang berolahraga. Belum sampai 1 km, mereka sudah ngos-ngosan. Bahkan ada satu orang yang sampai dibawa ke puskesmas terdekat karena kelelahan! Tak heran, saat saya bilang sangat ingin bisa berwisata di kebun teh hingga puncaknya -- yang berarti harus trekking hingga 8 km - komentarnya, "Makasih deh!" Hahaha.....
Do: Rekam suasana dengan video
Jujur, saya gemas betul tiap kali melihat ada traveler yang ribut dan berisik tak karuan di lokasi wisata. Okelah kalau acaranya berupa festival atau konser musik di tempat terbuka. Tapi, kalau selain itu? Lebih baik jangan deh.Â
Indahnya suara kicau burung dan gemericik air yang mengalir ketika wisata alam jelas bisa lebih lama dinikmati dengan cara direkam. Sepulang traveling, rekaman video itu bisa ditonton lagi kapan pun. Atau tambah lebih oke lagi untuk dibagi ke orang banyak via blog, media sosial, maupun Youtube. Kalau suasana latar rekamannya berisik, mana asyik?
5. Don't: Membuang sampah sembarangan
Do: Bawa selalu kantong khusus sampah
Benarkah banyak tempat wisata di Indonesia dipenuhi sampah dari pengunjungnya? Pertanyaan itu membuat saya penasaran setelah membaca tulisan di dunia maya tentang kotornya beberapa lokasi wisata, terutama pulau-pulau (indah) tak berpenghuni, akibat ulah para traveler yang tak bertanggung jawab.Â
Padahal pulau-pulau cantik di Indonesia itu tetap harus dijaga kebersihannya sekalipun tiada penduduk yang menempatinya. Malah karena minus orang di sana, para travelerlah yang bertugas menjaga kebersihannya agar tetap terawat keindahannya, setuju?
6. Don't: Melakukan perbuatan yang tidak senonoh