Keunggulan marketing 1.0 ini adalah mampu membidik pasar yang bersifat rasional dan logis. Lupakan dulu faktor emosional alias baper (bawa perasaan) karena pengguna atau pemilih disuguhi hampir semua kelebihan (nyata) dari suatu produk/kandidat yang sedang dipasarkan.
Marketing 1.0 ini (cukup) menguntungkan untuk kedua pasang capres tersebut. Jokowi sebagai pengusaha lokal hingga pemimpin nasional, Ma'ruf Amin adalah Ketua MUI dan ulama NU, Prabowo sebagai militer dan ketua partai, serta Sandi Uno mewakili pengusaha muda Indonesia.
Kekurangan marketing 1.0 ini adalah terlalu berfokus pada produknya. Ilustrasinya mirip keberadaan smartphone tercanggih di daerah yang tak terjangkau sinyal seluler. Kebutuhan pembeli (bukan) prioritas pada marketing 1.0. Produk laku terjual menjadi target utamanya.
Kali ini, pembeli dan pengguna (mulai) diperhatikan. Suatu produk/jasa/kandidat tidak hanya menawarkan sederet keunggulan punyanya, tetapi juga memperhatikan manfaat yang diperoleh konsumen (pemilih) dari kelebihan tersebut. Produk tidak lagi menjadi segalanya di 2.0.Â
Selain bermanfaat produknya, pengguna juga harus puas dengan produknya. Kepuasan pembeli dan pengguna (customer satisfaction) menjadi kata kunci pada marketing 2.0. Saat mereka merasa puas, mereka akan membeli dan menggunakannya kembali (repeat purchase).
Marketing 2.0 ini (lumayan) rumit karena berkaitan dengan ranah perasaan seseorang yang subyektif. Misalnya, tingkat kepuasan dari kepemilikan kulkas dua pintu bagi anak kost dan ibu rumah tangga. Satu lebih karena gengsi (orang tua kaya) dan satu lagi karena aspek harganya.
Untuk pilpres 2019, sebagai incumbent, Jokowi (sedikit) diuntungkan. Capaian pembangunan dari 2014-2019 layak 'dijual' selama kampanye. Tapi, nanti dulu! Apakah (semua) rakyat Indonesia merasa puas dengan hasil kerja kabinet yang dipimpin Jokowi selama ini?
Ibarat minyak vs air, marketing 1.0 dan 2.0 (tak jarang) saling bertolak-belakang karena logika dihadapkan dengan rasa. Kehadiran marketing 3.0 (values driven marketing) menjadi jembatan bagi keduanya. Marketing with Human Spirit ini menginginkan kebaikan untuk semua.
Marketing 3.0 menyatukan pembeli dan pengguna serta perusahaan dengan sejumlah prinsip yang sama. Ketiganya bisa mendapati sekaligus merasakan bahwa kehadiran suatu produk/jasa membuat hidup banyak orang semakin baik, baik untuk pengguna produk itu maupun bukan.