Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Pilpres Sebentar Lagi, Marketing Apa yang Paling Diminati?

21 Agustus 2018   21:04 Diperbarui: 24 Agustus 2018   09:21 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inilah keempat calon peserta pilpres 2019 tahun depan (www.kompas.com)

Keunggulan marketing 1.0 ini adalah mampu membidik pasar yang bersifat rasional dan logis. Lupakan dulu faktor emosional alias baper (bawa perasaan) karena pengguna atau pemilih disuguhi hampir semua kelebihan (nyata) dari suatu produk/kandidat yang sedang dipasarkan.

Marketing 1.0 ini (cukup) menguntungkan untuk kedua pasang capres tersebut. Jokowi sebagai pengusaha lokal hingga pemimpin nasional, Ma'ruf Amin adalah Ketua MUI dan ulama NU, Prabowo sebagai militer dan ketua partai, serta Sandi Uno mewakili pengusaha muda Indonesia.

Kekurangan marketing 1.0 ini adalah terlalu berfokus pada produknya. Ilustrasinya mirip keberadaan smartphone tercanggih di daerah yang tak terjangkau sinyal seluler. Kebutuhan pembeli (bukan) prioritas pada marketing 1.0. Produk laku terjual menjadi target utamanya.

Teori marketing telah lama dipraktekkan pada kampanye politik (socialmarketing.blogs.com)
Teori marketing telah lama dipraktekkan pada kampanye politik (socialmarketing.blogs.com)
Marketing 2.0: Kepuasan Pelanggan adalah Kunci Kemenangan

Kali ini, pembeli dan pengguna (mulai) diperhatikan. Suatu produk/jasa/kandidat tidak hanya menawarkan sederet keunggulan punyanya, tetapi juga memperhatikan manfaat yang diperoleh konsumen (pemilih) dari kelebihan tersebut. Produk tidak lagi menjadi segalanya di 2.0. 

Selain bermanfaat produknya, pengguna juga harus puas dengan produknya. Kepuasan pembeli dan pengguna (customer satisfaction) menjadi kata kunci pada marketing 2.0. Saat mereka merasa puas, mereka akan membeli dan menggunakannya kembali (repeat purchase).

Marketing 2.0 ini (lumayan) rumit karena berkaitan dengan ranah perasaan seseorang yang subyektif. Misalnya, tingkat kepuasan dari kepemilikan kulkas dua pintu bagi anak kost dan ibu rumah tangga. Satu lebih karena gengsi (orang tua kaya) dan satu lagi karena aspek harganya.

Untuk pilpres 2019, sebagai incumbent, Jokowi (sedikit) diuntungkan. Capaian pembangunan dari 2014-2019 layak 'dijual' selama kampanye. Tapi, nanti dulu! Apakah (semua) rakyat Indonesia merasa puas dengan hasil kerja kabinet yang dipimpin Jokowi selama ini?

Facebook menjadi media marketing 4.0 dalam kampanye Obama di Amerika (www.cnsnews.com)
Facebook menjadi media marketing 4.0 dalam kampanye Obama di Amerika (www.cnsnews.com)
Marketing 3.0: Nilai yang Sama Menyatukan Kita

Ibarat minyak vs air, marketing 1.0 dan 2.0 (tak jarang) saling bertolak-belakang karena logika dihadapkan dengan rasa. Kehadiran marketing 3.0 (values driven marketing) menjadi jembatan bagi keduanya. Marketing with Human Spirit ini menginginkan kebaikan untuk semua.

Marketing 3.0 menyatukan pembeli dan pengguna serta perusahaan dengan sejumlah prinsip yang sama. Ketiganya bisa mendapati sekaligus merasakan bahwa kehadiran suatu produk/jasa membuat hidup banyak orang semakin baik, baik untuk pengguna produk itu maupun bukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun