Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Konsumsi Gizi Seimbang, Penghasilan pun Berkembang

26 Juli 2018   06:53 Diperbarui: 27 Juli 2018   17:42 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehat itu mahal.  (Hampir) semua orang sudah mengetahuinya.  Anehnya masih saja banyak orang yang lebih senang mengobati daripada mencegah.  Ingat, kesehatan itu serupa mahkota di atas kepala orang sehat yang hanya dapat dilihat oleh orang sakit. 

Padahal, menjalani dan mempertahankan gaya hidup sehat itu lebih mudah dan juga murah lho.  Salah satunya dengan mengonsumsi gizi seimbang.  Pasti kebanyakan orang Indonesia pernah mendengar istilah gizi ini "4 Sehat 5 Sempurna".  

Istilah gizi tersebut mengacu pada susunan menu yang ideal dikonsumsi sehari-hari yaitu nasi/roti, sayur-mayur, lauk-pauk, dan buah-buahan serta dilengkapi dengan susu.  Mungkin banyak yang berkomentar: "Bagus sudah bisa makan.  Urusan gizi tuh belakangan."

Padahal, gizi itu berperan utama dalam kesehatan seseorang, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.  Orang dewasa yang mudah sakit umumnya memiliki riwayat konsumsi makanan saat remaja dan anak-anak yang kurang atau malah tidak bergizi. 

Pola makan sehat dan tepat idealnya dijalani seisi keluarga (ebooks.gramedia.com)
Pola makan sehat dan tepat idealnya dijalani seisi keluarga (ebooks.gramedia.com)
Saat ditarik ke belakang lagi, anak-anak dan remaja yang tidak atau kurang fit itu biasanya sudah kekurangan gizi dari masa bayi dan balitanya. Ibarat tanaman, jika sejak awal sudah kekurangan pupuk, maka pertumbuhannya tidak akan optimal. Periode kritis untuk memprediksi tingkat kesehatan seseorang di masa depan adalah kecukupan asupan gizi selama 1000 HPK. 

HPK merupakan singkatan dari "Hari Pertama Kehidupan." 1000 HPK yaitu dari seorang bayi dikandung hingga berusia 2 - 3 tahun.  Usia 0 sampai 5 tahun terkenal juga sebagai golden age (masa usia emas anak usia dini). Pola pengasuhan orang tua serta kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak di masa balitanya sangat menentukan kualitas masa depan hidupnya.

Logikanya sederhana saja. Bayi dan balita yang konsisten diberi makanan bergizi akan tumbuh berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas lalu setelah dewasa, produktifitas kerjanya tinggi. Jikalau seorang dewasa selalu aktif dan enerjik bekerja, maka penghasilannya pun akan terus bertambah dan berkembang. Kesejahteraan diri dan keluarganya menjadi lebih terjamin karena kondisi badan dan pikiran yang fit.

Gizi sejak bayi menentukan tingkat kesehatan dan penghasilan di kemudian hari (promkes.depkes.go.id)
Gizi sejak bayi menentukan tingkat kesehatan dan penghasilan di kemudian hari (promkes.depkes.go.id)
Lain ceritanya jika dari bayi, seseorang sudah kekurangan gizi (malnutrisi) ataupun malah kelebihan gizi. Saat mengalami malnutrisi atau over nutrisi, seseorang akan mudah terkena penyakit. Contohnya jika kurang vitamin A, maka kesehatan mata akan menurun. Untuk yang kebanyakan makan, resikonya badan mengalami kegemukan (obesitas/overweight) dan bisa berujung dengan penyakit degeneratif - yang luar biasa mahal biaya perawatannya - seperti jantung koroner dan hipertensi (tekanan darah tinggi).

Saat dulu kuliah pada Jurusan Gizi dan Pangan di Kota Hujan atau Bogor, saya dan mahasiswa lainnya sering ditugaskan dosen untuk melakukan survei ke anak balita dan juga usia sekolah. Tugas kami adalah mendata pertumbuhan dan perkembangan mereka: Sudah sesuaikah dengan standar untuk kategori setiap tahapan usianya.

Maka, jadilah posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat), RS (Rumah Sakit), dan Sekolah-sekolah menjadi tempat tujuan kunjungan kami untuk observasi gizi anak.  Ternyata saya berulang kali mendapati. Anak sekolah yang mudah sakit-sakitan itu semenjak bayinya memang mengalami masalah gizi, terutama gizi kurang. Selain gampang sakit, kemampuan intelektual mereka juga di bawah rata-rata sehingga ada beberapa yang tinggal kelas.

Kurang gizi jelas mempengaruhi kondisi fisik dan pencapaian prestasi (www.kesmas.kemkes.go.id)
Kurang gizi jelas mempengaruhi kondisi fisik dan pencapaian prestasi (www.kesmas.kemkes.go.id)
Temuan itu tidak berhenti di situ saja. Ketika ditelusuri latar belakang keluarganya, mayoritas anak yang mengalami malnutrisi tersebut berasal dari keluarga kurang mampu secara sosial ekonomi. Orang tua mereka umumnya hanya lulus SD dan SMP. Bahkan ada yang tidak tamat SD. Aduh, miris sekali rasanya setiap kali melihat fenomena menyedihkan tersebut.....

Namun, beberapa kali saya juga sempat menemui fakta unik dan menarik dari para balita dan anak usia sekolah yang berasal dari kalangan ekonomi bawah tersebut. Ternyata, tetap ada satu dua anak yang sehat badannya dan cerdas otaknya. Sedangkan orang tuanya hanya bekerja sebagai pekerja non-formal seperti asisten rumah tangga, tukang kebun, tukang cuci, dan sebagainya.

Penasaran, saya dan mahasiswa lainnya segera mencari tahu penyebab penyimpangan positif/positive deviance tersebut. Jawabannya ternyata terletak pada para majikan orang tua mereka.

Para atasan tersebut sering memberikan jatah makanan dan minuman yang bergizi untuk anak para bawahannya. Ada yang memberi berupa makanan jadi atau siap santap. Ada pula yang memberikan dalam bentuk bahan makanan mentah.  

Cuci tangan dan sayuran jangan sampai dilupakan saat makan (gizi.depkes.go.id)
Cuci tangan dan sayuran jangan sampai dilupakan saat makan (gizi.depkes.go.id)
Saat diperhatikan, orang yang pola makannya sehat dan teratur, dia jadi lebih jarang absen kuliah atau bolos kerja karena alasan sakit. Mereka biasanya juga rajin mengonsumsi buah dan sayur serta membatasi makanan yang kurang bergizi (gorengan, minuman bersoda, dan tinggi gula). Bagi yang dibayar kerja harian, satu hari sakit saja jelas sudah mengurangi gajinya.

Saya ingat betul, ada teman kuliah yang sering telat makan dan hobinya makan gorengan serta minuman ringan (soft drink) hampir setiap hari. Uang bukanlah masalah untuknya membeli makanan yang bergizi. Ayahnya seorang bankir swasta dan ibunya guru PNS. Masalahnya adalah dia lalai untuk menjaga pola makannya sehari-hari.

Pola makan yang tidak bergizi itu berlangsung dari awal mula dia kuliah. Akibatnya, di tahun keempat kuliah atau saat skripsi/tugas akhir, dia terserang radang lambung yang telah terjadi secara perlahan dan lama (gastritis kronis).

Inilah susunan gizi seimbang yang membuat optimalnya tumbuh kembang (gizi.depkes.go.id)
Inilah susunan gizi seimbang yang membuat optimalnya tumbuh kembang (gizi.depkes.go.id)
Penyakit itu pulalah yang membuatnya telat lulus sehingga tidak bisa diwisuda sebagai wisudawan terbaik. Tidak hanya itu saja. Saat melamar kerja, beberapa kali dia gagal lolos tes kesehatan (medical checkup). Kabar yang terakhir saya dengar tentangnya adalah dia kini membuka usaha catering di rumahnya. Wah, semoga menu makanannya bergizi seimbang ya.

Bagi yang sudah bekerja, belum terlambat kok untuk semakin menambah penghasilan Anda dengan memulainya dari konsumsi gizi yang seimbang. Asumsinya jika saat ini Anda berusia 20-an, 30-an, hingga 40-an, Anda masih punya sekitar 20 hingga 40 tahun sebelum masa pensiun kerja. 

Manfaatkan dan optimalkan masa kerja ini dengan mengonsumsi makanan sehat agar tabungan pensiun Anda kelak bisa bermanfaat untuk mengisi hari tua dengan hal yang produktif dan positif. Mau uang pensiun Anda kelak habis untuk membiayai pengobatan? Jelas tidak kan.

Sebagai petunjuk praktis, berikut ini ada 10 pesan Pilar Gizi Seimbang (PGS) yang bisa rutin Anda lakukan bersama keluarga dan orang-orang di sekitar Anda setiap harinya. Selamat mempraktekkan pesan bermanfaat tersebut ya. Salam hidup sehat. 

10 Pesan menurut Pilar Gizi Seimbang (PGS)

  1. Syukuri dan nikmati anekaragam makanan
  2. Banyak makan sayur dan cukup buah-buahan
  3. Biasakan mengonsumsi lauk-pauk yang mengandung protein hewani
  4. Biasakan mengonsumsi aneka ragam makanan pokok
  5. Batasi konsumsi pangan manis, asin, dan berlemak
  6. Biasakan sarapan
  7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman
  8. Biasakan membaca label pada kemasan pangan
  9. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih
  10. Lakukan aktivitas yang cukup dan pertahankan berat badan normal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun