Sehat itu mahal. Â (Hampir) semua orang sudah mengetahuinya. Â Anehnya masih saja banyak orang yang lebih senang mengobati daripada mencegah. Â Ingat, kesehatan itu serupa mahkota di atas kepala orang sehat yang hanya dapat dilihat oleh orang sakit.Â
Padahal, menjalani dan mempertahankan gaya hidup sehat itu lebih mudah dan juga murah lho. Â Salah satunya dengan mengonsumsi gizi seimbang. Â Pasti kebanyakan orang Indonesia pernah mendengar istilah gizi ini "4 Sehat 5 Sempurna". Â
Istilah gizi tersebut mengacu pada susunan menu yang ideal dikonsumsi sehari-hari yaitu nasi/roti, sayur-mayur, lauk-pauk, dan buah-buahan serta dilengkapi dengan susu. Â Mungkin banyak yang berkomentar: "Bagus sudah bisa makan. Â Urusan gizi tuh belakangan."
Padahal, gizi itu berperan utama dalam kesehatan seseorang, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Â Orang dewasa yang mudah sakit umumnya memiliki riwayat konsumsi makanan saat remaja dan anak-anak yang kurang atau malah tidak bergizi.Â
HPK merupakan singkatan dari "Hari Pertama Kehidupan." 1000 HPK yaitu dari seorang bayi dikandung hingga berusia 2 - 3 tahun.  Usia 0 sampai 5 tahun terkenal juga sebagai golden age (masa usia emas anak usia dini). Pola pengasuhan orang tua serta kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak di masa balitanya sangat menentukan kualitas masa depan hidupnya.
Logikanya sederhana saja. Bayi dan balita yang konsisten diberi makanan bergizi akan tumbuh berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas lalu setelah dewasa, produktifitas kerjanya tinggi. Jikalau seorang dewasa selalu aktif dan enerjik bekerja, maka penghasilannya pun akan terus bertambah dan berkembang. Kesejahteraan diri dan keluarganya menjadi lebih terjamin karena kondisi badan dan pikiran yang fit.
Saat dulu kuliah pada Jurusan Gizi dan Pangan di Kota Hujan atau Bogor, saya dan mahasiswa lainnya sering ditugaskan dosen untuk melakukan survei ke anak balita dan juga usia sekolah. Tugas kami adalah mendata pertumbuhan dan perkembangan mereka: Sudah sesuaikah dengan standar untuk kategori setiap tahapan usianya.
Maka, jadilah posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat), RS (Rumah Sakit), dan Sekolah-sekolah menjadi tempat tujuan kunjungan kami untuk observasi gizi anak. Â Ternyata saya berulang kali mendapati. Anak sekolah yang mudah sakit-sakitan itu semenjak bayinya memang mengalami masalah gizi, terutama gizi kurang. Selain gampang sakit, kemampuan intelektual mereka juga di bawah rata-rata sehingga ada beberapa yang tinggal kelas.
Namun, beberapa kali saya juga sempat menemui fakta unik dan menarik dari para balita dan anak usia sekolah yang berasal dari kalangan ekonomi bawah tersebut. Ternyata, tetap ada satu dua anak yang sehat badannya dan cerdas otaknya. Sedangkan orang tuanya hanya bekerja sebagai pekerja non-formal seperti asisten rumah tangga, tukang kebun, tukang cuci, dan sebagainya.
Penasaran, saya dan mahasiswa lainnya segera mencari tahu penyebab penyimpangan positif/positive deviance tersebut. Jawabannya ternyata terletak pada para majikan orang tua mereka.
Para atasan tersebut sering memberikan jatah makanan dan minuman yang bergizi untuk anak para bawahannya. Ada yang memberi berupa makanan jadi atau siap santap. Ada pula yang memberikan dalam bentuk bahan makanan mentah. Â
Saya ingat betul, ada teman kuliah yang sering telat makan dan hobinya makan gorengan serta minuman ringan (soft drink)Â hampir setiap hari. Uang bukanlah masalah untuknya membeli makanan yang bergizi. Ayahnya seorang bankir swasta dan ibunya guru PNS. Masalahnya adalah dia lalai untuk menjaga pola makannya sehari-hari.
Pola makan yang tidak bergizi itu berlangsung dari awal mula dia kuliah. Akibatnya, di tahun keempat kuliah atau saat skripsi/tugas akhir, dia terserang radang lambung yang telah terjadi secara perlahan dan lama (gastritis kronis).
Bagi yang sudah bekerja, belum terlambat kok untuk semakin menambah penghasilan Anda dengan memulainya dari konsumsi gizi yang seimbang. Asumsinya jika saat ini Anda berusia 20-an, 30-an, hingga 40-an, Anda masih punya sekitar 20 hingga 40 tahun sebelum masa pensiun kerja.Â
Manfaatkan dan optimalkan masa kerja ini dengan mengonsumsi makanan sehat agar tabungan pensiun Anda kelak bisa bermanfaat untuk mengisi hari tua dengan hal yang produktif dan positif. Mau uang pensiun Anda kelak habis untuk membiayai pengobatan? Jelas tidak kan.
Sebagai petunjuk praktis, berikut ini ada 10 pesan Pilar Gizi Seimbang (PGS) yang bisa rutin Anda lakukan bersama keluarga dan orang-orang di sekitar Anda setiap harinya. Selamat mempraktekkan pesan bermanfaat tersebut ya. Salam hidup sehat.Â
10 Pesan menurut Pilar Gizi Seimbang (PGS)
- Syukuri dan nikmati anekaragam makanan
- Banyak makan sayur dan cukup buah-buahan
- Biasakan mengonsumsi lauk-pauk yang mengandung protein hewani
- Biasakan mengonsumsi aneka ragam makanan pokok
- Batasi konsumsi pangan manis, asin, dan berlemak
- Biasakan sarapan
- Biasakan minum air putih yang cukup dan aman
- Biasakan membaca label pada kemasan pangan
- Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih
- Lakukan aktivitas yang cukup dan pertahankan berat badan normal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H