Kompasianival 2015, Antara Tugas Relawan dan Pertemanan
Selepas Kompasianival 2014, saya semakin bersemangat untuk menulis dan menghadiri kegiatan Kompasiana. Tujuannya agar saya semakin banyak mengenal para Kompasianer dan juga para admin Kompasiana sehingga saat hadir di Kompasianival 2015, banyak yang bisa saya sapa. Tak ketinggalan, saya juga mengamati dan mencermati pola sosialisasi dan interaksi antara sesama Kompasianer, antara admin dan Kompasianer, antar admin, dan termasuk dalam komunitas yang ada di Kompasiana.
Blessing in disguise. Selalu ada hal positif dalam kesulitan sebesar apapun. Saya kini bersyukur tiap kali mengingat persiapan matang untuk bisa mengikuti Kompasianival 2015. Hampir setahun persiapannya daripada saat Kompasianival 2014 yang hanya sebulan. Saat mengikuti acara Kompasianival di luar Jabodetabek, Nangkring PUPR pada Mei 2015 di Bandung dan Nescafe Factory Visit pada Juni 2015 di Lampung, saya semakin bisa melihat secara jelas kekompakan (maupun kekonyolan hehehe…) yang terjadi – tanpa pandang usia - di antara sesama Kompasianer maupun para admin. Mau sebut sejumlah nama di sini, tapi….jangan ah! Cukuplah jadi rahasia perusahaan hihihi….
Maka, saat Kompasiana membuka seleksi open recruitment sebagai relawan pada Kompasianival 2015, dengan semangat 45 saya pun turut mendaftarkan diri. Sekalipun ada lowongan untuk MC (pembawa acara), namun saya sadar diri. Public speaking saya itu masih jauhlah dari oke alias rentan terkena demam panggung! Hahahaha….
Tugas itu (sekilas) terlihat mudah dan ringan. Faktanya di lapangan? Luar biasa menantang (plus melelahkan)! Pertama, kedua rekan LO saya tersebut masih berstatus mahasiswa. Bahkan satu orang di antaranya sedang mengikuti ujian akhir semester (UAS) saat hari pertama Kompasianival 2015. Mau tak mau, saya dan seorang mahasiswa lagi (baru selesai sidang skripsinya) yang harus menghandle tugas LO tersebut kala dia mengikuti UAS di kampusnya. Saya pikir, everything was fine. Ternyata? Si mahasiswa yang baru saja lulus itu sempat minder setelah tahu saya berprofesi sebagai dosen! Untuk mencairkan suasana, saya bilang saja, “Di sini kita sama-sama LO, ok?!”
Setelah itu, so far so good. Namun, saya harus menghadapi kenyataan di luar dugaan lainnya. Apa lagikah itu? Niat untuk bisa sering-sering bersosialisasi dengan para Kompasianer peserta 2015 (relatif) sulit dilakukan. Tugas sebagai LO ternyata lumayan menyita waktu dan tenang. Paling banter, saya hanya bisa say Hello kepada rekan Kompasianer yang kebetulan berpapasan di jalan saat saya sedang bertugas sebagai relawan. Mentok-mentok pun saling bersalaman dan cipika-cipiki (cium pipi kanan-kiri) dengan amat singkat atau tak sampai 1 menit. Boro-boro berswafoto-ria bersama teman Kompasianer, lupakan saja untuk smentara karena pengisi acara selanjutnya harus segera dijemput dan didampingi. Tugas sebagai relawan dan pertemanan memang tak mudah diselaraskan saat itu.
Meskipun begitu, saya tetap merasakan keseruan yang sangat berkesan selama menjadi relawan Kompasianival 2015. Syukur Alhamdulillah, Pak Anies Baswedan (masih menjabat Menteri Pendidikan waktu itu) bersedia menampung dan mendengarkan saran serta masukan dari saya sebelum beliau naik ke atas panggung. Saya sampaikan bahwa mayoritas pengunjung Kompasianival 2015 adalah blogger dan penulis.
Maka saat di panggung Kompasianival 205 lalu, Pak Anies pun menyampaikan presentasi yang erat kaitannya dengan dunia tulis-menulis dan literasi yaitu salah satunya himbauan agar bahasa daerah di Indonesia juga bisa dipopulerkan melalui media blog dari para Kompasianer. Saya sendiri malah tak tahu isi persis paparan beliau – saya membacanya dari tulisan para Kompasianer yang hadir di sesinya Pak Anies - karena setelah beliau naik ke atas panggung, saya dan kedua petugas LO lainnya segera bergegas menghubungi pengisi acara di sesi berikutnya.
Selain Pak Anies, saya juga sangat terkesan dengan keramahan serta kerendahan hati yang ditunjukkan oleh para pengisi acara Kompasianival 2015 lalu. Mereka bukan orang biasa apalagi sembarangan. Mereka adalah para pakar dan orang-orang sukses di bidangnya masing-masing. Namun, tak sedikitpun mereka menunjukkan rasa angkuh kepada para panitia Kompasianival 2015 – termasuk para relawan dan terutama para LO yang mendampingi mereka sebelum mereka naik ke panggung – apalagi bersikap merendahkan.
Contohnya, Bapak Haji Johari Zein selaku Managing Director PT JNE tak sekalipun terlihat marah ataupun gundah saat waktunya untuk naik ke atas panggung harus mundur karena pengisi acara sebelumnya belum turun dari panggung. Bahkan beliau malah tampak fokus menikmati pemaparan sang narasumber yang masih berada di atas panggung. Padahal untuk orang sesukses (dan sesibuk) beliau, time is money.