Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

[FFPI 2015] Indonesiaku Kebanggaanku, Filmku Nasionalismeku

25 Januari 2016   11:01 Diperbarui: 25 Januari 2016   11:20 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Saat mendengar kata ‘bela negara’, umumnya yang terbayang di kepala adalah dengan cara memanggul senjata dan berperang melawan musuh.  Padahal, bela negara juga bisa berwujud dalam banyak hal lainnya, termasuk tindakan anti kerjasama dengan penjajah saat berperang atau bersikap hati-hati saat menentukan pilihan untuk pemimpin rakyat dalam pemilu.  Dua film dari kategori pelajar yaitu “Samin” produksi Sanggar Seni Sekar Tanjung dan “Coblosan” hasil kreasi SMK Kurasari Purbalingga Jawa Tengah berhasil menunjukkan cara lain yang efektif dalam bela negara.

            Film “Samin” mengisahkan seorang anak dari suku Samin – berbusana khas hitam dengan ikat kepala - yang malu dengan asal-muasal leluhurnya karena dihina oleh teman-temannya.  Maka, sang ibu bocah laki-laki itu lalu bercerita tentang sejarah Pergerakan Samin atau Saminisme yang dahulu melawan penjajah Belanda dengan tindakan non-kooperatif mereka.  Saminisme yang dipelopori oleh Samin Surosentiko di Blora Jawa Tengah itu menganut prinsip sedulur sikep (melawan tanpa kekerasan).   Caranya dengan menolak membayar pajak dan tidak menaati peraturan pemerintah kolonial Belanda maupun penjajah Jepang #KamiTidakTakut

Somad dan Kadir harus menghadapi politik uang dalam pemilihan lurah di desanya pada film "Coblosan" (Dokpri)

          Adapun film “Coblosan” berkisah tentang suasana pemilihan kepala lurah di suatu desa.  Somad dan Kadir mendukung calon lurah baru, Mas Putra, yang dapat membawa perubahan positif untuk kemajuan desa.  Sayangnya, Mas Putra yang bermodalkan idealisme tersebut harus melawan calon lainnya yaitu petahana lurah, Pak Tejo.  Saat kampanye, bahkan sesaat sebelum pencoblosan, tim sukses Pak Tejo terus gencar berpolitik uang (money politics) terhadap penduduk desa.  Somad konsisten menolak amplop berisi uang tersebut.  Namun, Kadir masih mau menerimanya.  Film ini membungkus dengan apik ketika harapan harus berhadapan dengan kenyataan di lapangan saat pemilihan pimpinan di Indonesia.

Bendera : Simbol dan warisan sejarah perjuangan sepanjang zaman

            Sudah menjadi rahasia umum, banyak anak muda di Indonesia kini malas saat harus melaksanakan upacara bendera. Alasannya panas dan enggan berdiri lama di lapangan upacara. Padahal, saat zaman perjuangan, para pahlawan dan segenap rakyat Indonesia rela mengorbankan jiwa serta raganya agar bendera merah putih dapat berkibar dengan tegaknya sebagai tanda kemerdekaan.  Film “Bubar, Jalan!” dari kategori umum dan “Kotak Pusaka” dari kategori pelajar menyisipkan pesan kepada penonton tentang nasionalisme yang bisa dibuktikan lewat penghormatan terhadap bendera merah putih sebagai salah satu simbol negara.

Ahong, sang pemimpin upacara bendera, harus terus menunduk dan menahan rasa sakit karena perutnya mulas sepanjang film "Bubar, Jalan!" (Dokpri)

          Film Bubar Jalan yang diproduksi oleh Rumahku Films dari Garut – Jawa Barat bercerita tentang murid SD negeri, Adam ‘Ahong’ Malik, yang bertugas sebagai pemimpin upacara. Malangnya, Ahong yang bermata sipit itu perutnya mulas bukan main sebelum upacara sehingga bolak-balik ke kamar mandi sekolah. Dua orang teman Ahong yang iseng memasang tanda “Toilet Rusak” di pintu WC.  Maka, selama upacara bendera, Ahong berjuang sekuat tenaga untuk melawan rasa sakit di perutnya dengan banjir keringat dingin yang terus bercucuran.  Mampukah Ahong memimpin upacara bendera hingga akhir acara?

          Sedangkan film Kotak Pusaka menuturkan tentang kebanggaan seorang pemuda sekolah yang juga termasuk anggota Pramuka.  Dirinya memperoleh kain merah putih yang dapat diikatkan di leher saat memakai seragam Pramuka.  Kain merah putih dalam kotak mirip emas itu dikira benda berharga oleh sekumpulan berandalan jalanan sehingga mereka ingin merebutnya dari anggota Pramuka tersebut.

 

Film "Nilep" mengajarkan prinsip kejujuran untuk ditanamkan pada generasi muda sedari dini (Dokpri)

Budaya : Beragam Perilakunya, Semua Sama Menariknya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun