Bahasa : Lestarikan bahasa daerah dan bangga berbahasa Indonesia
Zaman sekarang, banyak ditemui fenomena, generasi muda lebih bangga dan percaya diri saat lancar berbahasa asing daripada berbahasa Indonesia. Bahasa daerah pun kini terancam punah karena penuturnya jika sudah ke kota atau ibukota lalu jarang menggunakan bahasa daerahnya. Mungkin supaya lebih tampak sebagai orang kota dan bukan lagi orang daerah. Padahal, baik bahasa daerah maupun bahasa Indonesia termasuk salah satu ciri khas bangsa Indonesia yang harus dijaga keberlanjutannya.
Film “Ojo Sok-sokan” dari kategori umum berkisah tentang dua orang mahasiswa yang sedang makan pada salah satu angkringan di Kota Pelajar Yogyakarta dan berbincang dengan bahasa Jawa. Salah satunya berniat untuk memiliki smartphone agar tak ketinggalan zaman. Film produksi Sebelas Sinema Pictures dari Bandung ini lalu menampilkan, si pemuda yang ingin mempunyai smartphone terbaru tersebut juga ogah mendengarkan musik dangdut yang diputar pemilik angkringan. Kampungan, begitu alasannya.
Film semakin menarik karena hadirnya seorang wanita yang sedang menunggu dijemput. Sang pemuda yang ‘alergi’ dengan musik dangdut itu lantas dengan percaya diri (PD) over dosis mengajak sang wanita berbicara dalam bahasa gaul ala Jakarta yaitu ber-gue dan elu. Ini karena sang wanita menerima telepon dengan bahasa Indonesia. Sang pemuda sok kota tersebut yakin, wanita itu pasti berasal dari ibukota. Siapa sangka, saat jemputannya sudah datang, wanita itu ternyata lancar berbahasa Jawa - yang halus pula - waktu berpamitan. Pemuda itu pun hanya bisa terbengong-bengong.
(Dokpri)
Bela Diri Tradisional: Pencak Silat Lokal, Terkenal Secara Global
“Surya the School Gangs” sukses membuat saya bangga dengan bela diri pencak silat yang merupakan kekayaan budaya lokal bangsa Indonesia. Khususnya saat generasi penerus yang masih bersekolah mampu berpencak silat sebagai bentuk seni dan bela diri. Itu jauh lebih baik untuk menyalurkan energi masa muda dibandingkan ikut tawuran yang tak karuan. Apalagi setelah hadirnya film The Raid yang berskala global dan dibintangi oleh aktor sekaligus para jawara bela diri yaitu atlet pencak silat nasional Iko Uwais dan atlet judo, Joe Taslim.
Film ini merupakan film kategori pelajar dari SMK Muhammadiyah 1 Temanggung, Jawa Tengah. Tema ceritanya tentang Surya, seorang anak yatim yang jago pencak silat dan sempat putus sekolah karena ibunya kekurangan dana. Surya juga tergabung pada Tapak Suci, salah satu varian seni beladiri yang diasuh organisasi masyarakat (ormas) Muhammadiyah.
Saat mampu bersekolah lagi, kemampuannya berbela diri tradisional itu membuatnya berurusan dengan preman sekolah yang sedang me-malak (memeras) Aldo, teman sekolahnya yang berasal dari keluarga kaya. Setelah ditelepon penelepon misterius, Surya bergegas ke suatu gudang untuk menyelamatkan Aldo. Di sana, para penyandera Aldo ternyata adalah sekumpulan preman sekolah yang sebelumnya mengganggu Aldo namun sempat ditolong oleh Surya. Pimpinan para preman tersebut, seorang pria dewasa yang juga piawai berbela diri silat, berjanji melepaskan Aldo jikalau Surya berhasil mengalahkannya. Berhasilkah pencak silat Surya mengalahkan mereka semua, termasuk si bos preman?
Bela Negara : Tak hanya lewat kekerasan, tapi juga kehati-hatian