Fotografer dan videografer memiliki keuntungan untuk memahami logika dinamika dari disrupsi untuk mengejar perubahan teknologi pada bentuk foto dan video dalam jurnalisme.
Dalam penelitian "Visual Storytelling in The Age of Post Industrialist Journalism" oleh David Campbell (2013) , Disrupsi merupakan sebuah bentuk penurunan dari media cetak yang membuat ekologi informasi baru melalui internet dengan mendominasi layar yang dapat mempengaruhi masyarakat dalam jurnalisme.
Perspektif institusional dalam melihat jurnalisme multimedia ialah sebagai kontes berkelanjutan antara ruang berita, pemasaran, dan departemen teknis. Dicirikan dengan situasi yang sangat dinamis dan kompleks pada setiap perusahaan yang bertemu secara berbeda.
Perspektif teknologi masih menjadi diskusi pro dan kontra pada aplikasi perangkat lunak yang standar namun dibuat khusus untuk digunakan memproduksi, mengedit, menerjemahkan, mengintegrasikan produk media secara digital.
Multimedia memiliki tiga jenis, masing-masing memiliki kegunaan dan bentuk yang berbeda.
Multimedia Interaktif
Media yang biasanya mengacu pada produk dan layanan digital yang terdapat dalam sistem berbasis komputer yang merespons tindakan pengguna dengan konten yang disajikan seperti teks, gambar bergerak, animasi, video, audio, dan video game.
Multimedia Hiperaktif
Media yang memiliki struktur elemen-elemen yang saling terkait dan pengguna dapat mengarahkannya, seperti world wide web (WWW), website, dan game online.
Multimedia Linier
Media hanya dapat digunakan oleh pengguna dengan menjadi penikmat dan penonton pada produk multimedia. Seperti, televisi, film, koran, dan sejenisnya.