Dee, Andre dan temannya mengunyah dengan lahap. Gue jijik melihat menu makanan yang sadisnya melebihi pembunuhan berantai. Salad, tahu rebus, tempe panggang dan timun, tomat, wortel yang dicincang-cincang. Aduh, namanya apa, ya? Pacar, eh, mantan! Eh ... bodoh amat!!
Gue menggigit ujung plastik cilok. Menarik satu persatu cilok dari dalam plastik. Mengunyahnya dengan nikmat yang tiada tanding. Very, hot!! Kang Kabayan mengerjai, gue. Hahaha, Kang Kabayan. Gue jadi ketularan gaya bicaranya. Lah, lah, lah, aku sayang sekali ... cilok Kang, Ka ... bayan! Hehehe....
"Oya, kenalin, ini Valdo Ferlando," ucap Andre sambil mengunyah, "Aldo, ini Ventsy."
"Hai, gue Aldo." laki-laki itu mengacungkan tangannya ke arah gue.
"Gue Ven." Gue mengupil lalu menjabat tangannya. Mampus, lu!
"Yang sopan, Ven!" omel Dee.
"Lu, kalo makan, makan aja! Ga sopan, makan sambil ngobrol!" Gue tersenyum menang dan melanjutkan makan.
"No problem." senyum Aldo. Gue tak menanggapinya. Cilok gue keburu basi, kalau menanggapi orang-orang tak penting dengan alay bin lebay tingkat dewa.
TUUUT ... TRUUTT ... TUT ... TUUT...
"Uweekkk ..., jorok lu ga kebendung, Ven!" Dee memuntahkan makanan dari mulutnya. Sedangkan dua laki-laki gila itu, hanya menutup hidung dengan tangan.
"Jangan dihirup, baunya!" Gue tetap cuek.