Pengertian Diksi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkangagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan. Diksi merupakan salah satu unsur dasar bahasa yang sangat penting.[1]
Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata--kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata--kata yang tepat atau menggunakan ungkapan--ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Diksi merupakan pemilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam bahasa lisan dan tulisan. Untuk mendapatkan efek tertentu itu, seseorang yang akan berbicara atau menulis harus memilih kata yang dapat mewakili gagasannya dengan tepat. Disamping itu, ia juga memerlukan kemampuan untuk membedakan nuansa-nuansa makna dari gagasan yang disampaikan dan menemukan kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya.
Di dalam diksi juga mempunyai fungsi yaitu:
1. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat(sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengaran atau pembaca.
2. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
3. Menciptakan suasana yang tepat.
4. Mencegah perbedaan penafsiran.
5. Mencegah salah pemahaman.
6. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.
Contoh:
Kata menyelidiki digunakan untuk menyebut aktifitas yang mengacu kepada upaya-upaya mencari bukti-bukti yang mendukung pernyataan seseorang. Aktivitas ini dilakukan oleh orang-orang yang berwenang menangani kasus hokum, seperti polisi. Produk dari aktivitas ini dikenal dengan hasil penyelidikan.
Peranan diksi dalam penulisan karya ilmiah
Didalam karangan ilmiah, kata yang digunakan harus berbentuk formal dan digunakan secara konsisten (taat asas). Oleh karena itu, pilihan kata dalam penulisan karangan ilmiah harus baik dan benar, sehingga makna yang diacunya tepat dan jelas.
Karangan ilmiah merupakan komunikasi antara penulis dan pembaca. Agar komunikasi itu efektif dan efisien, maka seorang penulis perlu berhati-hati dalam memilih kata, sehingga pembaca mampu mencerna kata atau rangkaian kata yang digunakan penulis untuk mengungkapkan gagasannya.[2]
Dalam memilih kata-kata ada dua persyaratan yang sangat penting, yaitu:
1. Ketetapan : Dapat mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan dan ha-hal yang menyangkut makna, logika, kesamaan maksud.
2. Kesesuaian : Kecocokan antara kata-kata dengan kesempatan dan keadaan. Apakah kata-kata yang dipilih atau yang dipakai dapat menerima oleh masyarakat, pendengar atau pembaca. Terutama yang lebih penting adalah apakah pilihan kata yang kita pakai sudah merupakan piihan kata yang baku.
Contoh: Kata Kamu, Anda,dan Saudara, merupakan kata-kata yang bersinonim, yaitu kata yang digunakan untuk menyebut lawan bicara, tetapi bukanlah sinonim mutlak. Nilai-nilai social menjadikan ketiga kata itu memiliki nuansa yang berbeda.
Seperti:
Saya sama besar dengan kamu
Saya sama besar dengan anda
Saya sama besar dengan saudara
Diksi dalam Penerapannya
1. Makna Denotasi dan Konotasi
Makna denotasi adalah kata yang rujukannya tunggal atau makna kata yang sebenarnya, makna yang tidak memberikan peluang pada pembaca untuk memberikan makna tambahan. Makna kata denotasi merujuk pada konsep dasar yang didukung oleh suatu kata. Contoh lambing atau kata lingkaran yang secara jelas merujuk pada suatu benda atau konsep yangtunggal.
Ketika orang mendengar atau menyebutkan kata lingkaran lalu merujuk pada berbagai referensi, misalnya lingkaran biru, atau lingkaran-lingkaran lain sebagai tambahan, maka kata tersebut mengandung makna konotasi.
Makna konotasi adalah mana yang mengandung asosiasi-asosiasi tambahan.[3] Contoh denotasi dan konotasi:
- Ayahnya pekerja di kantor itu.
- Ayahnya pegawai di kantor itu.
- Ayahnya buruh di kantor itu.
- Gadis itu bunga di desanya.
- Penata bunga itu sedang bekerja.
- Banyak kupu-kupu beterbangan di malamhari di atas kebun bunga nenek.
- Kupu -- kupu malam itu ditangkap petugas trantib.
2. Kata Umum dan Kata Khusus
Kata Umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang ligkupnya.Makin luas ruang lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, maka terbuka kemungkinan salah paham dalam pemaknaan.Â
Makin sempit ruang lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaan, dan makin mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat.[4] Contoh kata berjalan perlahan-lahanlebih umum dibanding dengan tertatih-tatih.
3. Jargon dan Slang
Jargon merupakan kata-kata teknis yang dipergunakan secara terbatas dalam bidang ilmu, profesi, atau kelompok tertentu Kata-kata ini merupakan kata sandi/kode rahasia untuk kalangan tertentu (dokter, militer, perkumpulan rahasia, ilmuwan, dan sebagainya): populasi, volume, abses, HO, dan sebagainya.Contoh Slang: asoy, mana tahan, belum tahu, dia, dan sebagainya (bersifat sementara).
Jargon merupakankata-kata teknik yang dipakai oleh segolongan/kelompok tertentu dalam berkomunikasi. Bentuknya bisa seperti sandi, kode rahasia, atau morse untuk kalangan tertentu (dokter, militer, perkumpulan rahasia, ilmuwan, dan sebagainya): populasi, volume, abses, H2O dan sebagainya.
Slang merupakan kata-kata yang biasa dipakai para remaja dalam berkomunikasi. Tercipta karena para pemakai ingin berbeda dari orang kebanyakan. Contoh Slang: asoy, mana tahan, belum tahu, dia dan sebagainya (bersifat sementara).
4. Kata Populer dan Kata Kajian
Kata Populer adalah kata yang dikenal atau kata yang diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat.
Populer
Kajian
Kegiatan
Penyaring
Merenung
Orang Sakit
Lulusan
Peringkat
Menilai
Koreksi Diri
Isi
Sasaran
Dorongan
Khayalan
Tidak Nyata
Perangai
Rencana
Pendapat
Aktivitas
Filter
Kotemplasi
Pasien
Alumnus
Rangking
Mengevaluasi
Introspeksi
Volume
Target
Motivasi
Imajinasi
Fiktif
Karakter
Agenda
Argument
Demikianlah penjelasan tentang diksi, sekiranya dapat bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari dan dapat menambah pengetahuan kita untuk masa yang akan datang.
[1]Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, ( Jakarta : Gramedia, 1994), h. 21.
[2]Hetti Waluati Triana, Bahasa Indonesia dalam Komunikasi Ilmiah, (Padang : IAIN IB Press, 2003), h. 41
[3]M. Ramlan, dkk., Bahasa Indonesia yang salah dan yang benar, (Yogyakarta : Andi Offset, 1994),h. 6
[4]T. Fatimah Djajasudarma, Penalaran Deduktif-Induktif dalam Wacana Bahasa Indonesia, (Bandung : Alqaprint Jatinangor, 1999), h. 77
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H