Mohon tunggu...
Nisa
Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - universitas sebelas maret

Menulis menjadi suatu hal yang saya tekuni dalam hal menuangkan gagasan yang saya kritisi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Remaja Rawan Terjebak Toxic Friendship? Berikut Ciri, Dampak, dan Step Keluar dari Toxic Friendship

19 Desember 2023   16:37 Diperbarui: 22 Desember 2023   19:29 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: news.unair.ac.id

Individu mulai merasakan pentingnya peran dan kehadiran orang lain dalam kehidupan. Pada tahap ini, remaja mulai merasakan pentingnya peran kelompok pertemanan atau orang lain yang memiliki kesamaan dengan dirinya untuk saling berinteraksi. 

  • Surface Contact

Respon kesadaran muncul bahwasanya adanya rasa kebersamaan dan solidaritas satu dengan yang lainnya. Sampai sini, remaja sadar bahwa interaksi yang dimilikinya dengan remaja lain menciptakan hubungan yang semakin solid. 

  • Mutuality

Terbentuknya relasi sosial antar individu yang awalnya tidak memiliki hubungan apapun. Sampai sini, remaja mulai tergabung dalam kelompok pertemanan yang tentunya memiliki kesamaan dan merasa adanya keuntungan. 

Setelah melewati keempat tahap pembentukan relasi sosial tersebut, kita jadi tahu nih bagaimana kelompok pertemanan pada remaja bisa terbentuk. Namun, tidak selamanya kelompok pertemanan pada remaja memiliki nilai positif. Ada juga beberapa kelompok pertemanan yang dianggap memiliki nilai negatif, bahkan merugikan masyarakat maupun anggota kelompok itu sendiri. Dalam beberapa kasus, remaja bisa saja terjebak dalam kelompok pertemanan yang toxic, namun enggan untuk mengungkapkan perasaanya dan keinginannya untuk keluar dari kelompok tersebut.

Ketika seseorang menyadari hubungan pertemanannya mengarah pada toxic friendship, mereka cenderung akan menentukan sikap. Sikap merupakan predisposisi dalam memberikan reaksi terhadap objek tertentu dengan cara mengevaluasi berbagai informasi sehingga memunculkan reaksi positif maupun negatif (Samudra et al., 2020, 129). Menurut Diener cara individu mengevaluasi informasi atau peristiwa dari pengalaman menentukan kesejahteraan subjektif seseorang (Ariati, 2010, 119). Maka dari itu, ketika mengambil keputusan untuk menetap atau menghindar dari toxic friendship harus dipikirkan secara matang. 

Reaksi positif seseorang dalam hubungan pertemanan dapat terjadi karena lingkungan yang mendukung, pembahasan yang sesuai, dan masing-masing anggota kelompok memiliki tujuan yang sama. Suasana seperti ini membuat seseorang merasa nyaman dan tidak merasakan adanya toxic friendship. Seseorang yang merasa nyaman cenderung ingin mempertahankan hubungan dengan kelompok pertemanannya karena belum menemukan kerugian yang mungkin saja terjadi akibat dari perilaku anggota lainnya.

Sedangkan seseorang yang telah menemukan tanda-tanda toxic friendship akan memberikan reaksi negatif terhadap hubungan pertemanannya. Reaksi negatif dapat mempengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan hubungan pertemanan. Hal tersebut wajar dilakukan untuk mengedepankan kesejahteraan subjektif di masa yang akan datang. Namun, apa yang terjadi jika seseorang memberikan reaksi negatif tapi tidak dapat keluar dari hubungan toxic? Hal tersebut berkaitan erat dengan interpersonal dependency. 

Interpersonal dependency juga dapat menjadi faktor mengapa individu enggan keluar dari kelompok pertemanannya karena mereka merasa bergantung pada kelompok tersebut untuk memenuhi kebutuhan sosial, emosional, atau yang lain sebagainya. Selain itu, individu mungkin merasa terikat pada kelompok pertemanannya karena perasaan tanggung jawab atau mungkin rasa hormat. Selain itu, individu mungkin merasa tidak nyaman, canggung, atau bahkan takut ketika berada di luar kelompok pertemanannya, yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perasaan tidak aman, kecemasan sosial, atau ketidakpastian.

Menurut (Dafiq et al., 2023, 30) terdapat dua jenis hubungan toxic yaitu fisik dan emosional. Jenis toxic friendship secara fisik terjadi ketika seseorang menyerang temannya secara langsung dengan maksud mengintimidasi sehingga menyebabkan cedera fisik baik ringan, sedang, maupun berat. 

Sebagai contoh seorang siswi memberi cubitan kecil untuk meminjam pensil kepada temannya yang pelit atau seorang siswa yang menarik kerah baju karena temannya enggan pergi ke kantin. Dalam hal ini intimidasi dilakukan untuk menunjukkan kuasa terhadap orang yang lebih lemah untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Siswi mencubit dengan harapan temannya meminjamkannya sebuah pensil dan siswa yang menarik kerah baju sedang memberi peringatan supaya temannya mau ikut ke kantin. 

Sedangkan hubungan toxic secara emosional merupakan kekerasan yang dilakukan secara verbal yang bertujuan untuk mengungkapkan kritik, tuduhan yang tidak benar, ancaman, dan penghinaan. Seseorang yang mengalami hubungan toxic secara emosional cenderung merasa tertekan, sulit menyampaikan apa yang dirasakan, dan mengalami kesulitan untuk melawan (Abdullah, 2022, 19). Kekerasan emosional tidak hanya diungkapkan dengan nada tinggi, bisa juga diungkapkan dengan ucapan lembut namun kata-katanya menusuk. Hal ini dilakukan semata hanya untuk menghancurkan karakter orang lain (Dafiq et al., 2023, 30).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun