Mohon tunggu...
Nirina Azzahra_XII MIPA 3
Nirina Azzahra_XII MIPA 3 Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Nirina Azzahra

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pejuang Perempuan untuk Memerdekakan Hak Perempuan

21 November 2021   06:41 Diperbarui: 21 November 2021   06:43 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“oek… oek…”, suara bayi terdengar


Pada tanggal 6 April 1905 lahirlah seorang anak bernama Rangkajo Chailan Sjamsoe Datoek Toemenggoeng. 23 tahun berlalu, kini Khailan Syamsu sudah tumbuh besar menjadi gadis.

“ Khailan kamu harus bisa jaga diri nak sekarang kamu sudah bertumbuh besar, anak gadis ibu harus bisa menjaga harkat dan martabat ya. Karena sekarang, bangsa kita sedang marak dimana hak perempuan yang seharusnya mendapatkan perlakuan yang layak, dijatuhkan martabat nya. Mereka semua dipandang rendah oleh pihak Belanda dan ibu tidak mau bila nanti kamu terkena kasus tersebut “, ucap ibu Khailan Syamsu.

“ Baik bu, sebisa mungkin Khailan pasti akan menjaga harkat dan martabat. Tetapi bu, mengapa tidak ada yang membicarakan persoalan ini kepada pemerintah? Menurut Khailan bu jika kasus ini terus ada dikalangan bangsa Indonesia, itu akan berdampak buruk bagi masa depan para perempuan di Indonesia “, ujar Khailan Syamsu terheran.

“ Sebetulnya nak sudah banyak keluh-kesah yang ibu dengar dari para penduduk. Tetapi mereka semua bungkam, mereka semua tidak bisa menyampaikan pendapat mereka walaupun kondisi saat ini membuat mereka terpuruk “, jawab ibu Khailan Syamsu sembari menjelaskan.

“ Tapi mengapa bu? Mengapa mereka semua tidak mau menyampaikan pendapat mereka? Itu semua kan untuk kebaikan mereka semua bu “, tanya Khailan Syamsu semakin terheran.

“ Begini nak, kondisi bangsa kita sekarang itu perempuan Indonesia tidak mendapatkan haknya dengan baik, mereka ditindas oleh penjajah dan diperlakukan tidak manusiawi, dan juga mendapatkan siksaan. Sehingga membuat mereka berfikir jika mereka menyampaikan apa yang mereka rasakan saat ini, takutnya akan berdampak lebih buruk lagi bagi mereka semua. Maka sampai saat ini tidak ada para perempuan yang menyampaikan pendapat kepada pemerintah nak “, jawab ibu Khailan sembari menjelaskan.

“ Jadi seperti itu ya bu, baiklah “, ucap Khailan Syamsu.


Khailan Syamsu memiliki teman yang bernama Rukmini Santoso. Keduanya berteman baik hingga suatu hari…


“ Hai Rukmini, apakah anda merasa saat ini harkat dan martabat perempuan di Indonesia tak dihargai?”, ucap Khailan Syamsu.

“ Benar! Sosok perempuan sangat berperan penting dalam kehidupan melalui perempuan juga sosok pemimpin bangsa dilahirkan sobat”, jawab Rukmini kepada Khailan Syamsu.

Beberapa hari kemudian, Khailan Syamsu dan Rukmini bertemu dan membahas persoalan perempuan di Indonesia yang sudah sangat banyak dilecehkan, direndahkan harga dirinya oleh pihak Belanda.

“ Rukmini, tidak salah kah jika kita mengadakan perkumpulan perempuan untuk melindungi perempuan dari perbuatan keji yang dilakukan pihak belanda? “ , tanya Khailan Syamsu.

“ Cerdas Khailan! Saya setuju dengan pendapatmu itu. Perempuan juga berhak untuk ikut berjuang untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan terutama memerdekakan hak perempuan agar tidak terus-menerus ditindas oleh pihak Belanda” , jawab Rukmini dengan sedikit geram.

“ Benar Rukmini, tidak hanya bangsa nya saja yang merdeka tetapi hak perempuan di Indonesia harus kita merdekakan! “, ujar Khailan Syamsu dengan semangat.

“ Bagaimana jika besok kita mengadakan perkumpulan untuk membahas permasalahan ini kepada semua perempuan? “, ucap Khailan Syamsu.

“ Ide bagus itu, lebih cepat lebih baik “, jawab Rukmini kepada Khailan Syamsu.

Keesokan harinya, Rukmini dan Khailan Syamsu mengadakan perkumpulan untuk membahas permasalahan ini.

“ Baik para hadirin, langsung saja tujuan saya mengadakan perkumpulan ini untuk membahas tentang permasalahan sosok perempuan yang diperlakukan tidak wajar oleh pihak Belanda sudah banyak juga korban yang direndahkan harkat dan martabat perempuan oleh pihak Belanda “, ucap Khailan Syamsu.

“ Ya dan sudah saatnya kita semua bersatu untuk memerdekakan hak perempuan agar tidak terjadi lagi kasus dari perbuatan keji pihak Belanda “ sambung Rukmini.

“ Kita semua setuju karena jika kita tidak memberanikan diri untuk berpendapat, bagaimana kehidupan sosok perempuan nantinya? Pasti akan selalu dipandang rendah dan kasus tersebut tidak akan ada henti-hentinya” ujar salah satu rakyat yang ikut perkumpulan.

“ Baik jadi semuanya setuju dengan saran yang kita ajukan kepada kalian semua ‘’, ucap Rukmini.

“ Mungkin perkumpulan ini dicukupkan saja sampai disini, terimakasih atas waktunya “, ucap Khailan Syamsu.

“ Rukmini, menurut saya jika kita hanya mengadakan perkumpulan disekitar lingkup daerah saja, itu kurang cukup karena pasti opini setiap orang berbeda-beda. Bagaimana jika nanti kita mengadakan perkumpulan lagi dengan para perempuan di lingkup daerah kita dan diluar lingkup daerah kita? “, tanya Khailan Syamsu dengan ragu.

“ Jadi maksudnya kita akan mengadakan perkumpulan untuk bertukar opini? Itu ide yang bagus karena dengan diadakannya perkumpulan dengan luar lingkup daerah kita, kita jadi tahu apa pendapat mereka, apa yang diinginkan mereka untuk mengatasi permasalahan ini “, jawab Rukmini.

“ Menurutmu waktu yang pas untuk mengadakan perkumpulan lagi kapan? “, Tanya Khailan Syamsu.

“ Bagaimana jika bulan depan saja? Karena kita perlu persiapan untuk pertemuan berikutnya. Karena pertemuan berikutnya tidak hanya perempuan dari daerah kita saja, tetapi ada juga dari luar daerah. Dan kita harus mempersiapkan tempat juga untuk perkumpulan selanjutnya“, jawab Rukmini.

" Jika kita adakan pertemuan ini di Yogyakarta bagaimana? “, tanya Khailan Syamsu.

“ Baiklah kita adakan perkumpulan ini di Yogyakarta di gedung milik Raden Tumenggung Joyodipoero saja”, usul Rukmini.

“ Baiklah kita adakan perkumpulan selanjutnya di gedung itu dan saya akan memberitahukan info ini kepada seluruh perempuan di Indonesia “, ujar Khailin Syamsul.

 Beberapa bulan kemudian Khailan Syamsu dan Rukmini mengadakan perkumpulan para perempuan yang bertempat di gedung Dalem Jayadipuran milik Raden Tumenggung Joyodipero. Perkumpulan ini dihadiri sekitar 30 organisasi wanita yang tersebar di kota Jawa dan Sumatera.


Selain itu, tidak hanya dari organisasi wanita saja. Perkumpulan ini juga dihadiri oleh wakil-wakil dari Boedi Utomo, Partai Nasional Indonesia, Partai Solidaritas Indonesia, Jong Java, Muhammadiyah dan organisasi pergerakan lainnya. Khailan Syamsu pun mengeluarkan pendapat beliau dan banyak yang menanggapi pendapat beliau.

“ Jadi menurut para hadirin sudah jelas dari yang saya sampaikan tadi? Apakah ada tambahan atau usulan dari yang lain? Atau ada yang berpendapat lain? Silahkan sampaikan saja bila ada “, ucap Khailan Syamsu.

“ Saya disini akan menyampaikan tentang perlunya edukasi seperti mengenai pendidikan perempuan bagi anak gadis, perkawinan anak dibawah umur dan kawin paksa, serta saat ini sudah banyak dengan perceraian secara sewenang-wenang dan banyaknya permaduan, menurut saya itu sudah melewati batas manusiawi “ ucap salah satu anggota organisasi.

“ Baik, dari kasus ini yang dapat saya tanggapi yaitu perempuan hanya dianggap sebagai istri, ibu dan pengurus rumah tangga saja, perempuan hanya bias pasrah melayani keluarga beserta suaminya saja. Tetapi setelahnya bias saja istrinya tersebut tidak mendapatkan perlakuan yang baik, tapi bias saja hingga ditalak oleh suaminya sendiri yang otomatis perempuan tersebut akan di pulangkan kepada keluarga nya yang pasti membuat dirinya merasa malu, merasa gagal karena tidak bisa menjaga rumah tangganya dengan baik “, jawab Khailan Syamsu sembari menjelaskan.

“ Nah dari kasus tersebut juga kita jadi bisa merasakan bagaimana para perempuan tersebut yang telah dimadu hingga ditalak oleh suaminya. Pasti mereka semua merasa gagal menjadi istri padahal mereka sama sekali tidak bersalah, tidak melakukan kesalahan “, ujar Rukmini.

“ Bisa dikatakan nasib para perempuan saat ini sangat ketergantungan. Maksudnya nasib para perempuan saat ini hanya bergantung pada seorang suami. Bila suaminya memang ingin menalak istrinya, ya mau tidak mau istrinya harus bisa menerima keputusan dari sang suami “, ujar Khailan Syamsu.

“ Tetapi kondisi saat ini bisa dibilang beruntung bagi perempuan yang belum menikah. Dia masih bisa berpendidikan dan dimana dia menikah nanti, lalu ditinggal oleh suaminya atau ditalak, setidaknya dia memiliki bekal ilmu untuk tetap hidup dan pasti mereka tidak akan selalu ketergantungan terhadap orang lain “, lanjut Khailan Syamsu.

“ Dari opini tersebut yang bisa saya tangkap, saya mengusulkan bagaimana jika kita membentuk sebuah organisasi saja? Agar tidak ada lagi seorang istri yang diperlakukan tidak baik oleh suaminya sendiri? “, tanya salah satu anggota organisasi.

“ Ide yang bagus! Dengan diadakan nya organisasi tersebut, kita bisa memanimalisir kasus perlakuan buruk terhadap seorang istri. Bagaimana jika kita beri nama Perikatan Perkumpulan Istri Indonesia? “, ujar Khailan Syamsu.

“ Bagus, saya setuju “, ucap para anggota yang hadir dalam perkumpulan.

“ Dengan diadakannya perkumpulan ini, kita bisa menyuarakan pendapat, mungkin pendapat dari para hadirin ataupun pendapat dari rakyat “, ucap Khailan Syamsu.

“  Benar, terutama terhadap hak kita sebagai sosok perempuan “, lanjut Rukmini.

“ Mungkin dicukupkan saja perkumpulan saat ini, kita bisa lanjutkan perkumpulan ini besok lusa dan akan membahas persoalan tentang istri. Terimakasih untuk para hadirin yang sudah menyempatkan waktunya untuk datang dalam perkumpulan ini “, ucap Khailan Syamsu.

2 hari kemudian, Khailan Syamsu, Rukmini dan anggota yang lainnya mengadakan rapat yang ke-2 yaitu rapat lanjutan yang kemarin tertunda.


“ Baiklah para hadirin yang sudah datang dalam perkumpulan yang ke-2 ini, langsung saja disini saya akan melanjutkan pembahasan kemarin yang sempat tertunda “, ucap Khailan Syamsu.

“ Dari kondisi yang bisa dilihat sekarang, perempuan banyak yang buta huruf, marak nya pekerja yang dipekerjakannya seorang perempuan dan anak-anak, dan perkawinan. Kita ambil persoalan salah satu kasus yaitu banyaknya perempuan yang buta huruf. Mungkin karena mereka buta huruf sehingga mereka tidak bisa berpendidikan. Kita bisa bantu mereka dengan mendirikan pembelajaran bagi perempuan yang buta huruf “, ucap Khailan Syamsu.

“ Ide yang bagus, seminggu sekali kita bisa mengadakan pembelajaran dengan mereka “, ucap salah satu anggota organisasi.

“ Ya dan marak nya sosok perempuan dan anak-anak yang dipekerjakan, menurut saya itu kurang layak untuk para perempuan apalagi anak-anak. Seorang perempuan yang seharusnya membantu ibunya dirumah, menjadi pekerja. Anak-anak yang seharusnya belajar ataupun menganyam pendidikan, dijadikan pekerja. Menurut saya itu sangat salah “, ucap Rukmini.

“ Dan sepertinya menurut saya, persoalan tentang masalah perkawinan, itu lumayan sulit untuk diberikan solusi. Mengapa demikian? Karena persoalan tersebut berbalik lagi pada diri kita sendiri “, lanjut Khailan Syamsu.

“ Para hadirirn, mungkin perkumpulan hari ini bisa dilanjutkan di kemudian hari. Perkumpulan hari ini saya cukupkan sampai disini. Terimakasih kepada para hadirin yang telah menyempatkan waktunya untuk ikut bergabung dalam perkumpulan ini “, ucap Khailan Syamsu.

Pertemuan kali ini cukup bisa untuk para perempuan supaya menyuarakan apa pendapat mereka, apa yang mereka alami dan tugas perempuan menjadi ibu bangsa, menjadi ibu yang baik untuk para putraputri nya dan mungkin di kemudian hari menjadi penerus bangsa.
Pertemuan saat ini dilaksanakan di Bandung dan akan membahas beberapa pembahasan yang baru.

“ Para hadirin terimakasih telah datang di perkumpulan. Langsung saja kita bahas permasalahan yang sempat tertunda minggu lalu “, ucap Khailan Syamsu.

“ Menurut saya, antara laki-laki dan perempuan, mereka sudah memiliki hak masing-masing. Dan antara laki-laki dan perempuan juga sudah memiliki kewajibannya masing-masing terutama kodrat mereka “, ucap Khailan Syamsu.

“ Jadi, menurut saya apabila seorang istri atau seorang perempuan bekerja atau dipekerjakan itu tindakan yang kurang baik. Karena mengapa? Pastinya para perempuan tersebut, dirumah saja sudah bekerja membersihkan rumahnya apalagi yang sudah menjadi istri dia harus mampu merawat suami dan anak-anaknya. Jika mereka juga bekerja, itu hanya akan membuat mereka kecapean dan tidak ada perhatian bagi orang rumah “, ucap Khailan Syamsu.

“ Benar dan untuk anak-anak, mereka seharusnya belajar bukan bekerja. Usia mereka juga terlalu kecil untuk bekerja “, ucap Rukmini.

“ Para hadirin dari kasus yang dapat saya ambil, bagaimana jika setiap tanggal 22 Desember kita peringati sebagai hari ibu? Karena untuk apresiasi seorang ibu yang sangat kuat merawat anak-anaknya dan ibu merupakan sosok manusia paling berjasa. Mengap demikian? Karena jika tidak ada mereka, tidak aka nada pemimpin penerus bangsa “, ucap salah satu anggota organisasi.

“ Cerdas! Saya setuju dengan yang beliau sampaikan, bagaimana dengan para hadirin? “, ucap Khailan Syamsu

“ Setuju! “

“ Ya saya sangat setuju “

Tanggapan dari para anggota organisasi sangat setuju dengan apa yang disampaikan oleh sala satu anggota tadi dan pada akhirnya setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu.

“ Para hadirin yang berbahagia mungkin dicukupkan sampai disini perkumpulan ini, kita akan mengadakan perkumpulan yang terakhir di lain waktu “, ucap Khailan Syamsu.

“ Hey Khailan, saya bangga memiliki teman se cerdas anda! Saya tidak akan menyangka bila perkumpulannya akan seperti ini “, ucap Rukmini.

“ Hahaha terimakasih sobat, ini juga berkat dukungan mu semuanya bisa berjalan seperti ini “, ucap Khailan Syamsu.

Beberapa minggu berlalu, akhirnya perkumpulan terakhir dilaksanakan saat ini dan mungkin akan banyak pembahasan yang baru.

“ Para hadirin yang sudah mengikuti perkumpulan saat ini, terimakasih atas waktunya. Baik langsung saja kita ke permasalahan, sebelumnya apakah ada yang ingin menyampaikan pendapat? “, tanya Khailan Syamsu.

“ Saya ingin menyampaikan pendapat saya tentang kebahasaan di Indonesia. Menurut saya kita bisa menambahkan bahasa Indonesia dalam pembelajaran di pendidikan menengah. Karena itu perlu untuk kita berkomunikasi dengan daerah lain nantinya “, ucap salah satu anggota organisasi.

“ Apa ada lagi yang ingin menyampaikan pendapat? “, tanya Rukmini.

“ Saya ingin menyampaikan pendapat saya. Menurut saya untuk hak pilih golongan Dewan tidak harus selalu laki-laki, perempuan juga bisa ikut berpartisipasi untuk hak menjadi golongan Dewan “, ucap salah satu anggota organisasi.

“ Apakah ada yang ingin menyampaikan pendapat lagi? “, tanya Khailan Syamsu.

“ Oke sepertinya tidak ada “, jawab Rukmini.

“ Baik saya akan bahas di pernyataan pertama saya setuju dengan diadakannya pembelajaran bahasa Indonesia dikalangan pendidikan menengah karena bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan “, ucap Khailan Syamsu.

“ Dan persoalan tentang hak pilih saya setuju bila mana di golongan tersebut sosok perempuan ikut untuk berpartisipasi. Tetapi untuk dijadikan pemimpin, lebih baik laki-laki saja “, ucap Khailan Syamsu.

“ Dan menurut saya apakah lebih baik perkumpulan in bisa mengarah ke parlemen dan menolak terhadap adanya ordonasi wajib militer terbatas? “, ucap Khailan Syamsu.

“ Ya saya setuju “

“ Saya sangat setuju dengan saran anda “, ucap beberapa anggota organisasi.

“ Baiklah para hadirin, terimakasih atas waktunya yang sudah meyempatkan datang di perkumpulan terakhir ini, saya sangat berterimakasih kepada kalian dan sampai jumpa “, ucap Khailan Syamsu.

“ Khailan saya sangat bangga memiliki teman sepertimu. Akhirnya mimpi mu sudah tercapai sekarang “, ucap Rukmini.

“ Terimakasih ini juga berkat bantuan mu Rukmini saya bisa menjadi seperti ini “, jawab Khailan Syamsu


Dan kemudian Khailan Syamsu dan Rukmini  bergabung dalam sebuah  organisasi yang memperjuangkan hak pilih perempuan. Dan dipercaya untuk dijadikan sebagai ketua Perkumpulan Pemberantasan Perdagangan perempuan dan anak.

Khailan Syamsu juga sangat aktif dalam hal menulis salah satunya menulis tentang kebudayaan dan perempuan Indonesia. Beliau juga suka mempelajari bahasa Esperanto hingga menulis tentang bahasa tersebut.

Khailan Syamsu berpendidikan di sekolah Belanda lalu ia menikah dengan laki-laki dari Sumatera Barat yang bernama Lanjumin Dt Tumangguang. Suaminya tersebut seorang birokrat dan wartawan serta pernah bekerja menjadi wakil pribumi di Volksraad. Dan mereka dikaruniai lima orang anak dan belasan cucu.

Pada tanggal 23 November 1962, diusia Khailan Syamsu yang berumur 57 tahun beliau meninggal dunia di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun