Mohon tunggu...
Nira Nawastiti
Nira Nawastiti Mohon Tunggu... Guru - Guru/SMP Hasbunallah

Hobi saya belajar hal baru untuk menambah kompetensi saya di dalam dunia pendidikan. Saya berprofesi sebagai guru. Guru bagi saya adalah salah satu perkejaan yang mempunyai hubungan dengan salah satu alaman yang akan terhitung di akhiran yaitu ilmu yang bermanfaat yang mana tugas guru adalah mengajar, memberikan ilmu bermanfaat yang diharapkan ilmu tersebut akan keberlanjutan diterapkan dan dimanfaatkan peserta didik sehingga menjadi salah satu cabang pahala yang diridoi. Konten yang insyaalloh akan diupdate adalah berkaitan dengan pendidikan dan matematika.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru dan Orang tua Dapat Menerapkan Segitiga Restitusi dan Memposisikan Diri Sebagai Manajer untuk menjadikan Budaya Positif Kepada Murid/Anak

18 Januari 2023   10:29 Diperbarui: 18 Januari 2023   10:34 2667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam pembelajaran di kelas ataupun di rumah pastinya tidak selalu strategi pembelajaran yang sudah kita rancang dapat terlaksana sepenuhnya. Ada saja kendala yang terjadi. Setiap kendala, perlu kita tanyakan pada diri. Bagaimana menanggulangi kendala tersebut? Untuk menjawab hal itu artikel ini adalah jawabannya. Tujuan artikel ini adalah membangun budaya sekolah maupun di rumah yang positif dengan lingkungan yang aman dan mendukung murid/anak untuk menjadi pribadi yang berdaya, seimbang dan bahagia. Bagaimana caranya? Bapak Ibu Guru dan Orang tua hebat perlu mengetahui, merefleksi diri sebelum menerapkannya yaitu : Perubahan paradigma belajar, disiplin positif, motivasi perilaku manusia, kebutuhan dasar manusia, posisi kontrol restitusi, segitiga restitusi disertakan cara membuat keyakinan kelas maupun rumah.

1. Perubahan Paradigma Belajar

Perubahan paradigma belajar dari stimulus respon ke teori kontrol. Bagaimana seseorang bisa berubah dari paradigma stimulus respon kepada pendekatan teori kontrol ? Jika, ingin membuat kemajuan perlahan, ubahlah sikap. Namun jika ingin memperbaiki cara - cara utama, maka perlunya Bapak Ibu Guru dan Orangtua mengubah kerangka acuan. Ubahlah bagaimana melihat dunia, berpikir tentang murid/anak. Ubahlah paradigma, skema pemahaman dan penjelasan aspek tentang realita. Berikut paradigma perubahan dari stimulus respon menuju pendekatan teori kontrol :

Penanaman budi pekerti yang baik nantinya akan menimbulkan kesadaran diri untuk menjadi yang lebih baik dan selalu berusaha lebih baik. Kultur sosial budaya dari luarpun perlu disaring dan dipastikan kebaikannya untuk pendidikan di Indonesia karena perlu ada penyesuaian cocok atau tidak cocoknya terhadap kultur negara Indonesia. Perlu adanya ketergerakan guru dalam mewujudkan pendidikan nasional. Dengan merefleksi pembelajaran guru dapat mengetahui sudahkah tujuan pendidikan nasional di realisasikan? 

Bukan hanya murid yang mendapatkan ilmu baru setiap pembelajaran, tetapi setiap pembelajaran guru mendapatkan ilmu baru karena guru selalu melakukan refleksi yang akan ditindak lanjuti. Dengan implementasi pembelajaran membuat guru menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi dengan berkolaborasi dalam pembuatan strategi pembelajaran, budaya positif strategi pembelajaran dapat dibagikan kepada rekan yang ada disekolah dengan hal tersebut menjadikan coach bagi guru lain, sehingga mendorong kolaborasi antar guru dan mewujudkan kepemimpinan. 

2. Disiplin Positif

Ketika mendengar kata “disiplin”, apa yang terbayang di benak Anda? Apa yang terlintas di pikiran Anda? Kebanyakan orang akan menghubungkan kata disiplin dengan tata tertib, teratur, dan kepatuhan pada peraturan. Kata “disiplin” juga sering dihubungkan dengan hukuman, padahal itu sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir dan kalau perlu tidak digunakan sama sekali. Ki Hajar Dewantara dan Diane Gossen memaknai disiplin sebagai bentuk kontrol diri, yaitu belajar untuk kontrol diri agar dapat mencapai suatu tujuan mulia. Tujuan mulia di sini mengacu pada nilai-nilai atau prinsip-prinsip mulia yang dianut seseorang. Kita namakan nilai-nilai tersebut sebagai nilai-nilai kebajikan (virtues) yang universal. Nilai-nilai kebajikan yang disepakati bersama, lepas dari suku bangsa, agama, bahasa maupun latar belakangnya. Nilai-nilai kebajikan yang bermuara pada profil pelajar pancasila (beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhak mulia ; mandiri; bernalar kritis; berkebinekaan global; bergotong royong; kreatif). Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita sendiri.

3. Motivasi Perilaku Manusia

Motivasi perilaku manusia menurut Diane Gosse yaitu untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, mejadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan niai - nilai yang mereka percaya. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang memberikan, dan murid hanya menerima suatu hukuman tanpa melalui suatu kesepakatan, atau pengarahan dari pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya. Motivasi ekstrinsik, mengacu pada jenis motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dengan tujuan untuk mendapatkan hadiah/imbalan/penghargaan atau menghindari konsekuensi negatif (ketidaknyamanan atau hukuman). Motivasi intrinsik, motivasi di mana perilaku seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu demi dirinya sendiri. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka yakini.

4. Kebutuhan Dasar Manusia

Bapak Ibu Guru dan Orangtua peru memahami dasar yang mendasari perilaku murid karena setiap perilaku murid/anak hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Menurut Ki Hajar Dewantara (KHD), Kita ambil contoh perbandingannya dengan hidup tumbuh-tumbuhan seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya. Maksud dari pernyataan berikut, guru dan orang tua hanya dapat menuntun tumbuhnya murid/anak, mereka dapat memperbaiki sikap dan tingkah lakunya dan memeliharanya serta membentengi murid/anak dari pengaruh negatif. Lima Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Dr. William Glassser diantaranya Kebutuhan bertahan hidup, merassa diterima, kebebasan, kesenangan dan penguasaan.


Ketika kelima kebutuhan dasar telah terpenuhi secara memadai, maka murid akan tumbuh dengan seimbang dan bahagia. Sebaliknya, ketika kebutuhan dasar tidak terpenuhi dengan baik maka seseorang akan mengalami emosi negatif seperti bosan, sedih, kecewa. Bahkan mereka dapat melakukan perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan atau melanggar peraturan. Dengan kata lain, perilaku buruk seseorang biasanya adalah respon dari kebutuhan yang tidak terpenuhi, namun mereka tidak tahu cara menyampaikannya. Solusi, melalui percakapan disiplin positif, murid diajak untuk bersikap reflektif dalam mengenali kebutuhan - kebutuhan yang berusaha mereka penuhi dan mendasari tindakan mereka. Jika guru mengabaikan perilaku buruk murid maka perilaku tersebut akan berpengaruh pada suasana kelas yang kurang kondusif dan akan berpengaruh pada tujuan dari pendidikan itu sendiri. 

5. Posisi Kontrol Restitusi

Program disiplin positif yang berpusat pada murid, yang dikembangkan oleh Diane Gossen dengan pendekatan Restitusi, yang disebut dengan 5 Posisi Kontrol. Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998) mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang-ruang kelas mereka selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat, memerdekakan, dan memandirikan murid? 5 Posisi Kontrol : Posisi Penghukum, Posisi Pembuat Merasa Bersalah, Posisi Teman, Posisi Pemantau dan Posisi Manajer. Untuk lebih memahami kelima posisi tersebut, mari kita saksikan kasus Naren yang terlambat hadir 20 menit di sekolah. 

Posisi penghukum biasanya berbicara dengan nada tinggi, menghardik, menunjuk-nunjuk, berkacak pinggang, menyakiti, membentak. Hukuman berupa verbal atau fisik. Dampak posisi penghukum untuk murid : menjadi pemberontak, pendendam, tidak menyukai guru atau mata pelajaran yang diampu, menyalahkan orang lain, kemungkinan melakukan kesalahan berulang kali, perilaku menjadi agresif, murid meletakkan guru di luar dunia berkualitas. 

Posisi pembuat merasa bersalah biasanya berbicara dengan nada tenang, melembut, namun kata-katanya menyalahkan murid. Guru akan menyatakan hal-hal yang merasa kesalahan ada pada murid dengan membuat guru menderita. Dampak posisi pembuat rasa bersalah untuk murid : membuat murid merasa bersalah, rendah diri, menjauh dari lingkungan, merasa gagal dan tidak berharga, alasan melanggar akan disembunyikan, menyangkal atau berbohong. 

Posisi teman biasanya berbicara dengan nada suara ramah, akrab, cenderung bersenda gurau menjaga suasana tetap santai. Murid akan merasa senang, aman dan akrab dengan guru. Identitas yang tercipta adalah identitas sukses atau berhasil. Posisi masih tergolong motivasi eksternal. Dampak posisi teman untuk murid : murid akan bergantung pada 1 orang, tidak mandiri, tidak bisa berpikir untuk diri sendiri, murid bisa berperilaku baik hanya kepada orang-orang tertentu. Murid meletakkan guru sebagai orang penting dalam Dunia Berkualitas.

Posisi pemantau mengandalkan perhitungan atau data untuk mengontrol murid. Guru menggerakkan murid berdasarkan peratran dan konsekuensi. Guru biasanya bersuara datar, tidak emosional, tidak bersenda gurau atau suara tinggi. Tercipta identitas positif atau berhasil. Dampak posisi pemantau/monitoring untuk murid : murid akan menghitung, konsekuensi dan hadiah tanpa memahami sepenuhnya nilai kebajikan yang dituju, tidak sepenuhnya mandiri, bersikap menyesuaikan bila diawasi. Murid meletakkan guru sebagai peraturan dalam Dunia Berkualitas.

Posisi manajer, posisi kontrol yang disaranin untuk membimbing murid memiliki disiplin yang positif , yaitu murid yang mandiri, bertanggung jawab dan dapat memecahkan masalah. Guru bersuara netral, tidak emosional, tidak terlalu ramah, dan tidak bernada tinggi. Tercipta identias positif/berhasil. Guru dengan tulus mengajukan pertanyaan-pertanyaan bermakna agar membuka pikiran murid. Dampak posisi manajer untuk murid : murid dapat berefleksi atas tindakannya, murid mandiri, percaya diri dan dapat memecahkan masalah. 

Posisi mana yang paling ideal untuk diterapkan kepada murid? Di posisi manajer, guru dapat menerapkan disiplin positif yang berpihak pada murid, yang memerdekaan murid. 

6. Segitiga Restitusi

Segitiga Restitusi adalah praktik baik untuk menerapkan kita sebagai posisi manajer. Tahapan segitiga restitusi adalah menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, menanyakan keyakinan. 

Menstabilkan identitas yaitu tahapan untuk mengubah murid/anak dari orang gagal menjadi orang sukses dengan memberikan salah satu pernyataan diantaranya : Berbuat salah itu tidak apa-apa; Tidak ada manusia yang sempurna; Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu; Kita bisa menyelesaikan ini; Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibu ingin mencari solusi dari permasalahan ini; Kamu berhak merasa begitu.; Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik buat dirimu sendiri?

Validasi tindakan salah yaitu tahapan menanyakan. Setiap tindakan kita dilakukan dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan dasar. Kalau kita memahami kebutuhan dasar apa yang mendasari sebuah tindakan, kita akan bisa menemukan cara-cara paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Contoh pertanyaan dan pernyataan yang salah satunya dapat ditanyakan diantaranya “Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?”; “Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu”; “Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu yang penting buatmu”; “Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang baru.”

Menanyakan keyakinan, Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika identitas sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi (langkah 2), maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini menghubungkan keyakinan anak dengan keyakinan kelas atau keluarga. Contoh pertanyaan dan pernyataan yang salah satunya dapat ditanyakan diantaranya Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?; Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?; Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?; Kamu mau jadi orang yang seperti apa?. Penting untuk menanyakan ke anak, kehidupan seperti apa nantinya yang mereka inginkan?; Apakah kamu ingin menjadi orang yang sukses, bertanggung jawab, atau bisa dipercaya?

Berikut video Praktik Baik Segitiga Restitusi yang diterapkan di sekolah :

Berikut video Aksi Nyata berupa Pengimbasan Budaya Positif di SMP Hasbunallah : 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun