“Alat bakarnya apa?” tanyaku.
“Korek!”
“Buatan mana?”
“Tiongkok!”
“Haram kamu ya membakarnya?”
“Darurat hukumnya!”
“Ha ha ha ha.”
Fahira agak terkejut.
“Makanya Guru, saya pergi meninggalkan rumah demi menjaga perintah Guru! Saya akan menenun sendiri pakaian saya. Untuk itu saya pun tidak akan memakai cangkul dan sabit karena teknologi logam dan logam di pasaran sekarang menggunakan teknologi Barat yang nota bene kafir.”
“Lalu?” tanyaku terheran.
“Saya mau cari batu tajam di sungai untuk membuat pisau. Batu itu juga akan aku gunakan untuk menggali tanah. Bibit kapas pun akan aku cari di hutan.”