“Lin,” sapaku di dalam pesawat. Aku sudah sejak lama mengamati Lina dan aku lebih dulu masuk ke pesawat aisle 6A.
Lina duduk di sebelah jendela bernomor 6A, nomor kursi favorit semua penumpang pesawat. Aku duduk di dekat aisle dan tidak begitu nyaman duduk dekat jendela.
Koran Kompas aku buka.
“Ada berita tentang Rektor IAIN Cirebon Maksum Mukhtar korupsi pengadaan tanah, Lin,” kata lelaki itu.
Lina tetap diam membisu sambil mata binarnya memandangi para penumpang mudik hilir di dua aisle pesawat Boeing 737-800 itu.
Juga berita Edy Yuwono dari UJS korupsi CSR, juga ada Abdul Latif mengorupsi APBN. Berita lain yang juga heboh adalah pemilihan rektor yang disinyalir disogok menghentak di 8 perguruan tinggi di Indonesia. Namun informasi itu bisu dan tak menarik bagi Lina dan Niko.
Pesawat tinggal landas dari Bandara Soekarno Hatta dengan sedikit hentakan. Terbang meninggi di awan 33,000 feet, pesawat itu tenang mengangkasa selama penerbangan 1 jam 40-44 menit menuju Bandara Changi.
Tak lebih dari 10 menit mengudara, pramugari mulai menyuguhkan hidangan. Masakan Indonesia dan Barat yag boleh dipilih. Lina memilih makanan rending, tumis jagung, serta snck dan tentu tak ketinggalan nasi. Aku memilih makanan yang sama.
“Indonesia banget ya, gue?” tanyanya sambil tergelak.
“Kok pakai keju?” sahutku.
“Plus, lucunya, Garuda selalu memberi bonus tusuk gigi!” timpal Lina.