Orang politik tidak usah nulis-nulis lagu SBY! Tidak akan berhasil kalau isinya nggak jelas dan tidak begitu bermanfaat bagi banyak orang. Lagu Cublak-cublak Suweng tetap langgeng karena memiliki isi ajaran hebat: ajaran kebenaran kehidupan duniawi dan ukhrowi. Dalam lagu ini juga mengajarka kebenaran hakiki, harta hakiki manusia.
Untuk itu SBY, silakan renungi lagu Cublak-cublak Suweng biar mendapatkan inspirasi yang indah dan lupakan politik karena politik cuma urusan duniawi semata yang tak akan kekal abadi dan tak akan menyelamatkan.
Kedua, untuk Rachmawati. Selama ini dikau tertinggal jauh dalam politik dibandingkan dengan Megawati. Rasa iri dengki hasad dalam diri manusia itu manusiawi – namun perlu dikendalikan. Lagu Cublak-cublak Suweng mengajarkan hakikat kebenaran yang bisa menjauhkan diri manusia dari sifat buruk iri dengki dan merasa tertinggal.
Sebenarnya dari sononya, sudah menjadi kehendak Allah SWT bahwa seseorang itu diberi rezeki sesuai dengan kehendak Allah SWT. Bahkan kekayaan, rezeki, jodoh, anak-istri, suami, dan bahkan jabatan itu semua Allah SWT yang menentukan. Kalau sekiranya Megawati menjadi Presiden RI ke-5 dan Rachmawati tidak menjadi Presiden RI itu sudah juga kehendak Allah SWT.
Untuk itu Rachmawati, silakan silakan renungi lagu Cublak-cublak Suweng biar mendapatkan pencerahan dan jika masih ada sifat-sifat iri dengki melihat sekeliling, misalnya, sifat-sifat manusia yang kurang baik itu akan hilang.
Pun seharusnya Rachmawati bangga melihat Megawati menjadi pemimpin dan salah satu negarawan – bukan seperti situ yang malah disangka makar oleh Polri. Segeralah mendengarkan dan memahami lirik lagu Cublak-cublak Suweng ya Rachmawati!
Ketiga, untuk Rizieq FPI. Islam dan penyebaran Islam di Pulau Jawa yang berhasil meng-Islam-kan 83% masyarakat Jawa yang dulunya dalam iman Hindu-Buddha dilakukan dengan penuh keindahan dan kedamaian. Meskipun intrik-intrik politik dan hukum di Jawa keras, namun sifat dan sikap lembut dan tidak brangasan yang ditampilkan oleh para Walisongo.
Sifat kasar, konfrontatif, jumawa, sok jagoan, gaya-gayaan adu kekuatan tidak dipraktikkan oleh Walisongo. Karena hikmah dan kebijaksanaan dalam keadilan yakni bil adli, bil haq, bil hikmah menjadi pedoman pengajaran Islam rahmatan lil-alamin – bukan hanya Islam sebagai rahmatan lil muslimin wal muslimat.
Islam muncul sebagai agama yang menyempurnakan ajaran-ajaran sebelumnya yakni ajaran Ibrahim, Musa, Isa alias Yesus. Eksistensi Yahudi, Nasrani, dan ajaran Zarathustra (Majusi) di zaman Rasullullah SAW berkuasa di Madinah pun menjadi penanda eksistensi Islam sebagai rahmatan lil-alamin: agama-agama selain Islam tetap diperbolehkan hidup.
Bahkan Rasullullah SAW pun menjalankan dan melakukan hubungan dagang dengan warga Yahudi di Madinah. Ini menjadi petunjuk eksistensi agama lain selain Islam adalah bagian dari sunatullah – kewajiban manusia untuk berbuat baik dan tidak memaksakan keyakinan. Lakum dinnukum waliyaddin.
Baru setelah Rasulullah SWA mangkat, beberapa tahun setelah Khulafaur Rasyiddin diganti Muawiyah – maka saat itu pula komunitas Yahudi, Kristen, Majusi dan kepercayaan agama nenek moyang lainnya hilang dari Madinah.