Maka menjadi penting Presiden ke-5 Megawati  memiliki kepentingan lebih besar untuk tetap berada di jalur Presiden ke-6 Jokowi. Presiden Megawati tak akan (1) memenuhi selera dan pikiran sempit para pembisik elit 3 faksi PDIP yang mengelilingi Presiden Megawati. Lalu (2) elektabilitas Ahok yang tinggi dan Risma yang akan keok hanya akan merusak PDIP secara politik.
Pun (3) disadari oleh Presiden Megawati bahwa hubungan dekat Presiden Megawati dan Presiden Jokowi tak boleh rusak karena kepentingan Presiden Jokowi di Ibukota. Yang penting pula (4) Presiden Megawati menyadari motivasi pelawan Ahok hanyalah upaya merecoki pembangunan dan mengganggu Presiden Jokowi di Jakarta. Demi untuk kepentingan PDIP (5) pertimbangan kebersamaan 2019 menjadi penting dengan aliansi Presiden Jokowi dan Presiden Megawati tetap terjaga – jika tidak akan dilibas Golkar.
Dengan demikian, Presiden Megawtai harus kembali ke pokok ideologi dan pendirian PDIP. PDIP dan Megawati harus mendukung calon yang akan menang. Dalam pencalonan Pilgub DKI Jakarta, hanya kemenangan dan dukungan kepada Ahok yang berdampak positif kepada PDIP.
Bayangan semu kemenangan tukang taman dan bagi-bagi dana hibah politikus lemah Risma – jika terbukti – hanya akan digunakan oleh musuh politik Presiden Jokowi yakni para koruptor dan mafia seperti Muhammad Riza Chalid untuk kembali berkiprah melawan Presiden Jokowi.
Dan … lagi-lagi PDIP menjadi korban politik tidak matang hanya karena blunder keblinger mendukung dan menjadi korban para koruptor. Demikian Ki Sabdopanditoratu dan the Operators.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H