Kini, di usia 43-an, Ndoro Fahri telah berhasil meningkatkan berat badannya mendekati 80 kg lebih mendekati 90 kg. Pencapaian yang luar biasa
“Ndoro? Kok diam!” tanya Nina melihat Ndoro Fahri diam saja dengan tatapan kosong.
“Iya. Aku sekarang sadar bahwa semua yang aku lakukan tak bermakna tanpa mata. Bahwa kesehatan itu penting. Bahwa menjaga konsumsi makanan juga penting. Bahwa kebahagiaan juga bukan terletak pada gelar akademis dan gelar anggota keluarga kerajaan. Mata penting. Kesehatan penting. Melihat penting. Baik dengan hati maupun dengan mata. Melihat adalah kebahagiaan. Tidak melihat adalah kesengsaraan. Buta mata dan buta hati adalah kesengsaraan. Dulu saya buta hati. Kini aku buta mata.” Kata Ndoro Fahri sesenggukan.
Nina hanya terdiam.
“Mulai sekarang, jangan panggil aku Ndoro. Nama asliku Fahri pemberian orang tuaki!” kata Ndoro Fahri lirih.
“Baik, Ndoro! Eh, maaf. Baik Fahri! Eh, maaf. Baik, Pak Fahri,” sahut Nina kaku sambil bertolak ke belakang.
“Aku hanya ingat keindahan kampungku Nina!” kata Ndoro Fahri lirih.
Ndoro Fahri alias Raden Kanjeng Bendoro Haji Muhammad Ali Fahri Damzah bin Haji Lulung Alamsyah Ratu Perwiranegarakertagama kini tak bisa melihat lagi. Kebutaan itu akibat terkena stroke yang menghajarnya dua tahun lalu – setelah jagoannya mengalami kekalahan Pilpres 2019 oleh Presiden Jokowi untuk kedua kalinya. Istrinya menikah lagi dengan teman separtainya.
Kini Ndoro Fahri hanya tinggal di rumhnya yang mewah dengan ditemani pembantunya yang telah berusia 60 tahun: Nina. Kegelapan mata membuka mata hati Fahri terbuka. Fahri kini menyadari bahwa kehidupan bukan hanya terletak pada kekayaan materi dan ketenaran. Kini, Fahri membenarkan ajaran Ki Sabdopanditoratu, bahwa kebahagiaan memang selalu dicari.Namun, kebahagiaan bukanlah tujuan, melainkan akibat.
Kebahagiaan adalah akibat dari perbuatan dan sikap hidup. Selain itu mind-set: pola pikir. Kemampuan mengelola pikiran, perbuatan dan sikap hidup akan menentukan kebahagiaan. Dan esensi terpenting dari kebahagiaan adalah mampu menikmati hidup dengan mata sehat dan mata hati lembut. Bukan melulu ketenaran, juga bukan hanya kekayaan materi.
“Ndoro. Ndoro! Pak Fahri!” teriak Nina sambil menggoyangkan tubuh Ndoro Fahri yang lunglai ketika mendapatinya terkulai di kursi.