Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ndoro Fahri, Tetangga Abu yang Sabar, Arti Kebahagiaan

22 Juli 2015   09:43 Diperbarui: 22 Juli 2015   09:43 2041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini, di usia 43-an, Ndoro Fahri telah berhasil meningkatkan berat badannya mendekati 80 kg lebih mendekati 90 kg. Pencapaian yang luar biasa

“Ndoro? Kok diam!” tanya Nina melihat Ndoro Fahri diam saja dengan tatapan kosong.

“Iya. Aku sekarang sadar bahwa semua yang aku lakukan tak bermakna tanpa mata. Bahwa kesehatan itu penting. Bahwa menjaga konsumsi makanan juga penting. Bahwa kebahagiaan juga bukan terletak pada gelar akademis dan gelar anggota keluarga kerajaan. Mata penting. Kesehatan penting. Melihat penting. Baik dengan hati maupun dengan mata. Melihat adalah kebahagiaan. Tidak melihat adalah kesengsaraan. Buta mata dan buta hati adalah kesengsaraan. Dulu saya buta hati. Kini aku buta mata.” Kata Ndoro Fahri sesenggukan.

Nina hanya terdiam.

“Mulai sekarang, jangan panggil aku Ndoro. Nama asliku Fahri pemberian orang tuaki!” kata Ndoro Fahri lirih.

“Baik, Ndoro! Eh, maaf. Baik Fahri! Eh, maaf. Baik, Pak Fahri,” sahut Nina kaku sambil bertolak ke belakang.

“Aku hanya ingat keindahan kampungku Nina!” kata Ndoro Fahri lirih.

Ndoro Fahri alias Raden Kanjeng Bendoro Haji Muhammad Ali Fahri Damzah bin Haji Lulung Alamsyah Ratu Perwiranegarakertagama kini tak bisa melihat lagi. Kebutaan itu akibat terkena stroke yang menghajarnya dua tahun lalu – setelah jagoannya mengalami kekalahan Pilpres 2019 oleh Presiden Jokowi untuk kedua kalinya. Istrinya menikah lagi dengan teman separtainya.

Kini Ndoro Fahri hanya tinggal di rumhnya yang mewah dengan ditemani pembantunya yang telah berusia 60 tahun: Nina. Kegelapan mata membuka mata hati Fahri terbuka. Fahri kini menyadari bahwa kehidupan bukan hanya terletak pada kekayaan materi dan ketenaran. Kini, Fahri membenarkan ajaran Ki Sabdopanditoratu, bahwa kebahagiaan memang selalu dicari.Namun, kebahagiaan bukanlah tujuan, melainkan akibat.

Kebahagiaan adalah akibat dari perbuatan dan sikap hidup. Selain itu mind-set: pola pikir. Kemampuan mengelola pikiran, perbuatan dan sikap hidup akan menentukan kebahagiaan. Dan esensi terpenting dari kebahagiaan adalah mampu menikmati hidup dengan mata sehat dan mata hati lembut. Bukan melulu ketenaran, juga bukan hanya kekayaan materi.

“Ndoro. Ndoro! Pak Fahri!” teriak Nina sambil menggoyangkan tubuh Ndoro Fahri yang lunglai ketika mendapatinya terkulai di kursi.

Tak ada napas dalam tubuh Ndoro Fahri. Mati.

Salam bahagia ala saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun