Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Anak Abu yang Sabar, tapi Murung

4 Juli 2015   09:26 Diperbarui: 4 Juli 2015   09:26 2184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fatla masih menunjukkan muka murung. Fatla tak memiliki clue ke mana Abu dan Gilang akan mencari uang. Sedangkan uang yang Rp 350,000 itu akan digunakan menambahi biaya berobat Ibu. Ibu harus membayar biaya berobat karena tidak memiliki KTP sebagai syarat bisa mendapatkan pengobatan gratis. Sakit kanker yang diderita Ibu sudah sampai ke stadium 4. Ibu hanya tergolek di ranjang reot dan darah segar menetes di bawah ranjang kasur bekas. Bau anyir menyeruak seantero ruangan. Bau anyir itu sudah biasa menemani mereka selama empat bulan terakhir.

“Fatla mau apa?” tanya Gilang, sambil melirik Ibu yang terbaring lemah.

Lagi-lagi Gilang berusaha membuat Fatla tidak murung. Gilang menawarkan Fatla pergi ke rumah neneknya agar Fatla tidak murung. Juga Fatla ditawari Gilang untuk pergi ke arena bermain. Juga tak lupa Gilang menawari coklat buat Fatla. Namun jawaban Fatla tetap sama: nggak apa-apa, namun tetap murung.

Gilang ingat betul ajaran Ki Sabdopanditoratu tentang tanda-tanda kematian sudah dekat. Salah satunya adalah kesedihan yang berlarut-larut yang tak biasa. Tanda kematian sudah dekat itu antara lain: muka berubah dan kesedihan tampak di mata. Kesedihan itu kadang tanpa alasan dan sebab yang jelas.

Tiba-tiba muncul kesedihan yang meruyak hati. Hati menjadi kecut. Jiwa menjadi kosong. Kesedihan mendominasi, hingga kehilangan gairah apapun. Itu salah satu tanda kematian, termasuk perubahan tingkah laku. Nah, melihat Fatla murung, Gilang takut Fatla terjadi apa-apa dengan Fatla segera. Kematian bahkan membayangi Fatla, menurut Gilang.

Tak ada salahnya Gilang berusaha membuat Fatla tidak tampak murung agar tanda kematian itu sirna. Gilang yang biasanya kasar dan galak pada Fatla, begitu prihatin dengan perubahan sikap Fatla.

Yang Gilang tahu hanya Fatla kecewa tidak bisa masuk ke sekolah favorit menurut ayahnya, Abu: SMA 70 Bulungan. Abu ingin Fatla sekolah di sana. Fatla diterima di sekolah YPP, yakni Yayasan Pendidikan Pinterngapusi. Sekolah YPP memang favorit di kalangan orang tua berduit. Fatla sendiri merasa bersekolah di YPP sama dengan membuang uang banyak. Fatla tahu Abu bekerja sebagai pemungut sampah. Penghasilan pas-pasan tentu.

Gilang sendiri bekerja mendorong gerobak memungut sampah bersama ayahnya. Fatla begitu sedih dan murung karena membebani orang tuanya, rasanya.

“Fatla, kamu nggak usah sedih. Yang penting kami yang mencari uang. Ayah dan Gilang akan cari uang buat sekolah di YPP,” jelas Gilang membesarkan hati Fatla.

“Fatla nggak apa-apa kok!” sahut Fatla dengan mimik muka tersenyum tetapi tampak dipaksakan.

Murung di dalam jiwa tetap tampak. Fatla heran dengan perubahan sikap Gilang yang berubah menjadi baik. Gilang semakin khawatir kematian Fatla sudah dekat. Dan, menurut tanda-tanda kematian, perubahan sikap dan kebiasaan adalah salah satu tanda kematian. Itu yang menghantui dan membayangi Gilang. Gilang tidak mau kehilangan adiknya yang cantik, meskipun hanya anak tukang pemungut sampah. Bayangan kematian Fatla semakin berkecamuk di kepala Gilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun